Setelah hampir dua bulan lebih, akhirnya aku comeback dong.
Giman udah lupa ya sama alur ceritanya? Sama aku juga.
Biar nggak lupa dan dilupakan, insyaallah setelah ending ceritanya bakal direvisi dan dipuplish ulang, jadi kalian bisa bernostalgia kembali dengan mereka.
Eits, tapi nggak secepatnya ya, targetnya sih ending tahun ini, revisi tahun depan.
Yaudah, untuk sekarang baca ini saja dulu.
...
Alma melangkahkan kakinya memasuki sekolah. Wajahnya terlihat lebih berseri dan cantik, senyumnya tak sekalipun menghilang dari bibir merah muda nya itu, sejak kemarin.
Membuat semua orang yang melihatnya sedikit merasa aneh, atau mungkin sangat aneh, entahlah. Alma senyum merupakan hal yang luar biasa, tak terkecuali Nadia, gadis yang sedang berdiri di depan kelas Alma itu langsung menghampiri Alma ketika ia sudah duduk manis di kursinya.
"Lo Kesambet?"
Tak mendapat jawaban.
"Al... Alma...."
Tidak beres.
"ALMA!"
Jangankan Alma, seisi kelas langsung menatap kearah mereka ketika mendengar suara Nadia.
Bukannya merasa bersalah, Nadia justru menyengir sok manis. "Hehe... Santuy."
"Apaan sih Nadia? Bikin jantung copot aja tau," oceh Alma.
"Lagian Lo ngapain senyum-senyum sendiri gitu? Bikin orang piknik aja."
"Panik kali," ralat Alma.
"Iya, iya, yaudah buruan cerita kenapa Lo senyum-senyum?"
"Gue..."
"Gue...."
Alma tak kunjung mengatakan, hanya membuat Nadia semakin penasaran saja.
"Gue..."
"Apaan oy?"
"Gue.... Kepo ah lo."
"Ingin rasanya ku berkata kasar," ujar Nadia sambil menahan emosinya. Alma yang melihat itu hanya bisa mengulum senyumnya.
Kring kring
Nadia mendengus kesal, karena belum sempat mendapat informasi apa-apa tapi bel sudah berbunyi saja. Mau tak mau gadis dengan rambut ikal yang diikat itu keluar dari kelas Alma .
...
Pelajaran sekolah telah usai, langit bahkan sudah berubah menjadi jingga, menandakan sebentar lagi senja akan tiba.
Alma sudah tiba di rumah sejak tadi, sekarang dirinya ada di balkon kamar, mengamati senja.
Dret dret
Alma menggeser ikon berwarna hijau di ponselnya itu, lalu mendekatkan benda mungil itu ke telinganya.
"Halo,"
"Alma! Kenapa nggak bilang kalo Lo udah berhasil dapetin balik semuanya!"
Alma sedikit menjauhkan ponselnya, terlalu dekat bisa membuat gendang telinganya rusak.
"Sorry, gue juga belum yakin banget kemarin."
"Pantes aja Lo tadi senyum-senyum mulu, jadi ini toh alasannya."
"Hem... Iya." Sebenarnya alasan itu tidak salah, namun ada alasan lain yang membuat senyum di wajahnya tak kunjung pudar, dan ia harap tak akan pernah pudar.
"Kak Alma, dipanggil Mama, diajak makan bareng."
Alma berbalik, menatap Alina lalu tersenyum dan mengangguk. Setelah mendapat jawaban dari Alma Alina keluar dari kamar Alma.
"Udah dulu ya, gue mau makan."
"Cielah yang udah nggak disuruh makan mie instan lagi, congrats ya, semuanya perlahan mulai membaik. Bahagia selalu Alma, muachh"
Panggilan terputus, Alma juga merasakan kebahagiaan itu perlahan mulai datang kembali, dan semuanya mulai membaik.
...
"Eh Alma, buruan sini, mama udah masak banyak, semoga aja ada yang kamu suka, ya."
Membuka hati untuk orang yang dulunya sangat dibenci memang tak mudah, namun membenci selamanya juga bukan sebuah kebaikan. Toh, semua orang pantas mendapat kesempatan kedua, kan?
"Makasih, mah."
"Iya, sama-sama." Kini mata itu terlihat tulus, atau pura-pura tulus pun Alma tak menyadarinya, karena baginya semua ini lebih dari cukup.
Jika memang semuanya hanya kepalsuan, setidaknya ada sedikit hal baik yang bisa ia kenang di masa depan nanti. Karena hidupnya kelak bukan untuk meratapi kesedihan namun untuk mensyukuri kebahagiaan yang ada.
...
"Habis makan, temuin mama di kamar ya, ada yang mau mama omongin. Alina kamu belajar ya."
Sungguh mendengar itu seakan-akan membuat semua praduga nya menjadi kenyataan. Untuk apa Clara mengajaknya berbicara hanya berdua saja? Apakah semua yang membaik kini harus berakhir?
Bahkan Alma tak memiliki banyak tenaga untuk menaiki tangga.
Klek
"Sini masuk, duduk di sini." Terdengar pelan dan manis, namun mencurigakan.
"Ada yang saya sampaikan, entahlah kamu suka mendengarnya atau tidak. Tapi ini sudah saatnya. Sebentar lagi kamu akan ujian kelulusan, lalu masuk universitas, itu artinya kamu sudah cukup dewasa untuk mendengar semua ini."
Alma benar-benar kehabisan kata-kata ia hanya bisa menatap wanita berumur dihadapannya itu dengan was-was.
Clara membuka lemari nya, lalu mengambil sebuah kotak dari dalam sana. Wanita itu lalu duduk di sebelah Alma dan memberikan kotak itu pada Alma.
"Buka,"
Dengan ragu Alma menerima dan membuka kotak itu. Air matanya mendadak menetes ketika melihat banyak foto ayahnya dengan seorang wanita, yang ia yakini adalah ibu kandungnya -zevanya.
"Ini?"
....
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Teen Fiction"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti