22 - FLASH BACK (III) KETEMUAN

805 83 16
                                    

Berawal dari perkenalan di sebuah game online yang aku mainkan. Sampai saling berkirim dan bertukar foto. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk bertemu.

Entah hal nekat apa yang mendorongku untuk menyanggupi ajakan Reyhan tempo hari padahal sampai detik ini dia tidak kunjung mengirimiku gambar foto dirinya yang utuh. Sampai aku yang memang sudah kelewat penasaran mencetak ke lima foto yang Reyhan kirimkan padaku untuk kemudia benar-benar aku susun, meski hasilnya tetap saja aneh.

Nggak nyambung!

Huft!

Tapi satu hal yang berhasil aku tangkap setelah aku kembali memperhatikan detail foto-foto itu lebih jauh. Di situ jelas-jelas terlihat bahwa kulit Reyhan tidak hitam, melainkan putih. Hidungnya mancung dan lancip di ujung. Bentuk matanya sedang tidak besar dan juga tidak sipit tapi alisnya sangat bagus, hitam dan tebal. Jujur, aku suka melihat cowok-cowok yang memiliki alis hitam dan tebal. Lalu telinganya juga kecil, tidak lebar. Bentuk model rambutnya lurus dan seperti model remaja lelaki kebanyakan. Dan yang terakhir, bibirnya.

Entah itu betulan foto bibirnya atau bukan, sebab sangat meragukan. Bibirnya Reyhan di dalam foto itu terlihat sangat manis dan, hmmm... Sexy. Hihihi.

Aku memang tidak tahu apa itu sexy, tapi bagiku bibir Reyhan memiliki bentuk yang sempurna dan bagus. Senyum yang melengkung d bibir itu membuatku hatiku melayang setiap kali memperhatikannya dengan semua imajinasiku yang terkadang suka berlebihan. Tapi yang pasti, jika memang semua potongan-potongan gambar ini adalah gambar diri seorang Reyhan, hatiku bisa sedikit lega, karena itu tandanya, wajah Reyhan tidak seburuk yang aku kira. Malahan justru sebaliknya, pasti dia seorang laki-laki yang tampan.

Aku sudah siap dengan penampilanku yang sangat-sangat sederhana dan norak. Aku bahkan tidak memiliki pakaian baru yang sesuai dengan seleraku karena semua pakaian yang aku punya adalah hasil pilihan Bunda yang dia beli sendiri tanpa meminta pendapatku. Bahkan dalam hal penampilan pun aku tak luput dari pengawasan Bunda.

Saat ini aku memilih pakaian berbahan dasar jeans berbentuk overall yang biasa dikenal dengan istilah baju kodok. Dan aku memakai kaos berwarna pink sebagai dalaman.

Kupikir, ini kostum terbaik yang aku miliki saat ini.

Hari itu, Bunda sedang libur kantor karena kebetulan memang hari weekend. Jadilah aku meminta pertolongan sahabat terbaikku Anggia untuk menjadi tameng supaya aku bisa di ijinkan pergi oleh Bunda. Semoga saja hati Bunda sedang baik, jadi aku bisa diijinkan untuk pergi bersama Anggia ke toko buku.

Ya, itulah alasan yang kami buat saat itu.

Dan ini, adalah kebohongan pertama yang kubuat sepanjang sejarah kehidupanku yang saat ini sudah mulai beranjak remaja.

Sebab, tahun ini aku lulus SMP dan akan masuk ke sekolah yang jenjangnya lebih tinggi.

Rasanya sangat tidak sabar untuk mengenakan seragam putih abu-abu, seperti seragamnya Reyhan. Ya, aku dan Reyhan memang terpaut umur dua tahun.

Aku lima belas tahun mendekati enam belas, sementara Reyhan tujuh belas. Aku kelas tiga SMP sementara Reyhan kelas dua SMA.

"Cuma ke toko buku aja?" tanya Bunda dengan ekspresi wajah datar dan gaya bicaranya yang terdengar tegas.

"I-iya Tante," jawab Anggia disertai anggukan kepalanya. Ekspresi wajahnya terlihat ngeri. Aku yang duduk di sampingnya terus berusaha untuk menahan tawa sampai perutku sakit dibuatnya. Habis tampang Anggia lucu banget.

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang