Radar 17

2 3 0
                                    

Semenjak kejadian semalam pikirannya dihantui oleh kalimat kalimat Juna.

Buka mata lo May, dia bukan Dhani. Lo gak bisa memperlakukan dia selayaknya Dhani. Lo hanya terobsesi. Hentikan permainan ini.

Nama Dhani dan Zali berputar diatas kepalanya. Bayang bayang wajah keduanya memenuhi seisi otaknya. Jika memang ia hanya terobsesi pada Zali, kenapa jantungnya berdebar saat lelaki itu menatapnya.

Ini bukan sebuah permainan. Ia bahkan tak berniat untuk mempermainkan lelaki alim seperti Zali.

"May" Ia tersentak. Tepukan di pundaknya membuat semua lamunannya terpecah

"Iihh Sella, lo bikin gue jantungan aja" Cibir nya kesal

"Abisnya dari tadi nglamun. Lo udah siap?" Maya mengangguk mantap, setelah itu keduanya keluar tenda untuk bergabung bersama kelompoknya.

Setelah senam para peserta dibagi menjadi 8 kelompok dengan masing masing 4 orang. Kali ini Maya bersemangat karna ia satu kelompok dengan Zali dan Sella, sedangkan Juna berada dalam kelompok lain bersama Dara.

Masing masing kelompok akan menjalankan tugas mencari benda sesuai petunjuk yang diberikan.

"Perhatian untuk ketua kelompok silahkan mengambil undian di depan" Suara lantang itu menginterupsi. Tampak beberapa peserta laki laki menghampiri seorang panitia yang membawa setoples sobekan kertas dan beberapa sedotan kecil didalamnya.

Zali yang dipercaya sebagai komando kelompok turut mengambil salah satu sedotan kecil dalam toples itu "Jangan dibuka dulu!" Perintah laki laki tadi "Kembali ke barisan!" Lanjutnya dengan tegas.

Sesuai perintah mereka berbaris di masing masing kelompoknya "Perhatian!"

"Siap" Jawab semua peserta serentak

"Clue yang diambil oleh ketua kelompok kalian hanya boleh dibuka di persimpangan jalan depan. Tidak ada yang membawa apapun kecuali air minum. Dan setiap ketua kelompok harus bertanggung jawab atas kelengkapan anggotanya. Paham!?"

"Siap paham"

"Jangan lupa setiap kertas yang kalian dapat dikumpulkan saat tiba disini" Satu persatu kelompok memulai perjalanan mereka. Hanya berselang beberapa menit setelah kelompok Juna berangkat, Zali beserta anggotanya turut melangkah memasuki hutan.

Setibanya mereka di persimpangan jalan "Hah? Apa apan nih. Angka angka gak jelas. Gila tuh panitia!" Cibir Maya saat melihat Zali membuka kertas clue itu

"Ish.. Ini namanya sandi angka May" Jelas Sella

Ia mendengus memutar bola matanya. Kedua tangannya bersedekap dibawah dada "Yaelah tinggal nulis huruf doang apa susahnya sih"

"Diam!" Kedua matanya membelalak, begitu pun kedua anggota lainnya. Sentakan keras dari Zali mengiris telinga dan juga hatinya.

Mata Zali memancarkan amarah yang tak pernah Maya lihat sebelumnya. Apa yang terjadi pada lelaki itu? Otaknya masih berputar tak tahu jawaban pasti, jika ia tak bertanya langsung pada Zali.

"8 9 10 1 21..." Baru membuka mulut Galang, salah satu anggota mereka angkat bicara. Ia membuang nafas, bukan saat yang tepat untuk menyelesaikan masalah pribadinya disini.

"Hi..J..A..U.." Ucapnya terbata. Maya mengerutkan dahi, di hutan ini banyak yang berwarna hijau. Ia berdecak "Daun kali hijau" Galang menjentikkan jari tepat di depan Maya "Pinter banget lo"

Ketiga anggotanya tampak mencari petunjuk di sekitar mereka. Ia tak peduli, yang penting tugasnya segera selesai dan segera pulang.

Tak berselang lama Sella menemukan kumpulan dedaunan yang dibentuk menjadi anak panah, akhirnya mereka mengikuti tanda anak panah itu. Terus berjalan menyusuri rindangnya hutan. Hingga mereka berhenti disebuah pohon yang diberi tanda bendera semaphore di salah satu rantingnya.

RadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang