Seharian ini Maya hanya diam tak bertingkah seperti biasanya. Kedatangan Juna membuatnya sedikit tak nyaman. Sampai bel pulang berbunyi Maya masih enggan membuka mulut untuk sekedar berpamitan pada teman temannya.
"Eh Maymunah napa lo diem aja daritadi kayak patung roro jongrang" Bagas tak bisa menyembunyikan rasa penasaran pada tingkah aneh Maya
"Hmm" Kakinya terus berjalan tanpa menghiraukan
"Ikut nongkrong nggak?" Teriak Andre dari tempat duduknya. Maya berhenti dan menghela nafas, kemudian ia berbalik "Nggak" Ucapnya mantap.
"Yaudah kita nongkrong ya. Di kedai biasa" Maya hanya mengangkat ibu jarinya tanpa menoleh pada mereka. Godaan Iren sama sekali tidak berpengaruh.
Langkahnya dipercepat menuju tempat parkir kelas sebelas. Kakaknya pasti sudah menunggu disana.
Dari kejauhan samar samar ia melihat Mario tengah berbincang dengan seorang temannya. Semakin dekat matanya semakin jelas menangkap siapa laki laki itu "Bang Jali" Wajahnya berbinar, senyumnya merekah seperti bunga yang baru saja mati kemudian disulap mekar kembali
Mario menghela nafas "Ya ampun Malaikatkuu.." Kedua tangannya direntangkan ingin memeluk malaikat penyelamatnya. Baru selangkah ia beraksi Mario sudah terlebih dulu menghalangi "Bukan muhrim Maymunah" Mario mendorong tubuh adiknya menjauh. Bibirnya mengerucut, Zali terkekeh melihat wajah lucu Maya.
"Zali nebeng gue. Kasian dia anak baru disini belum hafal jalan" Maya terkejut. Dihari yang sama si setan dan si malaikat nya muncul secara bersamaan di sekolah ini.
"Jadi... Bang Jali sekolah disini juga?"
"Iya May. Alhamdulillah juga saya satu kelas dengan Mario. Jadi saya bisa dengan cepat adaptasi disini" Jelas Zali panjang lebar
"Alhamdulillah deh nanti kalau mau belajar sama si Komarudin aku diajak juga ya Bang" Zali tersenyum menanggapi. Disisi lain Mario memutar bola matanya malas sembari mengenakan helmnya.
"Komarudin nanti bakalan jemput gue kan?"
"Ogah" Wajah Maya langsung berubah suram. Mario menyerahkan helm Maya dan disambut oleh sang pemiliknya
Maya manyun "Terus gue pulangnya gimana?"
"Sama... Juna" Disaat yang sama mata Mario menemukan sosok Juna yang berjalan ke arah parkiran
"Juna" Panggilnya sambil melambaikan tangan. Maya melipat tangannya didadaKehadiran Juna diantara mereka semakin membuat Maya kesal "Ada apa bang?"
"Lo anterin adek gue pulang ya. Harus sampai tujuan tanpa ada yang kurang" Perintahnya disambut senang oleh Juna
"Siap bang" Jawabnya mantap
"Gue nggak mau. Masak iya gue dianterin setan. Mending gue nganterin Malaikat" Tatapannya tertuju pada Zali. Tak ingin ambil pusing Mario segera menyalakan motornya
"Ehh gue beneran dianterin setan?" Zali mulai duduk dijok belakang.
"Bang lo bercanda kan?" Mario menjulurkan lidahnya lalu pergi begitu saja
"Bang!!" Teriak Maya saat Mario akan keluar area parkir. Disampingnya, lelaki itu justru terlihat santai sembari melihat wajah kesal Maya"Jadi pulang bareng nggak nih?" Tanyanya. Maya menghentakkan kakinya lalu mendengus ke arah Juna
"Gak mau yaudah jalan kaki aja sono" Juna kembali berjalan menuju motornya.Maya diam menetralkan egonya. Dalam hati ia mengumpat ingin melampiaskan kekesalannya. Kalau saja hpnya tidak lowbat pasti ia lebih memilih naik abang ojol daripada dibonceng Juna.
Saat motor Juna sudah menyala barulah ia mendekatinya "Nah kan akhirnya mau juga" Maya duduk menyamping seperti saat dibonceng Mario biasanya.
"Buruan!" Maya mengenakan helmnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar
Teen FictionKu kira kau datang menggoreskan sebuah warna, tapi aku terlena. Yang kau gores bukanlah warna yang indah tapi luka yang tak berdarah Jika aku diberi satu permintaan. Aku akan meminta untuk tak terlahir di dunia. Tapi nyatanya tak ada tawaran permin...