26 - FLASH BACK (VII) PUTRI BULANNYA REYHAN

744 80 11
                                    

"Oh... Emangnya Kakak punya mantan berapa? Pasti banyak?" suara Anggia kembali terdengar menusuk di telingaku.

Anggia yang sejak tadi terus-menerus mengintrogasi Kak Reyhan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tidak penting. Dan hal itu membuat aku benar-benar kesal karena kehilangan kesempatan untuk mengobrol dengan Kak Reyhan. Huft!

Harusnyakan aku yang sekarang mengobrol dengan Kak Reyhan, bukannya malah jadi kambing congek yang terpaksa mendengarkan pembicaraan mereka! Gerutuku kesal dalam hati.

"Nggak, kok. Mantan aku sedikit. Kayaknya sih nggak sampe sepuluh orang." jawab Kak Reyhan, yang aku tahu dia lagi ngibulin Anggia. Soalnya Kak Reyhan pernah bilang padaku kalau dia itu belum pernah pacaran.

Eits, tapi tunggu dulu, jadi sebenernya yang lagi dikibulin itu aku apa Anggia ya? Ish... Nyebelin!

"Ya ampun? Segitu banyak kali Kak. Daripada Katrina jangankan mantan, pacaran aja nggak pernah." seru Anggia dengan lirikan jahilnya.

Sialan! Sumpah rasanya aku ingin menyumpal mulut Anggia dengan semen saat itu juga. Aku melihat Kak Reyhan tertawa. Mereka berdua tertawa. Mengejekku!

Oke, ada baiknya aku pergi dari tempat ini sekarang. Sepertinya satu cup es krim coklat bisa sedikit meredakan hatiku yang kian lama kian mendidih gara-gara Anggia!

Sial!

***

Sekembalinya aku ke dalam bioskop, aku tak melihat Anggia di sana. Hanya ada Kak Reyhan yang sedang duduk sendirian di tempat yang sama dengan tempatnya tadi mengobrol bersama Anggia.

"Anggi kemana?" tanyaku dan mengambil posisi duduk di samping Kak Reyhan. Aku merasa bahuku sempat menyentuh bahu Kak Reyhan karena aku duduk terlalu dekat dengannya. Aku pun buru-buru menggeser posisiku sedikit menjauh. Ih sumpah malu banget!

Saat itu Kak Reyhan hanya diam tanpa menjawab pertanyaanku. Dan yang terjadi selanjutnya, dia justru menggeser tubuhnya merapat ke tubuhku. Hingga kini ke dua bahu kami kembali saling bersentuhan satu sama lain. Kami duduk tanpa jarak. Tanpa spasi.

Aku mulai dilanda kegugupan yang nyata. Bahkan cup es krim di tanganku mendadak gemetaran.

"Nggak apa-apakan kalau begini?" tanya Kak Reyhan tiba-tiba, nada suaranya terdengar serius.

"Hah? Ng-nggak apa-apa kok- Kak," saking gugupnya aku jadi kesulitan bicara.

"Tadi Anggia bilang dia ada urusan, terus langsung pergi. Dia cuma titip ini," Kak Reyhan menyerahkan dua tiket nonton milik Anggia kepadaku. Aku pun menerimanya dan masih terus berusaha menyembunyikan rasa gugup yang menjalari tubuhku.

"Kenapa dari tadi diem terus?" tanya Kak Reyhan lagi.

"Emang dari tadi ada yang ngajakin aku ngobrol?" semburku kesal, sedikit mulai rileks.

"Cemburu?" bola mata Kak Reyhan menatap lurus wajahku. Untuk sesaat tatapan kami saling bertemu. Meski tak berlangsung lama.

"Pede banget sih! Siapa juga yang cemburu? Pacar juga bukan, ngapain cemburu." kacau. Aku benar-benar bodoh dalam mengekspresikan perasaan. Jelas-jelas aku sewot sedari tadi melihat kedekatan Anggia dengan Kak Reyhan, tapi masih saja ngeles! Habis, gengsi sih...

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang