Negentien

35 6 0
                                    


Setelah kepergian Dea dari uks, seseorang datang menghampiri Aksa yang masih terduduk manis di ranjang uks. "Sa, lo dipanggil ke kantor"

Aksa mengangguk dan segera beranjak dari kasur, "Lo kenapa luka luka begini dah?"

"Nyungsep."

Sebelum Aksa pergi, ia menengok ke luar memastikan bahwa Dea telah pergi jauh. Lalu ia pun berjalan menuju kantor.

"Aksa!!"

Aksa terhenti saat namanya di teriaki. "Mau kemana lo?"

"Y-ya?" Aksa gelagapan karena saat ini Dina ada di hadapanya.

"Mau kemana lo? Lo ga papa kan, gue denger lo abis nyungsep."

"Oh iya itu gue abis nyungsep tadi, hehe."

"Trus sekarang lo mau kemana?"

"Ke.. Kelas," bohong Aksa.

"Oohh," Dina berlalu meninggalkan Aksa, Aksa mengelus dada lega dan kembali berjalan ke arah kantor.

Dina berhenti dan membalikkan badan ke belakang, "Kok kelas nya disana? Pindah?"

"Jadi bisa pak?"

"Bisa, kamu tingkatkan aja beberapa pelajaran kamu. Tapi sejauh ini udah bagus, jadi perlu ditingkatin sedikit aja."

"Terimakasi pak."

"Oh iya, kenapa kamu minta info beasiswanya lebih awal?"

"Biar saya persiapan aja pak."

"Ok, kamu boleh ke kelas."

***

"Kok mendung si? Perasaan tadi cerah." gerutu Dina saat melihat langit gelap yang sebentar lagi akan menumpahkan hujan.

"Makanya jangan pakai perasaan, kecewa kan sekarang."

"Apaan sih lo Sof, bucin amat jadi orang."

"Eh hujan yak?" Dea menyempil diantara Dina dan Sofi yang saling merangkul. "Belum," jawab Dina yang mata nya tak lepas dari langit gelap.

"Kalau hujan begini, gimana keluarnya?"

"Kan belum hujan, masih mau hujan."

"Eh tapi bener kan sekarang hujan?"

"Iya Dea, lo bisa liat kan noh langitnya gelap banget kaya masa depan lo," tunjuk Dina yang mulai kesal dengan suasana hujan ini.

"Yee anying, tapi bagus deh kalau hujan." jawaban Dea sontak membuat kedua sahabatnya menoleh tak percaya, saat ini mereka akan keluar untuk makan di Cafe sedangkan hujan akan turun sebentar lagi dan Dea senang dengan keadaan seperti ini?

"Bagus darimananya?!" Sentak Dina.

"Yaa jadi gue bisa pakai payung bening kayak di korea, hehe." jengah dengan kata-kata Dea yang selalu ia sebutkan saat hujan, kedua sahabatnya pun perlahan mundur dan duduk di kursi panjang yang berada di depan kelas.

Dea menoleh ke belakang, lalu menyengir tak jelas. "Loh? Kaga jadi keluar?"

"Udah, udah, jadi goblin aja dulu sono." usir Sofi yang juga mulai lelah dengan hujan dan tingkah temenya satu ini. Merasa diberi lampu hijau, Dea pun meloncat kesenangan dan membuka sepatu, tak lupa sebuah payung bening yang ia bawa. Ia pun berjalan keluar dari koridor dan meloncat-loncat di halaman sekolah menggunakan payung.

"It's beautiful life... Yee hujan yeeyy!!!" teriak Dea di seberang sana. Kedua temanya yang sudah dalam mode unmood hanya duduk dan bermain hp.

Dea masih dengan dunia nya sendiri, ia berjalan seakan-akan paskibra dan berbalik berlari-lari kecil. "Deaa!! Ayo balik, udah siang!!" teriak Sofi.

"Nggak, tunggu hujannya reda aja!!"

"Ga bakal reda kalau di tungguin, ayo pulang aja sekarang!!"

Dea mendengus, ia menatap kakinya yang kotor dengan air bercampur tanah, lalu ia mendongak melihat langit yang memang masih sangat gelap. Hujan tak reda-reda malah semakin siang semakin deras. Tak ada yang luput dari basah termasuk dua orang dalam satu sepeda yang melintas jelas di hadapan Dea.

Pangeran sepeda putih?

Ga up lama ya heuheu maapkeun saya :')
Bener-bener lagi ada anu soalnya.
Salam hangat :)

Onlydrpa.







Fiets PrinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang