Semburat senja di kejauhan mulai terlihat mewarnai langit Jakarta dengan sinarnya yang berwarna jingga. Itu artinya waktu kebersamaanku dengan Reyhan sebentar lagi akan berakhir, karena Anggia sudah mengatakan bahwa dirinya pulang dari rumah kawannya sekitar pukul lima sore dan ini sudah pukul empat sore.
Aku harus kembali pulang bersama Anggia supaya Bunda tidak curiga.
Hari ini aku puas berkeliling daerah Blok M bersama Reyhan.
Kami masuk ke Blok M Plaza dan melihat-lihat isinya.
Bermain bersama di salah satu wahana permainan di dalam mall itu. meski hanya membeli beberapa koin karena aku tahu, Reyhan tidak memiliki cukup uang untuk membelikanku koin lebih banyak.
"Maaf ya, kalau di mall tadi nggak beli apa-apa, cuma liat-liat doang, hehehehe..." ucap Reyhan padaku saat aku dan dia baru saja melangkah keluar dari dalam mall.
"Nggak apa-apa. Segitu juga aku udah seneng banget. Ini pertama kalinya aku bisa puas jalan-jalan di mall, biasanya kalau ke mall paling cuma mampir ke toko buku, udahannya langsung pulang karena nggak punya banyak waktu kayak hari ini," jelasku pada Reyhan.
Kami berjalan berdampingan di trotoar pejalan kaki di sepanjang jalur jalan raya Blok M yang cukup padat.
"Emang biasanya kamu kalau pergi ke mall sama siapa?" tanya Reyhan.
"Sama Anggia, satu-satunya sahabatku di sekolah yang juga jadi tetanggaku sejak aku kecil, aku sama Gia udah sekolah bareng dari TK, SD dan sampe SMP sekarang juga bareng,"
"Oh, gitu," Reyhan menjawab sambil menganggukkan kepala. Diam-diam aku melirik ke arahnya. Memperhatikan gayanya saat sedang berjalan. Tubuhnya yang jangkung membuatku harus mendongakkan kepala supaya bisa menangkap wajahnya meski hanya dari samping. Tapi tetap saja, Reyhan terlihat sangat mempesona di mataku. Dia benar-benar laki-laki yang sangat tampan. Aku suka semua yang ada di dirinya.
Tatapan hangat matanya. Kerlingan genitnya. Senyum menawannya. Suaranya yang renyah dengan jakunnya yang naik turun ketika dia bicara. Alisnya yang hitam dan tebal. Hidungnya yang mancung dan runcing. Serta satu lekukan kecil yang tampil di pipinya saat dia tertawa. Ditambah lagi dengan gaya rambut Reyhan yang lurus, hitam dengan poni depan, membuatnya terlihat sangat cute.
Sungguh ciptaan Tuhan yang begitu indah dan menakjubkan. Bahkan aku sampai berpikir, seandainya dia itu menjadi seorang aktor atau bintang film, pasti penggemarnya akan sangat banyak. Saking tampannya dia. Malah aku merasa di sepanjang waktu saat aku sedang bersama Reyhan hari ini, banyak sekali cewek-cewek yang melirik dan menatap Reyhan dengan terkesima.
"Kamu mau es lilin?" tanya Reyhan tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
Aku mengangguk mengiyakan. Lalu kami sama-sama menghampiri tukang es lilin yang sedang menjajakan dagangannya di pinggir trotoar.
Reyhan membelikanku satu es lilin coklat dan kami menyantapnya sama-sama sembari duduk di halte bis untuk menunggu kedatangan bis yang akan mengantarkan aku pulang.
Aku mendesah berat. Haruskah hari ini berakhir begitu saja? Jujur, aku masih ingin di sini.
Entah kenapa, aku merasa sangat sedih sekarang.
"Trina,"
Aku menoleh saat tiba-tiba Reyhan menyebut namaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIBALIK CADAR (End)
RomanceFollow dulu sebelum membaca... Kategory : Romance Dewasa.18+ Yang paling suka dengan kisah romantis yang bikin baper mari merapat... Katrina harus menelan pil pahit kehidupan saat sang Bunda membawanya pindah ke Surabaya demi memisahkan dirinya deng...