32 - FLASH BACK (XIII) AIR MATA REYHAN

1K 77 15
                                    

Setelah hujan sedikit lebih reda, seperti janji Kak Reyhan sebelumnya, dia akan mengantarku pulang menggunakan motor milik Bang Nindra.

Jadilah, malam itu aku dan Kak Reyhan kembali menikmati kedekatan yang terasa semakin intens di antara kami.

Saking dingin aku benar-benar tak mampu menahan diri untuk tidak memeluk Kak Reyhan. Meski awalnya Kak Reyhan melarang tapi aku tidak perduli, aku tetap memeluk tubuh kurus itu dari belakang.

Walau kurus, tapi bahu Kak Reyhan lebar dan punggungnya yang kini benar-benar menempel di dadaku terasa hangat. Aku benar-benar menikmati kebersamaan kami malam itu. Aku membenamkan wajahku di balik bahunya sambil memejamkan mata. Rasanya, sangat nyaman.

Dan saking nyaman, aku sampai tidak sadar bahwa sepanjang perjalanan pulang itu aku malah tertidur di motor dengan posisiku yang memeluk Kak Reyhan dari belakang. Untung saja tidak jatuh.

Aku membuka mata saat Kak Reyhan membangunkanku. Ketika itu kami sudah berada tepat di depan pintu gerbang rumahku.

"Enak ya yang diboncengin, sampai ketiduran," sindir Kak Reyhan saat aku kini sudah turun dari motor. Aku berdiri di hadapan Kak Reyhan yang masih duduk di atas motor matic itu. Dia membuka helmnya dan menaruhnya di atas kaca spion.

"Habis, bahu Kak Reyhan nyaman banget, udah kaya bantal di kamarku, hehehe..." seruku terkekeh.

"Huuu dasar!" balas Kak Reyhan sembari menjitak pelan ubun-ubun kepalaku.

"Ya udah sana masuk, udah malem banget. Aku pulang ya?" pamit Kak Reyhan pada akhirnya.

Aku buru-buru melirik jam di tanganku yang memang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Tapi entah kenapa, aku merasa belum puas bertemu Kak Reyhan meski aku sadar kalau hari ini adalah hari terlama aku dan Kak Reyhan melewati waktu bersama.

Lalu aku ingat dengan pesan yang dikirimkan Bunda padaku satu jam yang lalu sebelum aku hendak pulang dari kostan Kak Reyhan. Kata Bunda, malam ini Bunda tidak pulang. Karena pekerjaan kantornya belum rampung, Bunda terpaksa menginap di hotel bersama rekan-rekan kerjanya malam ini. Hal itu tentu memuluskan niatku untuk bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kak Reyhan, malam ini.

"Eh tunggu dulu, cepet banget udah mau pulang aja, nggak mau mampir dulu?" ajakku pada Kak Reyhan saat itu. Aku menahan lengan Kak Reyhan yang hendak menstarter motornya.

Kak Reyhan tersenyum menatapku. "Udah malem, Trina. Nggak enak sama orang, lagian walaupun ibu kamu nggak ada, tapikan asisten rumah tangga kamu ada di rumah, nanti kalau dia ngadu yang macem-macem ke Bunda kamu gimana?" celoteh Kak Reyhan panjang lebar.

Meski ada benarnya perkataan itu, tapi aku tetap bersikukuh untuk mengajak Kak Reyhan mampir ke rumahku malam itu. Sebab, kapan lagi aku bisa berlama-lama dengan Kak Reyhan jika bukan malam ini.

Masalah asisten rumah tanggaku, itu biar aku urus nanti saja.

"Nggak usah lama-lama mampirnya, sebentar aja... Katanya Kak Reyhan mau liat kamar aku, ayo Kak, masuk dulu..." rengekku seperti anak kecil. Aku bahkan menarik-narik lengan Kak Reyhan supaya dia turun dari atas motornya saat itu.

Aku bisa melihat tampaknya Kak Reyhan sedang berpikir keras, hingga setelahnya dia menghembuskan napas pasrah dan turun juga dari motor. Dia menuntun masuk motor matic itu ke halaman rumahku setelah aku membukakan pintu gerbang untuknya.

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang