23 - FLASH BACK (IV) OVERDOSIS NARSIS

816 86 26
                                    

Aku masih di sana. Berdiri terpaku dengan perasaan yang sulit diartikan. Jujur, aku shock.

Shock berat.

Lantas, jika benar laki-laki si pemilik mata juling itu adalah Reyhan, haruskan kini aku mendekatinya?

Aku bingung dan mulai menggigit bibirku. Satu kebiasaan yang sering aku lakukan jika aku cemas.

Aku justru berharap pandanganku kali ini sepertinya bermasalah. Atau jangan-jangan mataku kini sudah mulai minus?

Sebab, setahuku, apa yang aku lihat di foto memang tidak sepenuhnya memperlihatkan dengan jelas foto wajah keseluruhan milik Reyhan, tapi setidaknya aku bisa memastikan dari foto-foto itu bahwa Reyhan aslinya tidak semengerikan seperti yang sekarang ada dihadapanku. Dan satu hal lagi yang perlu kalian tahu, cowok di hadapanku sekarang sepertinya tidak layak disebut sebagai anak SMA.

Aku menghela nafas berat. Lantas apa yang sekarang harus aku lakukan? Tuhan tolong...!

Sebuah pesan kembali masuk di ponselku, persis ketika cowok aneh itu meletakkan ponselnya dan kembali menyuap makanannya yang hampir habis.

Rheina

Kenapa? Kok malah diem? Bukannya malah samperin aku. Aku udah tunggu kamu dari tadi. Inget loh, jangan ingkar janji!

Tanganku terkulai lemas, setelah membaca isi pesan itu.

Aku menghela nafas panjang lalu aku hembuskan perlahan. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk bersikap bijaksana dengan membuang segala hal-hal negatif yang berkecamuk dalam pikiranku saat ini. Aku tidak boleh jadi cewek pengecut. Bukankah aku sudah menunggu berminggu-minggu untuk hari ini? Untuk pertemuan ini?

Bahkan hampir semalaman aku tidak bisa tidur akibat memikirkan bagaimana kesan pertama pertemuanku dengan Reyhan hari ini.

Akhirnya, dengan langkah berat aku mulai berjalan mendekati cowok itu.

"Hai," sapaku ramah. Cowok itu mendongak menatapku. Ralat, dari bola matanya sih dia seperti melihat ke arah lain. Mulutnya masih penuh dengan makanan. Dari tatapannya, aku tidak bisa menilai apapun sebab dia juling. Tapi dari ekspresi wajahnya saat ini, aku merasa dia sepertinya bingung.

"Aku Katrina, kamu Reyhan ya?" tanyaku kemudian seraya mengulurkan tangan. Tapi nyatanya, uluran tanganku itu tidak mendapat sambutan.

"Reyhan siapa? Lu siapa? Lu ngigo ya?" kata laki-laki itu padaku.

Aku jadi bertambah bingung. Tapi kalimat yang di ucapkan oleh laki-laki itu selanjutnya, perlahan membuat aku mengerti suatu hal.

"Gua Ojay tukang sapu di taman ini." kata laki-laki itu yang berbicara setelah menelan makanannya bulat-bulat. Hingga setelahnya dia kembali menyuap suapan terakhirnya. "Maap tangan gua kotor," lanjutnya padaku yang masih berdiri mematung dengan tangan terulur.

Aku pun menarik tanganku dengan perasaan kesal, sekaligus lega.

Sial! Jadi Reyhan ngerjain gue! Makiku membatin. Aku pun berjalan hendak meninggalkan laki-laki itu. Tapi dia justru malah kembali bicara dan bodohnya kenapa juga aku harus kembali menoleh ke arahnya. Huft! Menyebalkan.

"Neng kalau masih mau kenalan atau ngobrol sama gua tunggu gua selesai nyapu dulu ya? Cantik juga lu," katanya sambil senyum-senyum nggak jelas. Ihhh... Aku bergidik geli dan langsung pergi menjauh dari laki-laki bernama Ojay itu.

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang