35 - PIALA BERGILIR

1.7K 80 32
                                    

Di sebuah ruangan dengan lampu redup temaram, seorang wanita terkulai lemah tak berdaya di atas lantai beralaskan kardus-kardus bekas.

Kesadarannya belum pulih sempurna. Dia mencoba untuk membuka mata. Kepalanya berkunang-kunang. Nafasnya terasa sesak. Wanita itu mencoba bergerak, tapi sia-sia. Ke dua kaki dan tangannya diikat begitu kencang. Hingga setelahnya dia hanya mampu berteriak. Meski suaranya hanya terdengar seperti orang yang sedang bergumam.

"Tolooonggg.. Tolooonggg..." Anggia terus berusaha berteriak meski setelahnya yang keluar hanya suaranya yang pelan tertahan. Entah mengapa dia merasa tenaganya seperti sudah dikuras habis. Dan lagi dia merasakan nyeri di bagian kewanitaannya ketika dia mulai menggerakkan kakinya.

Dan Anggia baru sadar kalau pakaian yang dia pakai sekarang bukanlah pakaian yang dia pakai sebelumnya. Anggia tidak tahu kemeja siapa yang kini melekat di tubuhnya.

Anggia mulai menangis. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lemas. Bahkan untuk sekedar membalik posisi tubuhnyapun sulit.

Seseorang masuk ke dalam ruangan itu begitu didengarnya suara tangisan Anggia. Seorang laki-laki bertubuh kekar yang mirip seperti preman. Membuat Anggia takut bukan main.

"Lo siapa? Lepasin gue nggak! Lo belum tahu siapa gue?" teriak Anggia susah payah.

"Woooww... Hebat sekali ya anak ingusan ini?" sahut sebuah suara lain dari arah luar.

Anggia melihat seseorang lain masuk dari balik pintu. Seorang laki-laki yang sepertinya sudah berumur. Kini laki-laki itu berjongkok di samping Anggia sambil berbisik pelan,"Dalam keadaan seperti ini aja lu masih bisa sombong? Kompak banget ya sama Kakak lu yang bajingan keparat itu!"

Anggia kembali menangis. "Lepasin Gia, Om... Gia salah apa?"

Laki-laki itu menyentuh dagu Gia dan mengangkatnya ke atas.

"Lu nggak salah, yang salah itu Hardin Surawijaya. Dia terlalu goblok, udah kasih gua kesempatan buat bales dendam!"

Anggia masih terus menangis bahkan semakin terisak.

Laki-laki itu bangkit dan beranjak keluar dari ruangan itu setelah sebelumnya dia menginstruksikan sesuatu kepada anak buahnya.

Tubuh Anggia yang tak berdaya itu di bopong oleh laki-laki bertubuh kekar tadi. Anggia hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa melawan lebih keras.

Tubuh Anggia di lempar ke atas sebuah ranjang empuk yang cukup besar. Di dalam ruangan itu, ada beberapa orang laki-laki yang sedang bercakap-cakap santai.

Anggia terus merintih meminta pertolongan. Tapi tak ada satupun dari orang-orang itu yang menghiraukannya. Hingga akhirnya laki-laki tadi datang. Dia berjalan dan bergabung dengan kumpulan laki-laki lain di ruangan itu.

Anggia melihat beberapa dari laki-laki di sana kini mulai memperhatikan dirinya. Bahkan ada salah satu dari mereka mulai berjalan mendekati Anggia.

"Om, lepasin Gia, Om. Tolooongggg.... Jangan apa-apain Gia ya, Om..." rintihnya memohon. Seumur hidupnya Anggia belum pernah merasa setakut ini.

Laki-laki setengah baya itu tersenyum, lalu mulai melepas ikatan di kaki Anggia.

Lalu kemudian laki-laki lain ikut menghampiri Anggia. Tapi kali ini laki-laki itu justru membuka kancing baju Anggia satu persatu. Tangan Anggia yang masih terikat tak bisa menepisnya. Hingga akhirnya Anggia mencoba menghindar. Sebab kakinya mulai bisa dia gerakan. Tapi sayangnya Anggia merasakan sakit yang begitu hebat pada bagian organ intimnya begitu dia menggerakkan ke dua kakinya untuk berdiri. Tubuh Anggia kembali jatuh ke lantai.

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang