Dertien

36 11 0
                                    


21.00

Di tengah gelap dan dinginnya kamar ini ada seseorang yang menyebarkan kehangatan lewat kebahagiaan. Dia telah kembali, hanya itu yang ada di pikiran Dea saat ini.

Lagi-lagi hati nya selalu kembali pada orang yang saat ini ia kenal dengan nama Aksa. Ia tidak bisa melupakanya, dan ia tidak pernah mau untuk melupakannya.

Begitu banyak hal yang telah dilakukan oleh nya lalu mengapa kita harus melupakanya? Hadapi dan nikmati saja, karena semua itu ada balasanya.

Saat ini waktu telah menjawab.
Saat ini semesta telah berpihak.
Semua akan dimulai dari saat ini.
Saat aku yang telah menunggumu dan saat kau datang kembali mengakhiri penantianku.
Hanya itu, cukup membuatku bahagia.
Terimakasih untuk yang pertama dari saat ini.
Terimakasih Aksa Adyatmika.

Sr.a

Coretan tanganya berhenti, ia tersenyum tulus. Memandangi tulisanya yang terukir untuk sang pangeran. Ia beranjak tidur dengan perasaan dan pikiran yang tenang. Untuk pertama kali ia se tenang ini.
Setelah berdoa ia selalu mengucapkan

"Terimakasih banyak dan maaf untuk hari ini, semoga besok akan lebih baik lagi. Berikan yang terbaik untuk semua orang karena aku mau melihat semua orang bahagia. Selamat malam tuhan, selamat malam bulan dan selamat malam para bintang."

Di tempat lain seorang melakukan hal yang sama, berusaha untuk berterimakasih pada tuhan dan menerima keadaan yang ia punya. Mata indahnya selalu memandang langit malam dari jendela kamar yang ia buka sedikit. Harapanya untuk bahagia tak pernah luntur, tidak tahu kapan akan terwujud tapi ia yakin akan bahagia.

Cklek

"Belum tidur?"
Dia menoleh, setengah dari kebahagiaannya saat ini dihadapannya. "Belum," jawabnya dengan senyuman.

"Ibu udah tidur,"balas orang yang berdiri di ambang pintu.

"Iya."

"Ok."

"Aksa," panggilanya membuat orang yang tadinya akan menutup pintu berhenti. Lalu orang itu menoleh.

"Apa hari ini lo bahagia?"tanya nya.

"Apa lo sama ibu bahagia?" tanya Aksa balik.

"Iya, gue sama ibu bahagia"

"Kalau gitu gue juga bahagia," Aksa menutup pintu dan meninggalkan perasaan sendiri terhadap orang itu.

Aksa berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu kamarnya, ia mematikan lampu lalu beranjak ke kasur. "Mulai sekarang, gue harus bahagia," ucapnya dengan mata terpejam dan beralih ke dunia mimpi.

***

"Mak masa tadi malam adek mimpi."

"Mimpi apa?"

"Mimpiin mamak," Ibu dea yang sedang menaruh nasi goreng di piring ayah Dea pun menatap dea dengan tatapan aneh. "Tentang apa?"

"Mamak jadi gajah, hahahaha," Dea tertawa terbahak-bahak, ayahnya hanya tersenyum dan ibunya mendengus tak mau memberikan nasi goreng di piringnya.

"Maap deh mak, kan bukan adek yang mau. Haha lucu loh waktu mamak jadi anu. Hahahaha," tawa Dea tak henti henti hingga ayahnya berdehem, baru saat itu Dea menutup mulut.

"Ayo makan," ucap ibu Dea sambil mendengus. Mereka pun makan dengan tenang tanpa ada yang mengeluarkan suara sepatah katapun.

"Berangkat ya mak," pamit Dea sambil mencium punggung tangan ibunya.

"Iya, belajar yang benar."

"Sip, mamak juga. Jangan gosip di tetangga mulu," balas Dea dengan sedikit kekehan.

"Udah sana!!"

"Assalamualaikum," Setelah mengucap salam dea langsung keluar dan menutup pintu. Ia harus menunggu ayahnya yang masih dipakaikan dasi oleh ibunya. Manja, itulah yang pertama kali dipikirkan Dea untuk ayahnya. Ia dibelajarkan untuk mandiri, tapi kenapa ayahnya sendiri yang tidak bisa melaksanakanya.

Pandangannya mengitari halaman rumah yang tidak luas namun rapi dan bersih. Ah gue baru tau kalo halaman gue bagus, siapa lagi yang beresin. Gue gitu haha.

"Kalo pangeran sepeda putih sekolah di Nusa Pelita lagi kenapa dia ga lewat sini ya? Semoga aja nanti ketemu lagi, ah lama lama kegeser posisi spongebob di hati gue."

"Ayo," Dea beranjak dan segera mengikuti ayahnya. Mereka berangkat seperti biasa mengendarai sepeda motor.

Kebiasaan Dea saat sampai adalah menunggu kedua temanya di depan gerbang. Ia berdiri di samping satpam yang sedang bertugas.
Alih-alih kedatangan dua sahabatnya, dea malah didatangi Aksa dengan mengendarai sepeda putih. Aksa berhenti tepat di depan Dea, melihat Dea dari bawah hingga atas tanpa ada ekspresi apapun. Dan setelahnya ia kembali mengayuh sepedanya masuk ke dalam sekolah.

"Gua kenapa?" tanya Dea sambil melihat-lihat dirinya sendiri.

Salam hangat :)

Onlydrpa.

Fiets PrinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang