Tien

45 14 1
                                    


Author prov

Dea, Dina dan Sofi mereka masuk kelas yang sama, setelah memilih bangku pojok paling belakang dea pun duduk dan menaruh tas nya di meja, disusul dina dan Sofi yang duduk di depannya. Dea mencoba menyenderkan punggungnya di kursi dan sedikit meringis saat rasa sakit itu muncul lagi.

"Tau ga sih, masa semalem si junaedi ngechat gua!" Sofi mendengar dengan antusias dan dea hanya memutar bola mata malas.

"Beneran din? Demi apa?!" mereka bergosip ria tentang junaedi yang mengechat dina semalam. Dea yang masih menjalankan misi nya untuk ngambek dengan mereka berdua hanya diam dan memandang ke luar jendela.

Yang tadi itu bener pangeran sepeda putih? Kaga deh kayaknya, tapi itu bener dia. Gue inget banget mukanya kek gimana, sepedanya juga sama kan. Tapi kalau itu bener pangeran?? Masa iya?

"Dea! Lu dengerin gua ga si?!"

"Ha? Apa?" Dea gelagapan mendengar teriakan dina. Ia menatap dina datar lalu menyenderkan tubuhnya kembali "Iya, gue denger" jawabnya malas.

"Masa?? Apa coba yang gue ceritain?!"

"Lu dichat kak juna, iya kan?"

"Iya, trus apa isinya?" Dea bingung, apa isinya dia tidak tahu. Yang dichat dina, lalu kenapa dina menanyakan itu ke dea? Dea tak menjawab tapi dia pura-pura berpikir untuk mengulur waktu.

"Tuh kan, lu ga dengerin gue! Ah males sama dea. Sof, ga usah ajak dea ngomong sampai istirahat" ucap dina dengan nada kesal dan menghasut Sofi untuk memusuhi dea. Dea hanya diam cengo melihat tingkah sahabatnya itu.

"Kok jadi gue yang dimusuhin sih? Kan niatnya gue yang musuhin mereka. Au ah serah." Dea menelungkupkan wajahnya diantara tangannya yang terlipat di meja.

***

Istirahat tiba, jam pelajaran pertama tadi hanya diisi perkenalan murid dan guru. Dea membuka kotak makan berwarna hitam yang berisi nasi goreng lalu mengipas-ngipas nasi goreng tersebut agar baunya ke arah Dina dan Sofi. Ia tau jika mereka sangat menyukai nasi goreng buatan ibu dea.

Dina dan Sofi mencium aroma nasi goreng tersebut, Sofi berniat membalikkan badan tapi dicegah oleh dina dengan mengedipkan matanya. Sofi mendengus, dea tetap berusaha keras menghasut mereka. Akhirnya pertahanan Sofi pun runtuh, ia memutar badanya lalu memasang wajah melas nya di depan dea. Dea tersenyum miring, lalu melirik pada dina yang masih setia memunggunginya.

Tak butuh waktu yang lama, dina juga berbalik menghadap dea. Dea menatapnya lalu senyum miring nya kembali terukir. Kotak makanya ia sodorkan kepada dina dan Sofi, lalu mereka melahapnya secara bergantian. Dea berdiri, lalu dicegah oleh dina " Maaf" cicitnya.

"Ya" Ucap dea singkat lalu kembali melangkah.

"Mau kemana?!" tanya dina yang sedikit berteriak, itu membuat seluruh isi kelas melihatnya dan yang pasti membuat kedua sahabatnya malu.

"Kantin, kenapa?" Kali ini tatapan anak kelas beralih ke dea.

"Titip air yak dua!!" Setelah teriakan terakhir dari Dina, dea kembali melangkahkan kakinya menuju kantin.

Dea berjalan sambil melihat-lihat kelas yang ia lewati. Ia berpikir mungkin saja keberuntungan kali ini menimpanya hingga ia akan bertemu lagi dengan pangeran sepeda putih itu. Tapi jika diingat-ingat lagi, bukankah hal yang memalukan jika pangeran sepeda putih bertemu denganya, mengingat dea adalah seseorang yang mangap di depannya seperti orang gila, membayangkan hal itu membuat dea malu sendiri dan menggeleng-gelengkan kepala.

Uh dasar dea bodo, malu-maluin banget sih lu ah.

Sampai di kantin, dea langsung menghampiri ibu kantin yang sedang memainkan ponselnya.

"Bu" panggil dea.

"Eh iya kenapa neng?"

"Air mineral tiga" Dea memberikan uang sepuluh ribu dan mengambil tiga botol air mineral berukuran sedang. Lalu ia kembali melangkah menuju kelas.

"Kenapa kantinnya jauh banget sih ah, kan capek buat ke kelas. Ini gara-gara air gue abis nih, gue bela-belain ke kantin." gerutu dea yang kerepotan membawa tiga botol air itu.

Saat melewati kelas sebelas ipa2 dea sempat melirik dan matanya bertemu dengan mata galak itu. Dea berhenti untuk sekedar menatap mata itu, lalu detik kemudian mata itu menyipit seperti mata saat orang senyum.

"Anjay senyum" gumam dea sambil senyum-senyum tak jelas. Dengan jantung yang semakin tak karuan ia berlari sekencang mungkin hingga ia menabrak-nabrak murid lain.

Sampai kelas dea masih ngos-ngosan tetapi wajahnya tetap tersenyum tak jelas. Merasa nafasnya sudah normal dea pun berjalan ke arah tempat duduknya dan memberi air itu kepada orang yang sudah menunggu dari tadi.

"Kenapa lo? Senyam senyum sok cantik gitu" celetuk dina.

Dea mendengus"Diem deh din ah, ga demen lu liat temen sendiri seneng"
Dina dan Sofi terkekeh "Bukan ga seneng, aneh aja lo dateng-dateng senyum ga jelas. Kan serem"

"Emang kenapa sih de?"
Dea memicing dengan senyum yang penuh arti. "Kepo!!" serunya.

"Nih ya gue kasi tau buat kaum duafa kaya kalian. Jadi tadi itu gua lewat kelas sebelas ipa dua. Nah, disitu gua ketemu dia" cerita dea dengan antusias.

"Dia siapa?"

"Ada lah manusia, spesies adam" Jawab dea santai dilanjutkan minum airnya.

"Namanya?" tanya dina dan Sofi semakin kepo dengan sosok adam ini.
Dea berhenti minum lalu menutup botol minumnya. Dea menggeleng dengan polos "Ga tau"

"Kok bisa?"

"Ya emang gue ga tau namanya. Gue aja baru tau kalau dia ada disini, ah seneng kebangetan gue mah"

"Maksud lu? Lu kenal dia kaga?"

"Kaga"

"Ya terus dia siapaa?!! Ah emosi gue lama-lama ngomong ama pengikut dajjal kayak lo!" Sofi dan dea menutup telinga nya secara barengan, jika tidak maka sudah bisa dipastikan gendang telinga mereka akan hancur.
Dengan santai dea menyenderkan badanya dan beralih melihat jendela.

"Itu pangeran sepeda putih"

"Ha?!"
"Ha?!"

Salam hangat :)

Onlydrpa.

Fiets PrinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang