"Dhaaaniiiii" Teriaknya sambil memukul tanah yang tak membela dirinya.
"May" Ia bersimpuh dihadapan Maya yang tak bisa bangkit. Maya tersenyum, tangisnya berhenti seketika.
Kali ini rasa sakit nya masih sama, tak hilang seperti awal bertemu di dasar jurang.
Tangannya mengusap lembut pipi Maya "Jika gue adalah alasan lo untuk hidup didunia ini. Lo salah May" Dhani menyingkirkan rambut Maya yang menutupi wajahnya.
"Gue milik Allah. Percuma lo bergantung pada gue yang hanya makhluk biasa ciptaan Tuhan" Maya mematung menatap mata Dhani.
"Gue sayang lo May." Maya tersenyum dibuatnya. Kalimat yang dilontarkan Dhani terdengar begitu tulus. Maya mengusap lembut wajah Dhani
"Gue juga sayang lo Dhan" Dhani mendekatkan wajahnya hingga jarak mereka tersisa hanya beberapa senti.
Maya memejamkan mata bersiap menyambut bibir lembut Dhani di bibirnya. Tiba tiba gerakan mereka terhenti.
"Dhan kayaknya mau hujan deh" Maya merasakan gemercik air menimpa wajahnya
"Eh... Maymunah bangun lo." Mario mencipratkan air ke wajah Maya
"Dhan, kok rintik hujannya makin banyak ya. Kayaknya bakal deres nih" Maya mengigau lagi
Karena kesal, Mario menyiramkan air dari gayung yang dibawanya.
"Huaa.." Maya bangun gelagapan mendapat guyuran air diwajahnya. Mario tersenyum puas akhirnya tindakannya tidak sia sia.
"Heh Maymunah enak banget tidur lo. Pake ngigo lagi" Mario mulai berkacak pinggang
Maya mengurucutkan bibirnya, dilihatnya Mario yang memegang sebuah gayung. Dia berfikir pasti ini semua ulah kakaknya "Lo ganggu gue lagi romantis romatisan sama Dhani tau nggak" Protes Maya tak terima
"Hmm pantes lo gak bangun bangun. Lo liat noh jam berapa?" Mario menyodorkan jam diatas nakas
Ternyata sudah pukul 5.15 pagi, pantas saja Mario membangunkannya seperti itu.
Ia beranjak dari ranjangnya meninggalkan Mario yang kesal terhadapnya.
Meskipun ia terkenal nakal, tapi ia tetap menjalankan kewajibannya pada sang Kuasa. Selain Mario yang selalu memarahinya jika sholatnya bolong, Dhani juga ikut andil.
Lama kelamaan kebiasaan buruknya luntur. Ya, walaupun kelakuannya disekolah tak berubah.
Selesai sholat ia melakukan kebiasaannya dipagi hari. Apa lagi kalau bukan jogging. Memutari kompleks sekitar rumah itu sudah cukup baginya.
Kakinya terhenti di sebuah taman yang sama seperti dimimpinya semalam. Ternyata tak seburuk yang ada dalam mimpinya. Banyak orang melakukan olahraga pagi disana.
Maya melangkah menuju kursi panjang diujung taman. Lalu ia meminum air yang dibawanya dari rumah.
Ia teringat akan mimpinya semalam. Dhani. Tangannya merogoh saku mengambil smartphone miliknya. Baru membuka aplikasi chat, sebuah notif pesan diterimanya. Ternyata itu adalah voice note dari Dhani
Suaranya lembut, Maya tak henti hentinya tersenyum mendengar suara kekasihnya. Isinya hanya ucapan Salam yang disertai kata 'sayang' diakhir kalimat. Sesederhana itu tapi Maya suka.
Maya : Tumben?
Dhani-Ku : Apanya?
Maya : Tumben kirim vn
Maya : Dikasih embel embel sayang pula😄Dhani-Ku : Biar lo bisa denger suara gue kapan pun lo mau
Maya : Gue mau
Dani-Ku : Mau apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar
Teen FictionKu kira kau datang menggoreskan sebuah warna, tapi aku terlena. Yang kau gores bukanlah warna yang indah tapi luka yang tak berdarah Jika aku diberi satu permintaan. Aku akan meminta untuk tak terlahir di dunia. Tapi nyatanya tak ada tawaran permin...