13 - SANG WANITA BERCADAR

1K 92 11
                                    

Seorang laki-laki berjalan santai keluar dari area parkir perusahaan setelah memarkirkan Grand Livina putihnya.

Gayanya terlihat casual tapi tetap formal. Setelan kemeja hitam dengan celana panjang slim fit hitam yang dia padu padankan dengan blazer coklat tua polos membuatnya terlihat begitu rapi. Potongan rambut tipe pompadour menambah kesan macho, trendi dan kekinian di dalam dirinya. Pesona yang dia pancarkan nyaris membuat setiap pasang mata seolah terhipnotis saat melihatnya. Terlebih lagi, bagi lawan jenisnya.

Laki-laki itu berjalan ke lobi menuju bagian resepsionis. Belum ada orang di sana. Hanya ada beberapa security, itu pun di luar gedung. Lalu dia mulai merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponsel androidnya yang berwarna silver. Dia mulai menghubungi seseorang. Dalam hitungan lima detik telepon itu pun diangkat.

"Halo? Assalaamualaikum, Hardin? Gue udah di kantor nih, di Jakarta. Ruangan lo di mana?" tanya Reyhan pada sahabatnya.

Terdengar suara tawa keras di seberang sana. "Waalaikum salam. Dari dulu karyawan yang satu ini emang nggak pernah berubah ya, selalu jadi yang paling rajin masuk kantor," ejek Hardin yang bahkan masih terbaring santai di balik selimut tebalnya di atas ranjang.

"Ya kan gue dateng langsung dari Bandung, makanya tadi sebelum shubuh gue udah berangkat. Jakarta Bro, gue paling males kena macet,"

Hardin pun memberitahu Reyhan letak ruangannya. Setelah telepon di tutup, Reyhan langsung berjalan menuju lift ke lantai tiga.

Di dalam lift Reyhan mendapati ponselnya kembali berdering.

Anggia calling...

Reyhan pun mengangkat panggilan itu. Dia hendak bicara tapi suara di seberang sudah lebih dulu menyela.

"Halo Mr. Handsome? What are you doing there?" teriak Anggia dengan suaranya yang cempreng dan nyelekit di telinga.

Reyhan meringis merasakan ngilu di telinga kanannya. Aduh, Anggia ini kalau di telepon selalu saja berteriak-teriak, seperti di hutan saja! Pekik Reyhan dalam hati.

"Waalaikum salam Gia." Jawab Reyhan dengan gaya sindiran halusnya.

Anggia tertawa kecil, menyadari kesalahannya. Dia lupa kalau Reyhan ini tipikal laki-laki yang taat beribadah.

"Sebentar lagi Gia pulkam loh ke Indonesia,"

"Terus?" ucap Reyhan saat dia baru saja melangkahkan kakinya keluar dari lift.

Reyhan sempat berpapasan dengan beberapa karyawati di dalam kantor yang sempat terlihat memandangnya dengan ekpresi yang sulit diartikan. Reyhan sadar betul sudah menjadi pusat perhatian di dalam kantor ini. Ya, mungkin karena dia adalah orang baru. Pikir Reyhan secara logika.

"Kok terus?" jawab Anggia terdengar tidak terima.

"Ya, emang harus bilang apa?" Kini Reyhan mulai memasuki ruangan staf produksi.

"Ya, bilang apa kek gitu, biar Gia seneng. Ah, Kak Reyhan nggak asik nih!" Anggia mulai cemberut.

Reyhan mulai memasuki ruangan Hardin yang pintunya tidak tertutup rapat. Dia pun langsung mendorong pintu itu dan melangkah masuk sambil terus melanjutkan percakapannya dengan Anggia di telepon.

"Iya deh, Anggia sayang, aku seneng banget denger kamu sebentar lagi mau pulang ke Indonesia. Kangen banget sama kamu," Reyhan mengucapkan kalimat itu dengan suara yang terkesan manja dan dibuat-buat. Biar terdengar romantis. Sebab jika dia belum berkata seperti itu, Anggia akan terus merengek memintanya untuk berkata seperti itu. Reyhan sudah sangat paham sifat kekanak-kanakkannya Anggia, bahkan di luar kepala.

"Nah gitu dong! ..." Anggia masih terus berbicara di telepon itu, tapi kini suaranya seolah tidak ditangkap dengan baik oleh Reyhan.

Reyhan yang baru menyadari kalau di dalam ruangan Hardin saat itu ada orang lain selain dirinya. Dia mendapati seseorang dengan pakaian bernuansa gelap sedang berdiri di depan meja kerja Hardin dan seseorang itu kini sedang menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Reyhan berdiri di ambang pintu. Langkahnya terhenti saat dia menyadari kalau wanita di dalam sana adalah wanita muslim bercadar, sementara Reyhan tahu persis biasanya wanita-wanita seperti itu sangat anti bila harus berdekatan dengan laki-laki asing. Reyhan cukup menghormati hal itu.

Reyhan membuka pintu di sampingnya lebar-lebar. Saat dilihatnya wanita itu mulai melangkah menuju pintu.

Wanita itu hanya diam seribu bahasa sementara Reyhan sendiri bingung harus memulai percakapan dari mana.

Tatapan mereka bertemu saat jarak mereka cukup dekat.

Reyhan sempat merasakan sesuatu ketika manik mata indah bercelak hitam dengan bola mata kecoklatan milik wanita itu menatap lurus ke arahnya, meski hal itu berlangsung hanya dalam hitungan detik, tapi entah mengapa, Reyhan merasa tatapan itu tidak asing. Bahkan aroma tubuhnya menyeruak masuk memenuhi rongga penciuman Reyhan. Aroma ini...

Reyhan terus berpikir, berpikir dan berpikir tanpa menemukan sesuatu yang pasti di dalam pikirannya sendiri.

Reyhan sempat memberikan seulas senyum tipis pada wanita bercadar itu sebelum dia benar-benar berlalu dari hadapannya. Wanita itu berjalan pelan melewati Reyhan.

Sepertinya, wanita itu terlihat canggung. Hingga dia berjalan keluar dengan wajah yang terus menunduk. Reyhan sempat mendapati wanita itu kembali menoleh ke belakang. Dia kembali menatap ke arah Reyhan yang masih belum beranjak dari ambang pintu. Hingga setelahnya dia berbalik dan berjalan cepat keluar dari ruangan staf produksi dan bayangannya hilang di balik dinding kaca.

Reyhan masih tetap berdiri di posisinya semula. Di ambang pintu ruang kerja Hardin. Mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu. Hingga setelahnya dia menepis semua pikiran aneh yang tiba-tiba saja singgah.

Dan suara panggilan seorang wanita dari arah ponsel di tangannya yang masih dia tempelkan di telinga mulai kembali mencuri perhatiannya.

"Eh, i-iya Nggi, maaf. Kamu tadi bilang apa?"

Reyhan kembali melangkah. Kembali melanjutkan percakapannya dengan Anggia yang sempat tertunda. Dia menutup pintu itu untuk kemudian menunggu sang pemimpin perusahaan itu datang.

*****

Terima kasih readers baik...

Ayo vote nya, komentnya, dan folownya..

Salam herofah...

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang