17 - KEDATANGAN ANGGIA

888 84 7
                                    

Hardin memang keterlaluan.

Bisa-bisanya dia memberikan begitu banyak pekerjaan pada Reyhan, sementara dia asik liburan ke Lombok bersama aktris itu.
Reyhan benar-benar tidak percaya dengan hal ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB ketika Reyhan tidak juga beranjak dari layar laptopnya. Ada masalah di kantor cabang di Surabaya. Sementara di sana Pak Tristan selaku Om Hardin mengaku tidak dapat menyelesaikan masalah itu. Jadilah Reyhan yang terkena imbasnya. Sebab nomor ponsel Hardin fix tidak dapat dihubungi terhitung mulai dia berangkat ke Lombok bersama Dara malam tadi.

Sedari dulu, orang pertama yang paling bisa diandalkan di perusahaan adalah Reyhan. Gagasan-gagasan dan ide-ide brilliant yang diajukan Reyhan selalu sukses membuat perusahaan meningkat satu level ke tahap yang lebih tinggi hingga akhirnya kini perusahaan itu bisa masuk daftar urutan lima besar perusahaan terbesar di Indonesia.

Karena itulah karir Reyhan begitu cemerlang di perusahaan itu. Kehidupannya berubah 180 derajat, dari seorang pengamen jalanan, tukang asongan, tukang parkir dan pekerja paruh waktu di toko beras, menjadi seorang Manager di Perusahaan ternama. Tentunya, semua hal itu tak akan terjadi jika bukan karena bantuan Hardin yang sudah berbaik hati memberinya pekerjaan.

Reyhan yang pada dasarnya pintar dan sangat gemar membaca, membuatnya jadi lebih cepat memahami apa-apa yang perlu dia kerjakan di Kantor. Hingga jadilah dia seperti sekarang. Seorang laki-laki dengan penyandang gelar sarjana administrasi bisnis yang sukses dan mapan. Lengkap dengan wajah tampan dan prestasi yang gemilang.

"Saya banyak kerjaan Pak di Jakarta. Nggak mungkinkan saya harus bulak-balik Jakarta-Surabaya dalam waktu satu hari? Gila kali," maki Reyhan di telepon sambil keluar dari ruangannya untuk sekedar mencari udara segar. Bokongnya panas akibat terlalu lama duduk.

"Oke-oke, Bapak kirim aja file documennya ke email saya, biar nanti saya cek. Oke?" lanjutnya lagi.

"Aduh kalo masalah itu Bapak tanya langsung aja sama orangnya. Dia yang suruh saya ke sini. Kantor cabang disini baru mulai produksi Pak, jadi pengecekannya harus lebih detail. Jangan sampai kecolongan lagi kayak yang udah-udah."

Reyhan masih terus melanjutkan pembicaraannya dengan Pak Tristan sementara kakinya terus melangkah. Hingga akhirnya dia sampai di depan mushola.

"Iya, Pak. Inshaa Allah secepatnya. Iya, terima kasih. Waalaikum salam,"

Reyhan sudah selesai menelepon. Kini, pandangannya tertuju pada seorang wanita bercadar di ujung sana. Duduk sendirian sambil membaca ayat suci Al-Quran.

Reyhan terpana.

Suara itu begitu merdu. Bahkan lebih merdu dari gesekan senar biola.

Dan bahkan ketika orang lain sibuk mengurusi masalah dunia, wanita itu satu-satunya manusia yang masih mengingat Tuhannya di sela-sela jam kerjanya.

Reyhan melirik jam di tangannya. Sebentar lagi waktu Dzuhur. Dia pun melangkah menuju tempat berwudhu.

Bacaan wanita itu terhenti saat dilihatnya Reyhan masuk ke dalam mushola. Reyhan menyunggingkan seulas senyum tipis pada wanita itu yang sempat menatapnya. Meski hanya beberapa detik, karena wanita itu langsung melanjutkan bacaannya. Meski nada bacaan yang terdengar setelahnya tidak seindah bacaan sebelumnya. Kini suara itu terdengar lebih pelan dan sedikit bergetar.

Reyhan mengambil posisi duduk tak begitu jauh dari wanita itu. Matanya terus menatap menyelidik. Meski hanya sekedar curi-curi pandang. Tapi yang jelas, Reyhan merasa ada perasaan aneh yang dia rasakan setiap kali dia berada berdekatan dengan wanita bercadar bernama Katrina itu.

Katrina menyudahi bacaannya dan bangkit dari tempat duduknya semula. Dia beringsut menjauhi posisi Reyhan. Perasaannya kacau balau.

Astagfirullah al-adzim. Kenapa harus seperti ini, Ya Allah? Gumam Katrina membatin. Dia terus berdzikir sepanjang menunggu waktu shalat Dzuhur tiba.

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang