"Kalo gak mau biar gue ajalah" Bagas menyeret paksa cangkir dihadapan Maya. Karna sedari tadi gadis itu hanya memainkan jarinya ditepi cangkir yang tentu saja mengundang kesal bagi Bagas.
Maya berdecak "Lo udah punya, Cebong. Siniin!" Tak terima ia kembali menyeret miliknya.
Semua mata tertuju padanya. Diamnya Maya bukanlah suatu yang biasa "Gue mau balik ajalah" Andre tersedak kopi yang disesapnya "Napa sih lu" Zali yang sedari tadi mencuri pandang padanya mengerutkan kening melihat perubahan raut wajah gadis itu.
"Pokoknya gue mau pulang!" Serunya tak mau digugat.
"Nanti d..."
"SE KA RANG!" Sarkas nya penuh penekanan. Detik berikutnya gadis itu melenggang pergi tanpa peduli pikiran mereka yang berkutik tak mengerti akan sikapnya yang tiba-tiba berubah.
"Lo ada masalah" Maya berdecak kemudian mendaratkan dagunya dipundak Mario. Suara bising kendaraan menghiasi jalanan sore yang mereka terjang. Maya mengerucut membuat Mario gemas akan itu "Mulut lo lama-lama gue kuncir nih" Spontan ia memukul helm yang dipakai Mario.
Berbagi cerita dengan Mario setidaknya bisa meluapkan apa yang ia rasakan saat ini. Menghela nafas, ia pun angkat bicara "Tadi Juna nemuin gue"
"Terus??" Mario menoleh Maya sekilas lalu kembali fokus akan jalanan didepannya. Sungguh ia ingin tahu lebih lanjut bagaimana dua anak manusia itu berinteraksi setelah terjadi perselisihan beberapa waktu lalu.
Memori Maya berputar, pertemuannya dengan Juna di GOR tadi.
Maya mengerutkan kening "Maksud lo apaan sih" Lelaki itu nampak memperhatikannya seksama. Sorot matanya dingin. Beberapa saat mereka saling diam tak ada yang membuka suara.
Maya berdecak, lalu melangkah melewati Juna begitu saja. Tapi tiba-tiba tangannya diseret paksa oleh lelaki itu "Eh.. Lo mau nyulik gue hah?! Lepasin Setan!!" Pekiknya. Ia mencoba melepaskan cekalan tangan Juna, tapi percuma cekalan itu sangat kuat hingga menimbulkan tanda merah di pergelangan tangannya
"Sakit" Lirihnya. Juna tak peduli, meskipun ia mendengar ringisan gadis itu. Ia terus saja menyeret Maya menuju sisi GOR yang mungkin jarang orang berada disana "Lo mau apain gue?!" Tanya nya panik saat tau ia berada di gang sempit dan minim cahaya.
Spontan Juna membekap mulut Maya dan berakhir dengan pelototan dari gadis itu. Maya segera tersadar. Tas berisi raketnya ia jatuhkan begitu saja, lalu menepis tangan Juna yang berada di mulut serta tangannya. Ia bersiap membuka mulut dan memaki lelaki itu, namun lagi-lagi tangan Juna mendekap mulutnya. Dan sekarang jarak mereka sangat dekat, jantung Maya berdetak tak karuan.
"Gue bakal jelasin dan lo boleh bicara. Tapi kecilin volumenya" Maya menepis kasar tangan Juna dan memposisikan jarak antar keduanya.
"Sekarang apa?"
Juna bersender ditembok sembari bersedekap menatap lekat gadis yang selalu ia rindukan "Jauhin Zali!" Titahnya tegas.
Maya tersentak "WHAT?!" Ia menegakkan tubuhnya.
"Jauhin Zali! Lo budek atau gimana sih" Maya terdiam, ia berfikir sejenak. Lalu tertawa memecah keheningan.
Kali ini Juna yang tersentak "Lo kesurupan?" Mendengar itu Maya lantas menghentikan tawanya lalu menatap tajam lelaki dihadapannya.
Juna mulai panik, Maya tersenyum sinis "May jangan bercanda" Maya melangkah maju menipiskan jarak antara mereka "May!" Terlihat jelas dimata Juna, gadis itu menampilkan senyum sinisnya. Ia benar-benar panik, karna tak pernah tahu bagaimana caranya mengatasi orang kesurupan
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar
Teen FictionKu kira kau datang menggoreskan sebuah warna, tapi aku terlena. Yang kau gores bukanlah warna yang indah tapi luka yang tak berdarah Jika aku diberi satu permintaan. Aku akan meminta untuk tak terlahir di dunia. Tapi nyatanya tak ada tawaran permin...