"Lo mau minum apa, Han?" tanya Hardin sebelum dia menelpon sekretarisnya Kisya untuk memesankan minuman.
"Apa ajalah," sahut Reyhan datar.
Hardin meraih gagang telepon kantor dan mulai menelepon.
"Kisya tolong pesankan saya dua teh manis hangat. Antarkan ke ruangan saya ya? Oh ya, sekalian bilang sama Katrina suruh bagian marketing kirim file dokumen hasil rekap produksi selama dua hari ini, saya tunggu."
Setelah mendengar jawaban dari Kisya, Hardin menutup telepon itu. Dia mendapati Reyhan yang menatapnya dengan tatapan yang aneh. Belum sempat Hardin bicara, Reyhan sudah mendahului.
"Lo ngomong sama siapa tadi?" tanya Reyhan penasaran.
"Sama sekretaris gue, kenapa?" Hardin menangkap ada yang aneh dari pertanyaan Reyhan.
"Nama sekretaris lo, Katrina?" tanya Reyhan lagi dengan ekspresi yang benar-benar serius.
"Bukan, sekretaris gue namanya Kisya. Katrina itu karyawan baru. Dia gue suruh jadi asistennya Kisya untuk sementara. Kerjaan Kisya lagi banyak banget soalnya. Emangnya ada apa sih?"
Reyhan tidak menjawab. Seperti seseorang yang sedang berpikir keras. Membuat Hardin tertawa pelan.
"Lo kenapa sih, Han? Tampang lo kusut gitu?"
"Gue mau lo kenalin gue sama cewek yang namanya Katrina itu!" ucap Reyhan setelah dia berpikir cukup lama. Nama itu telah menyita perhatiannya. Membuatnya penasaran. Apa mungkin Katrina yang dimaksud Hardin adalah wanita yang sama dengan wanita yang selama ini dia cari-cari. Meski secara logika nama Katrina itu tidak mungkin hanya dimiliki oleh satu orang di muka bumi.
Hardin kembali tertawa, kali ini disertai tatapan nakal yang menggoda. Selama lima tahun dia mengenal sosok Reyhan, tak pernah sekali pun Hardin melihat Reyhan terlihat begitu tertarik pada seorang wanita hanya dengan mendengar namanya saja. Jangankan mendengar nama, pernah Hardin sampai membookingkan satu wanita malam untuk sekedar menemani Reyhan bersenang-senang, tapi Reyhan justru marah dan tidak terima. Bahkan di saat Hardin memperkenalkannya dengan wanita baik-baik, teman salah satu kliennya di Surabaya, reaksi Reyhan pun sama, dia terlihat sama sekali tidak berminat. Sampai akhirnya Hardin sempat berfikir kalau Reyhan itu seorang Guy, alias homo. Idih! Hardin jadi bergidik ngeri.
Hardin dan Reyhan memiliki persepsi berbeda dalam hal cinta.
Reyhan yang serius dan setia, yang selalu percaya bahwa cinta sejati itu ada. Dan sejak pertama kalinya dia mengenal apa itu cinta, dia yakin kesan pertama itu adalah kesan yang paling menyenangkan. Jadi bagi Reyhan, cinta sejati itu adalah cinta pertamanya. Yaitu, Katrina.
Sementara Hardin sendiri, tidak pernah serius dalam hal cinta. Cinta baginya hanya sebuah fatamorgana, tidak nyata. Cinta itu hanya kedok dari sebuah nafsu duniawi yang terselubung. Hardin tidak pernah jatuh cinta. Itulah mengapa, Reyhan selalu kesulitan jika menjelaskan makna dari kata cinta kepada Hardin. Percuma, tidak akan nyambung.
"Lo yakin mau gue kenalin sama tuh cewek?" tanya Hardin di sisa tawanya.
"Cepetan panggil dia ke sini sekarang," tegas Reyhan mulai jengkel melihat tampang Hardin yang jelas mengejeknya.
"Wow, santailah! Ngebet banget!" lanjut Hardin membuat Reyhan geram.
"Trina ke ruangan saya sebentar," ucap Hardin lewat telepon.
Hardin masih senyum-senyum sendiri melihat tampang Reyhan yang seperti orang salah tingkah. Meski Reyhan berusaha sekuat tenaga menyembunyikan kegugupannya dari Hardin. Jelas Reyhan tidak mau jadi bahan ejekan oleh sobatnya yang jahil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIBALIK CADAR (End)
RomanceFollow dulu sebelum membaca... Kategory : Romance Dewasa.18+ Yang paling suka dengan kisah romantis yang bikin baper mari merapat... Katrina harus menelan pil pahit kehidupan saat sang Bunda membawanya pindah ke Surabaya demi memisahkan dirinya deng...