Seharian ini Anggia terus menempel pada Reyhan. Sementara Reyhan cuma bisa pasrah tapi bukan karena dia suka, hanya saja dia tidak mau menyinggung perasaan wanita yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri itu.
Reyhan duduk di salah satu bangku panjang di kedai mini. Dimana sisi ujung dari bangku itu tengah diduduki oleh seseorang. Ya, Katrina namanya. Wanita yang cukup menyita sedikit perhatian Reyhan sejak pertama kali mereka bertemu di ruangan Hardin.
"Kamu mau makan apa?" tanya Reyhan pada Anggia.
"Aku mau makan bakso sama es jeruk. Di Jerman nggak ada bakso soalnya."
Reyhan berjalan untuk memesan makanan. Sementara tatapan Anggia tertuju pada wanita bercadar di ujung sana. Bukankah dia wanita yang ada di ruangan Kak Rey tadi? Tebak Anggia. Matanya terus menyelidik ke arah Katrina. Sampai Reyhan akhirnya kembali.
"Kak, itu wanita yang pakai cadar itu siapa?" tanya Anggia penasaran. Kalimatnya setengah berbisik.
"Itu karyawan baru. Hardin kok yang terima dia,"
"Hah? Yakin tuh Aa mau nerima yang model begituan?"
"Emang kenapa? Ada yang aneh?" Reyhan malah balik tanya. "Bukankah sudah kewajiban bagi seorang wanita muslim untuk menutup aurat?"
"Hmmmm, nyindir nih ceritanya?" seru Anggia tersinggung.
Reyhan malah tertawa. "Nggak Anggia sayaaanggg... Baper banget sih?"
Anggia tersenyum bahagia. "Aku seneng deh di panggil sayang sama Kakak,"
"Rasa sayang itukan nggak harus selalu di ucapkan dengan kata-kata Gia," ucap Reyhan santai.
Anggia tertegun mendengarnya.
PRANG!
Hingga setelahnya suara nyaring dari benda yang terjatuh justru membuyarkan ketakjuban Anggia mendengar pengakuan Reyhan tadi.
Seluruh pasang mata di area kedai mini itu sontak tertuju ke arah suara. Di mana seorang wanita bercadar kini tengah memunguti pecahan gelas kaca yang baru saja dia jatuhkan tanpa sengaja.
Reyhan yang baru saja hendak menyuap makanannya saat dia mendengar bunyi itu langsung bertindak cepat, karena kebetulan jaraknya dengan Katrina lumayan dekat.
"Kamu nggak apa-apa? Sini aku bantu," Reyhan membantu Katrina memunguti pecahan gelas itu sampai salah seorang pemilik kedai menghampiri mereka dan mengambil alih pekerjaan yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Katrina tak henti-hentinya meminta maaf pada si pemilik kedai. Katrina merasa begitu bodoh saat itu.
"Maaf sudah merepotkan. Saya permisi dulu," ucap Katrina pada Reyhan. Wanita itu langsung berjalan cepat keluar dari kedai saat itu juga, bahkan tanpa menunggu jawaban dari Reyhan.
Mata elang Reyhan masih mengamati sampai bayangan Katrina menghilang di tikungan. Reyhan merasa seperti ada yang aneh dari wanita itu. Tapi dia sendiri tidak mampu mengartikan arti perasaannya sendiri.
Anggia menarik tangan Reyhan dengan cepat, dia tidak sabar ingin mendengar konfirmasi ulang atas ucapan terakhir Reyhan kepadanya tadi.
"Maksud omongan Kakak tadi apa?" tanya Anggia. Hatinya masih berbunga-bunga.
"Omongan yang mana?" Reyhan berniat melanjutkan kembali acara santap siangnya yang sempat tertunda.
"Coba ulang lagi, kalimat yang tadi Kak Reyhan bilang ke Gia? Kalimat terakhir tadi yang ada sayang-sayangnya," paksa Anggia. Dia menunggu dengan penuh antusias. Sudah begitu lama rasanya Anggia ingin mendengar Reyhan menyatakan perasaannya. Mungkin inilah momen-momen itu, saat-saat di mana Reyhan akhirnya akan memintanya untuk menjadi pacarnya. Anggia terus tersenyum lebar, matanya menatap lurus-lurus wajah Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIBALIK CADAR (End)
RomansaFollow dulu sebelum membaca... Kategory : Romance Dewasa.18+ Yang paling suka dengan kisah romantis yang bikin baper mari merapat... Katrina harus menelan pil pahit kehidupan saat sang Bunda membawanya pindah ke Surabaya demi memisahkan dirinya deng...