Gadis itu berdiri di depan pos satpam sekolah sambil menenteng tas bulutangkis yang ia bawa tadi pagi. Ia tengah menunggu ojek online yang sudah ia pesan beberapa saat setelah bel pulang berbunyi
"May" Sang pemilik nama menoleh
"Iren? Lo kok belum pulang" Iren tersenyum tapi sangat tidak tulusSebelah alis Maya tertarik "Kenapa lo? Kayak gak suka gitu sama gue"
"Lo sebenernya ada hubungan apa sih sama Juna? Pertama lo nyebut dia setan waktu dia pertama masuk kelas. Dan kedua Juna tadi ngikutin lo" Maya terkejut, nada ucapan Iren memang menunjukkan kalau ia tidak suka dengannya
"Kapan?"
"Waktu lo bilang mau ke abang lo" Iren melipat tangan didada.
"Kayaknya ada yang berantem nih" Dara, musuh bebuyutan Maya muncul dengan wajah mengejeknya
Maya berdecak. Ia tidak suka dengan kehadiran Dara disana "Gak usah ikut campur lo" Ketus Maya
"Masih ada ya temen nikung temennya sendiri" Dara terkekeh.
Maya maju hendak memukul Dara tapi Iren berhasil menghalanginya "Udah May biarin aja""Iren, hati hati ya sama temen penikung kayak Maya" Dara tersenyum sinis melihat wajah Maya yang mulai emosi karenanya
"Gak usah banyak bacot kalo belum tau cerita aslinya" Tangannya mengepal. Untung saja Iren memegang tangannya jika tidak Dara sudah babak belur ditangan Maya.
"Aduh panas banget ya" Dara mengibaskan tangannya seperti kipas
"Dada.. PE-NI-KUNG" Dara melambaikan tangannya lalu melangkah dengan anggun meninggalkan Maya yang mengumpat ingin menghajarnya.
"Oke sekarang jelasin ke gue" Pinta Iren. Helaan nafas terdengar dari mulut Maya.
Sebuah notif masuk membuatnya mengurungkan niat untuk menjelaskan semua pada Iren "Gini deh nanti malem kita ketemu di kedai jam 8. Sekarang gue mau latihan" Maya tersenyum diakhir kalimat lalu melambaikan tangannya sebelum akhirnya abang ojol itu membawa nya pergi dari sana.
***
"Sella?" Maya terkejut melihat gadis didepannya. Sella menjadi andalan club Satria Garuda untuk pertandingan Februari mendatang. Tentu saja sebagai tunggal putri. Dan Maya, ia hanya sebagai andalan kedua setelah Sella.
"Kamu mainnya nanti sama Sella setelah pemanasan dan latihan dasar" Ungkap Pak Atok yang menjadi pendamping sementara Maya
Gadis itu mengulurkan tangannya. Maya menyambutnya dengan sedikit ragu, Sella tersenyum setelahnya "Kamu adik kelas ku kan?" Mereka melepas jabatan tangannya
"Iya... Kak" Maya ragu memanggil Sella dengan sebutan kakak. Karna ia tak terbiasa
"Panggil aja Sella" Sella menepuk pundak Maya pelan lalu tersenyum.
"Mulai sekarang kita partner disini. Dan mungkin aja kita jadi musuh di pertandingan nanti" Maya tersenyum, ternyata Sella jauh dari dugaannya. Ia bahkan sudah merasa akrab dengan gadis itu. Walaupun hatinya tetap saja ada yang terasa ganjal
***
Lengkap dengan setelan kaos dan celana training hitam Maya menepati janjinya pada Iren untuk menjelaskan tentang Juna. Ia lega akhirnya Iren mau mendengarkan semua penjelasannya.
"Ren" Iren mendongak setelah menyeruput cappucino nya
"Soal Juna gue minta maaf belum cerita ke elo. Harusnya gue cerita ke lo dari dulu" Maya menggigit bibir bawahnya.
Iren tersenyum lalu menepuk pundak temannya "Udah nggak papa. Gue yang harus nya minta maaf ke lo May. Gue jutek ke lo tadi siang. Sorry ya" Maya menggenggam tangan Iren.

KAMU SEDANG MEMBACA
Radar
Teen FictionKu kira kau datang menggoreskan sebuah warna, tapi aku terlena. Yang kau gores bukanlah warna yang indah tapi luka yang tak berdarah Jika aku diberi satu permintaan. Aku akan meminta untuk tak terlahir di dunia. Tapi nyatanya tak ada tawaran permin...