Radar 06

10 5 0
                                    

Cahaya putih begitu menusuk mata gadis itu hingga ia harus mengerjapkan mata berkali kali untuk menyesuaikan penglihatannya.

Perlahan matanya terbuka, menampilkan ruangan bernuansa putih disana. Sepi. Hanya terdengar kicauan burung dari luar.

Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Sepertinya ia butuh asupan energi sekarang. Diatas nakas tak ada satupun makanan ataupun minuman tergeletak.

Terpaksa ia harus mencari makanan sendiri. Cacing cacing diperut benar benar berdisko sekarang. Saat kakinya akan menuruni ranjang, pintu ruangan itu terbuka pelan.

Matanya seakan menunggu seseorang akan hadir menemaninya. Siapapun itu.

Matanya membulat melihat seseorang diambang pintu sana. Nafasnya terhenti seperkian detik. Sekuat tenaga ia bangkit dan berlari menuju orang itu

"Mama!!!" Tubuhnya jatuh tepat di pelukan mamanya

Maya menangis tersedu sedu dibalik pelukan hangat itu. Setelah sekian lama tak bertemu akhirnya ia bisa melihat mamanya kembali.

Malla, mama Maya mengelus pundak putri tercintanya. Bahkan ia turut menangis mengiringi tangisan Maya.

Malla mengurai pelukannya, menatap Maya lalu mengusap lembut pipi putrinya yang basah. Ia benar benar terharu melihat Maya sekarang.

Suara derap kaki terdengar mendekati keduanya. Mereka menoleh bersamaan. Malla tersenyum, sedangkan Maya terpaku. Tak percaya apa yang dilihatnya.

Kali ini tenggorokannya terasa tercekat, jantungnya mempompa kuat. Ia semakin larut dalam tangisnya.

"DHAANII" Teriak Maya berlari mendekati orang yang masih terukir dalam hatinya. Lagi lagi ia menangis.

Tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan Dhani, ia bahkan tak ingin melepas sedikitpun jarak antara mereka.

Hatinya menghangat saat sentuhan tangan Dhani berada di wajahnya. Kini mata mereka bertemu kembali. Mata hitam Dhani yang sangat ia rindukan benar benar ada dihadapannya sekarang. Melihat senyuman Dhani membuatnya semakin tenang.

Dhani mengeluarkan secuil kertas dibalik tubuhnya. Tulisan tangan yang sangat melekat dalam pikirannya terukir jelas disana.

Ia membekap mulutnya sendiri, menahan tangis yang semakin menjadi.

Setelah benar benar membaca tulisan itu tubuhnya ditarik ke suatu cahaya terang jauh dari sana. Dilihatnya dari kejauhan Malla dan Dhani tersenyum manis padanya. Kemudian ia terpejam lagi hingga dirasa cahaya putih itu menghilang.

Mata Maya kembali terbuka, matanya menjelajah kesetiap sudut ruangan itu. Sama persis seperti tempat tadi.

"Mama.." Panggil Maya sambil berusaha bangkit dari ranjang nya.

"Dhani" Mendengar suara Maya, Mario bergegas memasuki ruangan.

Untung saja ia datang tepat waktu setelah mencari sarapan tadi. Kalau tidak mungkin sekarang Maya tersungkur dilantai itu.

Dituntunnya Maya untuk kembali berbaring karena kondisinya masih sangat lemah. Tapi Maya bersikeras untuk duduk sambil matanya mencari dua orang yang ditemuinya.

"Bang Mama mana? Dhani tadi juga kesini kan?" Penuturan Maya membuat Mario bingung.

"May disini ngggak ada Mama dan Dhani" Mario memegang bahu Maya

Maya tersentak dengan ucapan Mario "Abang bohong. Tadi aku ketemu Mama sama Dhani disini" Mata Maya berkaca kaca, tenggorokannya terasa sakit mendengar jawaban Mario. Isakan pun mulai terdengar.

RadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang