Nadia mendorong pintu UKS dengan keras. Gosip Gio memiliki hubungan dengan Alma langsung menyebar ke seantero sekolah. Padahal Gio hanya membantu Alma."Dia belum sadar?" tanya Nadia pada anak-anak PMR yang sedang berjaga.
"Belum kak."
Nadia menghela nafas, ia lalu mengusap wajahnya frustasi. Nadia mengambil ponsel ditangannya dengan gemetar.
"Dimas," ujar Nadia lirih ketika sambungan telepon terhubung.
"Lo kenapa Nad? Lo baik-baik aja kan? Kenapa Lo nangis?" Dimas bertanya tanpa jeda membuat Nadia bingung harus menjawab yang mana.
"Bukan gue, tapi Alma."
"Alma? Oke, dia kenapa?"
"Dia pingsan dan belum sadar. Siapin mobil, bawa dia kerumah sakit."
"Oke, gue tunggu diparkiran atau gue susul kesana?"
"Parkiran," jawab Nadia,ia lalu memutuskan telpon. Akan lebih cepat begitu jika dibandingkan harus menunggu Dimas menjemput mereka.
Nadia berbalik ingin mencari orang yang bisa membantunya membawa Alma. Saat membuka pintu, Nadia kaget melihat Bima yang sepertinya juga kaget melihat dirinya. Sepertinya Bima juga ingin menemui Alma.
"Gimana Alma?"
"Syukurlah." Nadia mengucap syukur bukannya menjawab pertanyaan Bima.
"Bantu gue bawa Alma." Nadia langsung menarik tangan Bima untuk masuk. Bima juga tak banyak bertanya, ia langsung menggendong Alma dan mengikuti Nadia.
Sepeninggal mereka, Gio datang ke sana. Ia melihat brankar dan UKS yang kosong. Gio semakin panik, ia berkeliling mencari.
"Lo liat Alma?"
Itulah pertanyaan yang dilontarkan Gio pada semua orang yang ia temui.
Gio berjalan sampai parkiran. Ia menemui satpam. "Bapak liat Alma?" tanya Gio langsung tanpa menjelaskan ciri-ciri Alma, berharap pria itu mengenali Alma.
Satpam itu nampak mengingat."Oh neng Alma?" katanya setelah berpikir cukup lama.
"Iya pak."
"Tadi di bawa Bima sama temen ceweknya naik mobilnya Dimas," terang pak satpam yang sudah mengenal Bima dan Dimas yang memang selalu menyogok satpam untuk membukakan gerbang ketika mereka mau membolos.
"Makasih pak."
Gio berbalik, ia kembali ke kelas.
Praang
Gio menendang pot bunga sampai isi didalamnya berceceran kemana-mana.
"Sial!"
°~°~°~°
Bima, Dimas dan Nadia menunggu di depan UGD. Nadia duduk sambil menangis, disebelahnya Dimas mencoba menenangkan gadisnya.
"Udah ya, Alma pasti baik-baik aja." Dimas mengelus punggung Nadia pelan.
"Tapi-" Nadia merasa tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi.
"Jangan mikir aneh-aneh, dia kuat." Dimas menarik Nadia dalam dekapannya. Dimas bisa merasakan seragamnya basah karena air mata Nadia.
"Nangis sampai kamu puas." Ujar Dimas membuat tangis Nadia semakin menjadi-jadi.
Bima tak memperdulikan kedua orang yang tengah mengumbar kasih sayang itu. Sedari tadi kakinya hanya membawa Bima mondar-mandir di depan pintu. Tak ada keinginan untuk duduk, bahkan tak ada rasa pegal yang ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Teen Fiction"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti