11 - RENCANA PERJODOHAN

1K 100 10
                                    

Duhai Putri Bulanku, sudikah kau menjadi penyelamat hatiku?

Bait puisi terakhir dari Reyhan yang masih lekat dalam ingatan Katrina. Sebuah puisi yang dipersembahkan Reyhan saat laki-laki itu menyatakan perasaannya pada Katrina. Bahkan Katrina pun masih menyimpan gelang perak pemberian Reyhan yang warnanya sudah mulai memudar. Gelang dengan gantungan bulan-bulan sabit berwarna-warni.

Hari ini pencarian Katrina lagi-lagi tak membuahkan hasil. Dia tak mendapati siapapun di rumah Anggia sore tadi. Kata tetangga, rumah itu sudah lama kosong semenjak Orang Tua Anggia mengalami kecelakaan mobil hingga menyebabkan mereka tewas di tempat.

Katrina benar-benar merasa sangat tidak berguna. Sebagai seorang sahabat, dia justru tidak ada di sisi Anggia ketika Anggia harus melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya. Kehilangan ke dua orang tua yang begitu menyayanginya selama ini. Dan ada kemungkinan Anggia sekarang tinggal di Bandung bersama Kakek dan Neneknya.

Semenjak non aktif di media sosial, Katrina benar-benar telah kehilangan kontak komunikasi dengan Anggia. Dan semua itu karena sang Bunda yang dengan tega memblokir seluruh akses komunikasinya di media sosial. Dari mulai Facebook, twitter, Instagram, line, bahkan sampai pada semua nomor kontak tersimpan di ponsel Katrina, di hapus seluruhnya oleh Arini. Di mana alasannya hanya satu, karena Reyhan. Arini tidak mau Katrina masih berhubungan dengan Reyhan meski jarak mereka terpisah jauh. Arini memang sungguh kejam.

Malam ini usai menunaikan shalat Isya, Katrina memilih untuk ikut berkumpul bersama Rudi dan istrinya Zahara di ruang keluarga. Rudi sempat menanyakan padanya bagaimana kesan pertama bekerja di perusahaan Hardin.

"Perusahaannya bonafit sih, Om. Cuma, aku agak kurang sreg aja sama kelakuan CEO-nya yang bernama Hardin itu," jawab Katrina mencoba jujur. Kejadian memalukan tadi pagi di kantor seolah kembali memenuhi isi kepalanya. Tapi anehnya, Rudi justru tertawa seraya menyesap kopinya.

"Hardin itu memang sudah dari kecil buadungnya minta ampun, kalo kata orang sunda bilang sih, bangor pisan eta budak. Tapi semenjak ke dua orang tuanya meninggal tiga tahun yang lalu, sedikit demi sedikit tingkah lakunya mulai berubah. Terutama hubungannya dengan adik perempuannya. Dulu dia tidak pernah perduli pada adiknya. Hardin malah sering menuduh adiknya adalah penyebab orang tuanya tidak menyayangi dia lagi, sampai dia tidak mau tinggal bersama orang tuanya di Jakarta dan lebih memilih tinggal bersama Nenek dan Kakeknya di Bandung. Makanya keluarga Pak Syamsul itu selalu mendesak Aki supaya cepat-cepat mencarikan jodoh untuk Hardin, karena mereka sangat percaya pada keluarga Aki. Mereka percaya pilihan Aki pasti yang terbaik untuk Hardin,"

"Uhuk-uhuk!" Katrina hampir tersedak biskuit yang sedang dia kunyah. Cepat-cepat dia mengambil minuman di meja dan meneguknya perlahan. Katrina memang tidak pernah memakai cadar di dalam rumah.

"Jadi, maksud Om Rudi, Hardin adalah laki-laki yang waktu itu di ceritakan oleh Aki, yang Aki bilang, ada seorang laki-laki dari keluarga baik-baik yang sedang mencari pendamping hidup?" ucap Katrina masih dengan ekspresi tidak percaya. Katrina terus beristighfar dalam hati. Mungkin iya kalau dikatakan dari keluarga baik-baik, tapi Hardin jelas bukan laki-laki baik.

"Iya, benar." jawab Rudi sambil menganggukan kepalanya. "Memang Aki belum mengatakan apa-apa padamu?"

"Sudah sih Om," jawab Katrina lesu. Katrina mencoba mengingat pembicaraannya dengan Aki dan Nini di Bandung waktu itu, tepat satu hari sebelum keberangkatannya ke Jakarta.

*

"Sekarang usiamu sudah 25 tahun kan Trina?" tanya Aki.

Katrina mengangguk mengiyakan. Matanya sesekali menoleh ke arah Nini.

"Aki cuma mau bertanya, apa sekarang ini kamu sedang dekat dengan seseorang?"

"Maksud Aki?" tanya Katrina masih belum paham arah pembicaraan ini.

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang