Negen

49 15 3
                                    


Hari kedua, aku sudah siap di depan rumahku menunggu ayah yang sedang dipakaikan dasi oleh ibu. Dina keluar dari rumahnya, dan aku menyapanya dengan semangat. "Woi!!"

Dia mendongak lalu melambaikan tangannya"Woi!! Ngapain lu?!" teriaknya.

"Ya mau berangkat sekolah lah, lu ga liat apa gua udah cantik begini" dia mendengus, lalu berdecak pinggang di depan gerbang rumahnya.

"Cantik, cantik pala lu peang! Udah boker belum lo?!! Aduuh! Pak, sakit pak!!"

"Siapa suruh lu teriak teriak hah? Anak prawan apa bukan lu?!" pak Romli beraksi dengan menjewer kuping dina. Lalu ia tersenyum padaku yang sedari tadi tertawa.

"Hai pak! Jewer aja pak jewer, hahahahah" tawaku terhenti saat ayah datang lalu setelah bersalaman dengan ibu aku pun berangkat disusul dengan dina yang digonceng pak Romli.

Sampai di sekolah aku dan dina menunggu Sofi di depan gerbang. Walaupun tidak kenal tapi kami juga tersenyum pada siswa siswi yang baru datang, itu memang budaya indonesia kan?

Kami masih menunggu, kira-kira lima belas menit kami berdiri disini dan sama sekali tidak ada tanda-tanda kedatangan dari Sofi. Dina lelah begitupun aku, aku mendongak, semakin lama semakin matahari menyemburkan panasnya. Mungkin masih pagi, tapi mengapa sudah sepanas ini ya? Ah andai matahari minum paracetamol pasti tidak akan sepanas ini.

"Din, gue ke kelas naruh tas dulu ya, bentar lagi gue balik" pamitku dan dina mengiyakan. Aku langsung melangkah dari situ meninggalkan Dina yang masih setia berdiri.

Sudah setengah jalan lalu aku ingat, kenapa aku tidak membawakan tas dina juga? Pasti dia lelah kan membawa tas beratnya yang berisi batu itu. Akhirnya aku cepat-cepat berbalik arah dan berlari menuju gerbang lagi.

Sampai...

"Eehh!!" Aku mundur dengan tangan seperti menahan sesuatu di depan. Sebuah sepeda hampir saja menabrakku. Aku mendongak melihat sang pemilik sepeda yang sama terkejutnya denganku. Lalu sedikit senyum melekat di wajahnya yang datar, dengan jari telunjuk dan tengah diacungkan membentuk peace.

"Hehe, sory ya" ucapnya.
Dan aku? Kalian tau apa yang aku lakukan? Aku hanya diam, menatapnya tak percaya. Benarkah?? Apa ini jawaban dari kerang ajaib sepongebob yang aku lakukan waktu itu? Apa dewi fortuna berpihak baik padaku saat ini? Apa neptunus tidak salah menuliskan takdir? Benarkah ini tuhan?!! Astagaa aku benar-benar tak percaya, rasanya aku ingin berteriak dengan kencang di depan wajahnya saat ini.

Pangeran sepeda putih ku. Dia kembali.

Di depan gue?? Ini beneran pangeran sepeda putih? Beneran?? Mata galaknya sama, alis ulet bulu nya juga sama. Rambut nya juga ikal, argh sama!!!!! GILA GILA GILAAA!!! Gue ketemu lagiii. Dia ngomong dea, dia ngomong sama gue??? Astagaaa mamak!!!! Pangeran sepeda putih dea dateng mak!! Dia ngomong sama gue, eh ngomong apa dia??

Ha? Kem? Ming-kem?

"Mingkem!" Katanya sedikit teriak.
Aku terbangun dari lamunanku yang terngiang-ngiang dengannya saat ini, hingga tak sadar jika sedari tadi aku mangap. Oke, kenapa kesan pertama sememalukan ini?

Seketika aku langsung menutup mulut dan menunduk merutuki diriku sendiri. Ini lebih memalukan dari hal kemarin, tuhan tolong hambamu ini!!! Aku kembali mengangkat kepalaku untuk melihatnya, aku rasa sedari tadi ia menatapku dengan wajah datarnya itu. Kenapa aku ge-er ya? Tidak apa-apa, sekali-kali.

"Ah itu, ma-af" kataku gugup, percayalah aku tidak pura-pura gugup di depan doi. Tapi aku benar-benar G.U.G.U.P

"Gapapa" senyumnya, lalu kembali melajukan sepeda yang menurutku legend itu. Demi apa, aku masih lemas karena seseorang yang telah aku tunggu tiga setengah tahun saat ini kembali di depan mataku. Kalian boleh anggap aku lebay atau apalah itu tapi aku tidak peduli. Yang aku pikirkan saat ini adalah pangeran sepeda putih ku sudah kembali dan aku sangat senang!

Bugh!!

"Woi prawan! Diem-diem bae lu, kesurupan genderuwo mampus! Hahahaha!" Dina dan Sofi dengan entengnya memukul punggungku secara barengan. Ini sakit gaes.

Aku jadi ingat pesan guru ku saat smp "Jangan terlalu senang, karena setelah kesenangan akan ada kesedihan yang mengiringinya" dan ini adalah kesedihan yang mendalam dari lubuk hatiku sampai ke anusku. Apa mereka lupa kalau punggungku masih sakit karena kemarin?! Padahal baru semalam mereka datang ke kamarku untuk memijat punggungku dan sekarang? Mereka yang meremukkannya kembali.

Dengan rasa sakit yang benar-benar sakit aku memegang punggungku dan berjalan mendahului mereka yang masih tertawa. Aku harap kalian tidak bertemu dengan orang-orang seperti mereka ini.

"Wah parah ditinggal lagi, woi!!" aku rasa mereka mengejar, biarlah aku akan membalasnya nanti.

Salam hangat :)

Onlydrpa.

Fiets PrinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang