zesentwintig

18 4 0
                                    

Dea prov.

Aku masih ingat dengan jelas kalimat Kak Aksa malam itu, dan dengan bodohnya aku percaya. Aku pikir jika ia akan benar-benar masuk sekolah, tapi bahkan ban sepeda nya saja sedari tadi tak terlihat.

Sekali lagi, membuat hariku rusak dengan mood yang buruk ini.
Aku hanya bisa diam dan melamun di perpustakaan ini sejak sepuluh menit setelah bel istirahat tadi. Tahu begini aku pulang saja ke rumah dan tidur seharian, itupun jika ibuku tidak tahu.

"Kalian udah dengar kabar belum?"

"Kabar apa?"

"Kalian tau kak Aksa gak? Anak sebelas ipa itu loh."

"Taulah, cuma dia doang yang make sepeda di sekolah ini. Siapa juga yang kaga tau."

"Katanya nih, dia itu anak pembunuh."

"Ah yang bener lo? Perasaan dia adem ayem aja dah. Denger darimana lo?"

"Dari luar, semua anak lagi ngomongin dia."

"Ayahnya itu, pembunuh berantai."

Aku yang mendengar kelas sebelah mengoceh tentang Kak Aksa pun tetap diam dan stay menguping. Rumor yang aku dengar barusan ini, apa itu benar?

Kedua cewe di belakangku yang mengoceh tadi sudah pergi. Mungkin dia akan menyebarkan berita itu kepada yang lain. Aku pun segera beranjak dari perpus dan berjalan dengan tergesa-gesa.

Entah perasaanku saja atau memang benar saat ini sekolah sangat ramai. Tak seperti biasanya yang lebih memilih untuk di dalam kelas. Mereka semua sudah berada di luar kelas saat ini, dengan obrolan yang sama. Ayah Kak Aksa.

"Anjay Gilee pembunuh berantai, kayak komik aja nih bapak."

"Serem iihh, gue jadi takut deket-deket Aksa. Takutnya kan nurun gitu sifatnya ke anaknya."

"Gabisa nih, masa gue satu kelas sama anak pembunuh?! Ogah banget gua. Keluarin aja dia kenapa sih."

"Padahal Aksa baik loh, ramah gitu."

"Iya baik, tapi kan ga tau kalo dia psikopat! Ewh seremm!!"

Setidaknya itu yang aku dengarkan tentang kak Aksa selama aku berjalan menuju kelasnya. Aku tidak habis pikir, beneran. Seenak jidat mereka membicarakan Kak Aksa dengan kata- kata aneh. Ini tidak bisa dibiarkan, kenapa banyak sekali teka-teki tentangnya, di tengah keramaian ini. Dimana Kak Aksa?

***

Seorang pemuda dengan seragam putih abu-abu sedang jongkok dan menundukkan kepalanya di dalam gudang yang sepi ini. Ia tau ini akan terjadi, cepat atau lambat semua akan tau hal ini. Ini karena beasiswa itu.

Flashback on.

"Pak apa beasiswa saya bisa di proses?"

"Bisa, tapi kita harus kirim dulu biodata lengkap kamu ke pusat."

"Begitu ya pak, saya akan isi keterangan biodatanya sekarang."

"Yasudah kalau begitu isi saja di sana dengan Aji," ucap Pak Sam dan menunjuk Aji yang sedang menulis. Aksa pun menghampiri Aji, teman satu beasiswanya yang memang belum akrab dengannya. Hanya saling menyahut senyuman kecil, lalu Aksa duduk di samping Aji dan menulis biodata nya.

"Lah nama bokap lo Koko Adyatmika?" mendengar pertanyaan yang dilontarkan Aji, membuatnya tak segan untuk mengangguk. Memang benar itu adalah ayahnya.

Fiets PrinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang