19 - KEJADIAN DI CLUB

946 81 9
                                    

Reyhan merasakan ada seseuatu yang berhembus di wajahnya. Membuatnya memicingkan sebelah matanya yang sudah rapat terlelap sejak tadi. Dan Reyhan langsung terlonjak kaget ketika dilihatnya wajah Anggia yang begitu dekat. Seperti seseorang yang hendak menciumnya.

"Kamu ngapain?" pekik Reyhan. Reflek menjauhkan wajahnya dari Anggia.

Anggia tersenyum malu. "Emang sengaja mau buat Kak Reyhan bangun," lanjutnya jujur meski dalam hati dia kesal karena rencananya gagal.

"Aku nggak bisa tidur, Kak. Temen-temen lamaku di Jakarta ngajakin aku kumpul tapi aku takut kalau keluar sendirian jam segini. Inikan hari pertamaku di Jakarta, aku takut kalau nyetir sendirian," lanjut Anggia memberi penjelasan.

Mata Reyhan yang masih kabur langsung menengok arah jam dinding. Pukul 22.20 WIB. Ternyata dia tertidur cukup lama tadi. Pikirnya.

"Kakak maukan anterin aku? Nggak lama kok, pleaseeee..."

Saat itu Anggia terlihat sudah rapi dengan setelan dresscode semi-formal dan sepatu heels gelap. Penampilan Anggia memang selalu mempesona dimata kaum adam yang melihatnya. Dan hal itu diakui oleh Reyhan yang selalu sempurna menyembunyikan kekagumannya setiap kali melihat penampilan Anggia.

"Aduh Gia, aku ngantuk. Kapan-kapan aja deh keluarnya," ucap Reyhan yang masih sesekali menguap.

Anggia menarik tangan Reyhan supaya cowok itu bangkit dari atas sofa. Meski ogah-ogahan pada akhirnya Reyhan pun menurut juga.

Dua puluh menit kemudian mereka sudah ada di dalam honda jazz putih milik Reyhan yang melesat perlahan menyusuri jalan raya Ibukota yang cukup lengang.

Anggia mengambil kaca kecil dari dalam mini clutch yang dibawanya. Memastikan make upnya masih terlihat sempurna.

"Kita mau kemana?" tanya Reyhan datar.

"Velvet lounge and Bar, jalan pecenongan, Gambir, Jakarta pusat."

Reyhan memutar kemudi ke arah kanan. Meski tidak pernah kesana tapi dia tahu tempat itu.

*****

Mereka sampai disana ketika waktu tengah malam sudah lewat.

Mereka mulai memasuki sebuah ruangan dengan interior dominan berwarna ungu serta merah maroon berbahan beludru sehingga menampilkan kesan nyaman dan cozy namun tetap elegan.

Kepala Anggia celingukan seperti sedang mencari-cari sesuatu.

"Anggia..." teriak sebuah suara dari sebelah kiri pintu masuk.

Wanita bertubuh jangkung dengan pakaiannya yang sangat sexy berjalan menghampiri Anggia dan Reyhan.

"Lo cantik banget, Gia? Jerman banyak buat lo berubah ya kayaknya?" ucap wanita itu.

"Lo juga cantik," timpal Anggia. Dia melirik Reyhan sekilas. "Kenalin Key, ini Reyhan, pacar gue,"

Reyhan hendak buka mulut bermaksud untuk mengklarifikasi perkataan Anggia. Namun uluran tangan Keyra membuatnya urung melakukan hal itu. Mereka saling berkenalan. Anggia mengajak Reyhan bergabung bersama sekumpulan anak muda yang tengah asyik berpesta pora sambil menikmati irama music house yang menggema memenuhi seisi ruangan.

Ketika Anggia asyik berjoget bersama teman-temannya, Reyhan memilih untuk duduk menyendiri di salah satu bar minuman. Dia bukan tipikal cowok yang suka dengan gemerlap dunia malam. Dia juga bukan tipikal cowok yang suka kumpul-kumpul party dan berjoget bebas dalam pengaruh alkohol. Pernah satu kali Hardin mengajaknya ke tempat seperti ini saat mereka masih di Surabaya. Dan tempatnya jauh lebih mewah dari tempat yang dia kunjungi dengan Anggia sekarang. Reyhan di ejek habis-habisan oleh Hardin karena dia hanya memilih air putih saat Hardin bermaksud memesan minuman. Tapi kembali lagi pada kepribadian masing-masing. Reyhan sudah terbiasa hidup susah sejak kecil dan dia cukup menghargai hasil jerih payahnya untuk digunakan pada hal-hal yang lebih bermanfaat ketimbang menghabiskannya di bar atau diskotik.

Reyhan tengah asyik menatap layar handphonenya, sekedar berbalas DM dengan Rasti, sahabatnya semasa SMA yang kini sukses meraih gelar sarjana kedokteran di UI. Hidupnya kini sudah lengkap setelah tiga bulan yang lalu dia melangsungkan resepsi pernikahannya di Bali. Wanita berhijab yang memiliki pemikiran dewasa. Membuat Reyhan percaya untuk berbagi seluruh kisah pahit kehidupannya yang bahkan tak sanggup dia ceritakan pada siapapun, termasuk Katrina. Wanita yang sangat dia cintai. Sebab baginya masa lalu itu terlalu pahit untuk diceritakan. Luka itu seperti masih terasa hingga sekarang. Membekas dan tak mau hilang.

Sebuah suara teriakan membuyarkan lamunan Reyhan. Teriakan Anggia.

Pandangan Reyhan menyapu seluruh lantai dansa dan mendapati Anggia yang kewalahan ketika dua orang laki-laki tengah menghimpit tubuhnya dari depan dan belakang. Mereka terus menghimpit Anggia dengan tangan liar yang terus meraba tiap jengkal dari tubuh mulus yang berpakaian terbuka itu.

"Udah dong, pergi...!" Teriak Anggia lagi. Awalnya dia merasa asyik berjoget bersama beberapa laki-laki disekelilingnya. Tapi kenapa lambat laun dua diantara beberapa laki-laki itu kian berubah menjadi lebih agresif. Membuat Anggia merasa tidak nyaman. Apalagi saat dia merasakan ke dua tubuh laki-laki itu menghimpit tubuhnya. Gia mencoba menghindar tapi mereka mengepung Anggia membuat Anggia tak bisa berkutik.

"Lepas! Lepasin nggak! Kak Reyhannnn..."

Gigi geraham Reyhan seketika bergemeretak. Tangannya mengepal keras. Dia berjalan menuju Anggia lalu melayangkan dua pukulan bertubi-tubi pada masing-masing laki-laki brengsek itu. Hingga mereka tersungkur ke lantai dengan pelipis yang memar dan berdarah. Karena pukulan itu sangat kuat.

"Bangsat lo berdua! Kalau berani lawan gue! Jangan cuma beraninya sama cewek doang!" teriak Reyhan menantang ke dua bajingan tengil yang berani membangunkan singa yang sedang tidur.

Ke dua laki-laki itu bangkit dan hendak membalas perlakuan Reyhan. Tapi tubuh Reyhan lebih gesit dari yang mereka kira. Ini bukan kali pertama Reyhan terlibat aksi baku hantam dengan orang lain. Reyhan bahkan sudah sangat berpengalaman dalam hal itu. Puluhan tahun dia arungi hidup di jalanan, membuat dia menjadi pribadi yang berani dan tangguh. Apalagi kalau hanya melawan dua bocah ingusan macam ke dua laki-laki dihadapannya ini. Bukan tandingannya. Pikir Reyhan.

Terjadilah adegan baku hantam di antara ke dua belah pihak. Sampai akhirnya pihak securitypun melerai mereka.

Tanpa berkata apapun Reyhan langsung menarik tangan Anggia keluar dari dalam bar itu. Anggia yang masih dalam posisi shock melihat Reyhan yang selama ini dianggapnya baik tak pernah marah apalagi berkata kasar dan kini Anggia seperti melihat sisi lain dari pribadi laki-laki itu.

Dan yang pasti, hal itu membuat Anggia semakin kagum pada Reyhan.

Dia semakin yakin akan perasaannya pada Reyhan.

Bahwa pada kenyataannya, Anggia telah mencintai Reyhan sejak pertama kali dia bertemu Reyhan sepuluh tahun silam. Saat seorang sahabatnya yang bernama Katrina mengenalkan dirinya dengan Reyhan di sebuah bioskop. Namun sayangnya cinta Anggia pada Reyhan saat itu justru bertepuk sebelah tangan. Karena yang dia ketahui setelahnya adalah, Reyhan telah lebih dulu jatuh cinta pada Katrina.

Di dalam mobil emosi Reyhan meledak. Dia menggebrak dashboard mobilnya. "Mulai besok kalau lo mau pergi ke tempat-tempat beginian lagi, nggak usah ajak-ajak gue!"

"Sekarang kita pulang ke apartemen. Beresin barang-barang lo, malam ini juga gue anter lo ke Bandung!"

Reyhan benar-benar kalut. Seketika rahasia gelap masa lalunya yang selama ini berusaha dia kubur dalam-dalam seolah kembali muncul ke permukaan. Dan hal itu membuatnya sangat frustasi. Hingga dia tidak mampu mengontrol emosinya pada kedua laki-laki biadab tadi.

Reyhan tahu Anggia kini menangis terisak, tubuhnya menempel di pintu mobil. Seperti orang yang sedang ketakutan. Sayangnya Reyhan masih belum bisa menstabilkan emosinya.

Reyhan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Membelah jalanan kota Jakarta yang sudah mulai lengang.

*****


Spechlees nggak sih sama yg dilakuin Reyhan buat Gia?

Kalo masih penasaran, ayo ikutin terus kelanjutan ceritanya...

Salam Herofah...

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang