Achttien

38 9 15
                                    


"Udah?"
Dea mengangguk, ia berjalan mengikuti ayahnya yang sudah menaiki motor. Sebelum ayahnya menyalakan motor, Dea melihat sekilas orang yang lewat di depan rumahnya.
Seperti pangeran sepeda putih, tapi tidak juga. Terlalu samar bagi Dea.

Uhh gila anginnya seger.

Dea menengok kanan kiri yang padat dengan pengguna jalan. Saat masuk jalan menuju sekolahnya Dea melihat Aksa yang berada di samping motor ayahnya. Ia ingin menyapanya tapi enggan mengingat waktu itu ia menyatakan perasaannya.

"Sst sst"

"Sst sst"

Dea menoleh, suara itu berasal dari Aksa. Dea pun mengangkat alisnya dan Aksa hanya tersenyum sambil mengatakan "Ayo sama gue," tanpa bersuara. Dea menggeleng dan menunjuk kepala ayahnya.

"Kenapa?" tanya ayahnya yang semakin memelankan motornya karena kedinginan.

"Nggak, dingin banget sekarang," alibi Dea. Lalu Dea kembali menoleh pada Aksa dan menyuruh Aksa untuk melihat jalan dengan ekspresi yang kesal. Tapi Aksa malah menggeleng dan tersenyum jahil.

Dea mengepalkan tanganya dan bersiap melayangkan pada Aksa. Tapi sebelum itu terjadi,

Brugh!!

Dea menganga tak percaya dan ayahnya pun menoleh kearah sumber suara. Di pinggir jalan Aksa sudah tersungkur dengan sepeda yang menimpa nya. Kepala nya pun tak terlihat saat ini karena tertutup tas.

Dea menepuk-nepuk pundak ayahnya menyuruh untuk berhenti. "Yah berhenti dulu itu tadi temen Dea!"

Ayahnya pun berhenti, mereka segera turun dari motor dan Dea berlari ke arah Aksa yang sudah duduk membersihkan bajunya.

Plak!

"Dibilangin liat jalannya!!" bentak Dea setelah memukul bahu Aksa.

"Sakit bego, malah dipukul lagi."

"Siapa suruh jatuh!"

"Dea temennya ga pa-pa?" Ayah Dea yang ikut khawatir juga membenarkan sepeda Aksa dan mendongkraknya.

"Nggak pa-pa Om,"

"Ini siku nya luka astagfirullah, itu tu juga dahi nya luka gitu," Dea semakin khawatir dengan Aksa yang kepalanya mengeluarkan darah walaupun hanya sedikit.

"Ya gimana mau ga luka, kepala gue nyungsep duluan," gerutu Aksa.

"Gini aja, adeknya sama saya. Biar sepeda nya Dea yang bawa, gimana? Dea mau?" Ayah Dea menawari hal itu karena melihat kondisi Aksa yang berantakan. Dea mengangguk, tapi Aksa menggeleng membuat Dea yang gemas langsung mendorong Aksa ke arah motornya.

"Udah ikut aja ayah gue, kaga bakal diculik kok tenang aja!"

Lalu ayahnya datang dan Dea kembali ke sepeda Aksa.

***

"Makanya dibilangin tuh di dengerin! Jadinya nyungsep kan!"

"Iya, iya. Cuma nyungsep doang," Aksa membuang muka dan merubah wajahnya jadi menahan sakit karena siku nya itu.

"Dasar, ini nih akibatnya orang jail di tengah jalan. Udah tau di depanya ada pohon masih aja kedip kedip ga jelas, jungkir balik tau rasa kan!" omel Dea yang tak ada henti-hentinya.

"iya, iya, ampun ndoro!! Saya salah ampuuunn!!" Aksa menyatukan telapak tangannya di depan wajah dan menunduk pada Dea. Membuat Dea yang semula marah menjadi ingin tertawa karena tingkahnya. "Ah males! Dikasi tau juga, malah ngelawak," Aksa hanya terkekeh melihat wajah kesal Dea.

"Utututu anak daddy marah ya," ucap Aksa sambil mengacak rambut Dea.

"Iih bujang!! Daddy daddy upil lo!!" sekali lagi Aksa dibuat tertawa oleh wajah kesal Dea yang imut imut menjijikan ini.

"Kalo kaya gini, lo ga bisa ikut ekstra dong kak?" tanya Dea melihat kondisi Aksa yang luka luka begini di saat hari ini semua murid melakukan ektrakulikulernya.

"Emang gue pernah ikut ekstra?"

"Lah emang kaga pernah? Gue denger dari Junaedi, lo waktu smp ikut futsal sampai lomba di provinsi. Kenapa sekarang kaga?"

"Gue capek, males juga sih."

"Dih, lo tau ga sih kak kalau lo punya kelebihan kaya gitu harusnya dikembangin tau. Kalau lo ikut lomba lomba begitu kan enak, lo bisa dikenal banyak orang, lo bisa dapet duit. Iya kan?" Aksa mengangguk-angguk mendengar ucapan Dea yang memang ada benarnya juga.

"Tapi. Gue. Ga. Mau. Dea," ulang Aksa sambil menggeleng kepalanya di setiap kata dan membuat Dea juga spontan mengikutinya.

"Trus sekarang lo ikut ekstra apaan?"

"Kaga ada, gue kan udah bilang gue males. Capek, sibuk. Gue itu orang penting kalau lo tau."

"Ha ha ha ha anjir," Dea langsung melengos setelah memberikan ketawa palsu nya itu. Meninggalkan Aksa yang sudah tertawa di ranjang uks.

Salam hangat :)

Onlydrpa.



Fiets PrinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang