Radar 01

37 6 2
                                    

Alunan lagu So Am I - Ava max feat. Nct 127 menggema disebuah kamar bernuansa biru langit itu. Sang pemilik kamar bahkan sangat menikmati setiap nada yang ia dengarkan sambil merapikan kamar yang sudah dikategorikan sangat berantakan. Sesekali ia menerbangkan barang barang miliknya sambil menari tidak jelas.

Diluar pintu kamar yang berisik itu, seseorang berusaha mengetuk pintu berkali kali. Tapi tetap saja suaranya kalah dengan yang ada didalam kamar.

"May ada yang nyariin lo may. Buka pintunya!" Teriak seorang lelaki dibalik pintu, tangannya tak henti hentinya mengetuk pintu
"Astaghfirullah ni anak. Oii Maymunah bukain atau gue dobrak nih!" Teriaknya lebih keras.

"Oke kalau itu mau lo. Jangan salahin gue kalo nih pintu rusak." Mario mulai mengancam. Tapi tak ada pergerakan sedikitpun dari Maya
"Satu.. Dua.. Ti.." Sekuat tenaga ia mencoba mendorong pintu kayu itu.
"Apa sih bang.."

Bruk

Bersamaan dengan itu pula Maya membuka pintunya yang otomatis juga Mario tersungkur tepat dibawah Maya

"Ups, ja..tuh" Maya menutup mulutnya, menahan tawa yang akan meledak

"Astaghfirullahaladzim... Ya Allah gini amat idup ane, hei Maymunah tolongin napa" Pinta Mario sambil memegangi dahinya yang kejedot lantai.

Maya menggaruk kepala sambil nyengir tanpa dosa. "Hehe.. Maapin Maya ya Bang" Tangannya sudah mengulur hendak membantu kakaknya
"Tuh Dhani nyariin. Dari tadi dipanggil nggak keluar keluar. Budek apa?"

Maya tiba tiba melepaskan topangan tangannya pada Mario, dan tentu saja Mario yang sudah setengah berdiri kembali terjatuh dengan posisi terduduk "Astaghfirullah MAYMUNAAAHHH"
Terdengar jelas diluar sana Maya menertawakan Mario yang tersulut karena perbuatannya

***

Seperti biasa, di jam jam sore seperti ini Maya dan Dhani bermain bulutangkis di tanah lapang dekat rumah Maya. Rumah mereka memang cukup dekat, Dhani sering mampir kerumah Maya begitu pula sebaliknya. Orang tua keduanya pun sudah mengenal keduanya dengan baik.

"May udah yuk capek nih." Dhani mengusap peluh yang membanjiri dahinya. Kakinya melangkah menuju bangku pinggir lapangan.

Maya kesal karena ia belum puas bermain bulutangkis. Kepalanya menunduk menyembunyikan bibirnya yang manyun sambil berjalan mengekori Dhani.

Lelaki itu rupanya tahu jika kekasihnya sedang kesal. Sengaja ia membalikkan badan dan berhenti mendadak. Agar Maya menabrak dirinya

"Aduh.. Dhani! Lo kalo mau ngerem bilang napa" Pekik Maya kesakitan sambil mengelus jidatnya

"Lo mau apa?" Pertanyaan Dhani membuat Maya mengerutkan kening tak mengerti.

"Hah?"

"Lo mau apa Mayaaaa?" Tangannya menangkup wajah Maya sambil menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.

"Aaaa.... Dhani" Spontan tangannya memegang tangan Dhani, berharap bisa menghentikan gerakan  dikepalanya.

"Gue mau lo." Ternyata jawaban Maya berhasil membuat Dhani berhenti menggerakkan kepalanya.

Dhani diam sesaat kemudian mengecup dahi kekasihnya. Lalu berlari pergi meninggalkan Maya.

Maya masih mematung mendapat kecupan hangat dari Dhani. Hingga ia tersadar bahwa Dhani sudah berlari jauh dari dirinya

"Ehh.. Dhan lo mau kemana? Dhan... Dhanii" Teriak Maya kesal.

Tak ingin lebih kesal lagi ia memilih duduk dibangku pinggir lapangan. Tangannya melipat didada, bibirnya manyun seperti semula.

RadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang