Pria itu berdiri kaku dengan tatapan tak lepas dari kaca pembatas ruang UGD rumah sakit. Keringat dingin mengalir deras di punggungnya. Napasnya tercekat. Sementara kedua tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya. Mungkin sebentar lagi ia tidak akan merasakan jantungnya bekerja.
"Kenapa terjadi lagi?" desisnya marah. Ia sendiri tak tahu mengapa ia bisa semarah itu. Rasanya ia ingin meninju kaca itu sekarang juga. Ia butuh pelampiasan.
Di dalam sana, seseorang kembali memperjuangkan hidupnya. Entah memilih hidup dengan bantuan oksigen di mulutnya atau memilih mati saja. Pria itu berharap ia memilih yang kedua. Lebih baik mati daripada hidup di antara kematian. Tanpa sadar, air matanya mengalir. "Sialan," ia mengumpat keras.
"Sialan. Sialan. Sialan. Seharusnya aku yang berada di dalam sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
sweetless lies | (Completed)
Romance[revisi judul dari (re)calling] Suatu malam, seorang polisi mengabarkan bahwa tunangan Difal baru saja mengalami kecelakaan. Difal mengira itu adalah sebuah kedok penipuan, pasalnya ia sama sekali tidak memiliki tunangan. Polisi menyebutkan bahwa n...