Radar 15

6 4 0
                                    

Dengan berat hati, pagi ini Maya berangkat menuju tempat perkemahan yang sudah direncanakan anak pramuka.

Satu persatu dari mereka menaiki bus yang akan membawa ke tempat tujuan. Setelah meletakkan tasnya pada bagasi bawah Maya melangkah menaiki bus. Satu kursi dekat jendela menjadi pandangan pertamanya.

Ia sama sekali tak melihat ataupun sekedar melirik siapa saja yang ada di bus itu. Yang ia butuhkan hanya duduk bersandar menatap pemandangan lewat jendela. Ia berdoa semoga saja dua hari kedepan tidaklah seburuk yang ia pikirkan.

Dilarang membawa handphone. Yang benar saja satu detik pun Maya tak sanggup jika tak menatap layar handphonenya. Sungguh ini adalah hukuman yang berat dibanding skors dari Bu Parmi. Meskipun perkemahannya nanti bernuansa alam yang sebenarnya ia suka, tapi terikat akan peraturan anak anak pramuka membuatnya melupakan itu semua.

Ditambah lagi kehadiran Dara di perkemahan ini. Maya seperti buah simalakama sekarang. Ikut nggak enak, tidak ikut juga nggak enak. Ia bisa saja kabur dari sini tapi mendengar celotehan Bu Yeti membuatnya muak.

"Hai May" Kali ini Maya ingin sekali sujud syukur. Sebagian doanya terkabul lewat gadis itu. Senyumnya mengembang begitu saja. Sontak ia berdiri memeluk tubuh gadis itu.

"Kamu kenapa sih?" Mereka mengurai pelukannya saling memandang.

"Sel lo tau? Gue hampir mau mati kalo nggak ada lo disini" Sella tertawa geli mendengarnya. Ucapan Maya terdengar alay tapi juga menggemaskan. Mereka pun duduk berdampingan di tengah peserta yang lain.

"Jangan ketawa lo. Gue nggak suka acara kayak gini" Maya bersedekap mengerucutkan bibir. Sella masih saja menampilkan gigi giginya.

"Kalo nggak suka ngapain ikut?"

"Gue dihukum Bu Yeti gara gara si Keyla itu" Ucapnya sambil menirukan gaya centil Keyla. Sella semakin geli tingkah kembaran lelaki yang ia sukai.

"Haha ya udahlah kan ada aku. Jadi nanti kamu nggak bakal ngerasa bosen disana" Maya mengangguk semangat.

"Eh bentar deh. Lo kan sekelas sama abang gue, trus yang cowok siapa?"

"Zali" Mulut nya terbuka lebar begitu juga dengan matanya. Nafasnya terengah engah Sella yang melihatnya panik. Ia menggoyangkan bahu Maya berharap tak terjadi apa apa.

"May kamu kenapa? Hei" Garis bibir yang berubah membuat alis Sella mengerut. Sebenarnya Maya ini beneran sesak nafas atau mungkin ia terlalu syok mendengar bahwa Zali juga ikut perkemahan ini.

"Dimana dia sekarang" Cengkraman kuat dilengan Sella membuatnya tersentak. Benar kata Mario, Maya tertarik dengan Zali. Terbukti raut wajah gadis itu yang bertambah ceria saat ia menyebut namanya.

"Tuh dibelakang" Dagu Sella menunjuk kursi paling belakang bus itu. Maya berdiri dengan semangat hingga kepalanya terbentuk bagasi atas dengan keras. Ia meringis mengusap kepala yang berdenyut. Semua menatapnya dengan tawa termasuk lelaki yang ia cari.

Senyuman itu mengalihkan dunianya. Berapa banyak anak yang menertawakannya sekarang ia tak peduli. Urat malunya bukan hanya putus tapi juga hilang entah ditelan siapa.

Setelah melempar senyum terbaiknya Maya kembali duduk mengusap kepala yang sepertinya terdapat benjolan. Sella tertawa memegangi perutnya "Kamu lucu May pantes Zali tertarik" Ia tak tau apa yang diucapkan Sella sadar atau tidak. Yang jelas hatinya hangat mendengarnya.

***

Masih dua kegiatan yang mereka lakukan. Pasang tenda dan apel pembukaan. Baru satu setengah jam Maya disana rasanya sudah seperti sebulan tidak merasakan kebebasan. Ia selalu menanti nanti kapan waktunya istirahat.

RadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang