Antrian toko donat itu semakin panjang saja, semua penyebabnya adalah karena gadis berkucir kuda yang terlalu lama memperhatikan donat yang sudah terpampang jelas di depannya, di bawah kaca bening yang di dalamnya diberi lampu kecil berwarna kuning.
Telunjuk perempuan itu menyentuh dagunya, mengetuk-ngetuk di sana sambil menatap donat dihadapannya. Entah apa yang membuatnya terlalu lama meneliti donat berbagai macam rasa itu, tapi yang pasti perempuan itu kebingungan.
"Kak, udah bisa dicatat pesanannya?" tanya si pelayan donat sudah melontarkan pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya.
"Hmmm..." Perempuan itu tidak menggubris pertanyaan si pelayan. Dia tetap sibuk dengan pikirannya.
Entah perempuan itu sadar atau tidak, atau lebih tepatnya berpura-pura tidak sadar, perempuan itu tidak memedulikan antrian di belakangnya yang sudah berdecak kesal. Terlalu lama, pikir mereka. Mereka ingin makan donat juga, tidak hanya perempuan itu saja yang ingin.
"Kak, antriannya sudah panjang."
"Bentar dulu, saya masih mikir."
Pelayan itu menghela napas. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Duh woi, lama amat kayak nenek-nenek belanja! Cepetan elah!" marah seorang laki-laki yang berada di belakangnya.
Perempuan itu menoleh ke asal suara dan betapa terkejutnya ia ketika menemukan antrian yang panjang sekali karena dirinya.
Astaga!
Perempuan itu panik. Kelabakan menatap donat di depannya. Ternyata perempuan itu benar-benar tidak sadar.
"Saya pesan donat pake gula itu sama yang pake coklat aja deh Mbak. Enam-enam masingnya, jadi semuanya jadi selusin ya?"
Akhirnya!!! Si pelayan mengehela napas dengan lega ketika pelanggan di depannya memesan. Kesal memang, tapi mau bagaimana lagi, pelanggan adalah raja dan pelayan tetaplah pelayan.
"Atas nama siapa, Kak?"
"Rania," jawab perempuan itu. Kemudian dia bergeser agar pelanggan lain bisa memesan donat mereka.
"Duh, gini lagi deh gue," gumam Rania dengan kesal. Ia kesal dengan dirinya yang memang disetiap memesan makanan akan selalu lama memilihnya.
Ketika nama perempuan itu terpanggil, perempuan itu sudah mendapatkan pesanannya di tangannya yang kurus dan kecil. Niatnya sih langsung mau pulang, tetapi perut perempuan itu sudah bergemuruh duluan.
Perempuan itu memandang ke sekeliling toko, ia mencari tempat duduk yang kosong. Duh dimana ya?
Matanya terus berputar-putar hingga menemukan tempat duduk kosong untuk dua orang, namun diapit oleh dua meja yang berisi orang-orang bucin.
Tidak mau pikir panjang, perempuan itu segera duduk. Ia langsung melahap donatnya seraya memainkan hp pintarnya. Tentunya dengan menggunakan wifi si toko.
Di sisi lain, seseorang laki-laki masuk ke dalam toko donat itu dengan jalan yang begitu santai. Tangannya masuk ke saku celana, sebelah. Menurutnya, sudah keren saja seperti itu.
"Woi lo lama amat!" Laki-laki yang berada di antrian kedua, tepatnya setelah si perempuan kelaparan tadi, marah-marah ketika temannya baru masuk ke toko dan menghampirinya.
"Kenapa sih? Kesel bener."
"Gimana gak kesel, gue lama ngantri di sini gara-gara pesanan donat lo yang gajelas."
Laki-laki yang baru datang itu agak bingung dengan amarah berlebihan temannya.
"Kenapa sih? Sensi amat."
"Tuh gara-gara tuh cewek. Mesen donat kayak nenek-nenek. Lamanya seabad!"
Si laki-laki yang baru saja datang tidak mengerti. "Hah? Gimana gimana?"
"Pokoknya gue kesel dah sama tuh cewek!" kata laki-laki yang ngantri tadi sambil matanya menunjuk ke arah sosok yang sedang makan, asik sambil memainkan hp.
Laki-laki yang baru saja datang terdiam. Ia memandang perempuan yang dimaksud oleh temannya untuk beberapa saat. Tapi kemudian laki-laki itu tidak peduli dan kembali menoleh ke arah temannya.
"Yaudah sih, mana donat gue?"
"Donat, donat. Makan tuh donat," kesal laki-laki yang ngantri tidak mau berbicara lagi dengan si laki-laki yang baru saja datang. Ia kesal, sangat kesal malah. Apalagi dengan si perempuan yang mengantri di depannya tadi, bukannya minta maaf malah makan enak dengan donatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Dia
Teen FictionKamu adalah kisah romansa yang sangat manis untuk dikenang. Terimakasih ya dan jangan tunggu aku, berbahagialah demi dirimu sendiri. -Rania Putri published 2020 Cover by pinterest