Sebagai kelas sepuluh seharusnya mereka tunduk pada kakak seniornya. Tapi itu tak berlaku bagi Maya dan kawan kawan. Siapapun itu jika ada yang mengusiknya, mereka tidak akan tinggal diam.
Seperti sekarang, saat mereka sedang enak enaknya makan di kantin kemudian datang senior yang begitu enteng mengusir mereka.
Seorang perempuan datang dan menggebrak meja "Minggir lo semua" Maya dan kawan kawan tersentak hingga hampir tersedak makanannya.
Maya yang kebetulan berada disamping seniornya itu berdiri dengan angkuh "Lo pikir ni tempat punya bapak lo apa seenak jidat lo ngusir orang lagi makan. Masih banyak noh kursi kosong" Keempat temannya turut berdiri berhadapan dengan senior yang jumlahnya sama dengan mereka.
"Kita itu senior disini. Serah kita lah mau duduk dimana" Mereka menjadi sorotan para murid yang berada di kantin saat itu. Ketegangan terjadi antar senior dan junior disana.
"Mentang mentang udah tua seenaknya ngusir orang" Sahut Andre tak terima
"Eh Mak Lampir. Disini itu bebas nggak ada bedanya senior junior" Tambah Bagas
"Mending lo para banci diem deh. Ini urusan gue sama dia" Perempuan itu mendorong bahu Maya dengan telunjuknya.
"Sialan lo" Tangan Maya menghadang langkah Andre.
Maya tersenyum sinis tatapannya sedingin es "Guys kalian semua mau ada senioritas disekolah kita ini?" Teriak Maya lantang
"Nggak..." Semua murid dikantin kompak menjawab. Perempuan perempuan didepannya saling memandang
"Kalo gitu kalian setuju kan kalo mereka pergi dari sini?"
"SETUJU" Teriakan dari para murid membuat senior seniornya menatap Maya tajam.
"Denger sendiri kan? Mending sekarang kalian pergi deh. Hush.. Hush.." Maya mengibaskan tangan mengusir mereka
"Kurang ajar lo" Senior didepannya hampir menamparnya tapi tangan Maya berhasil menahannya kuat hingga perempuan itu meringis merasakan tangannya yang memerah. Keempat temannya tersenyum sinis sedang musuh mereka menganga tak percaya.
Adegan panas itu membuat seisi kantin bersorak mendukung Maya "MAYA!! MAYA!! MAYA!!" Spontan Maya memutar lengan musuhnya lalu menarik nya kebelakang. Namun ternyata seniornya itu tidak kehabisan akal. Tangan satunya lagi ia gunakan untuk menarik jilbab Maya. Tak tahan dengan kelakuan seniornya itu Maya meraih segelas es teh dimeja lalu menyiramkannya ke perempuan yang menarik jilbabnya. Senior senior itu menganga. Sedang yang lain semakin bersorak meneriaki nama nya
Terjadilah pertengkaran antara Maya dan senior itu selama beberapa detik lamanya setelah itu berakhirlah mereka di ruang BK.
***
"Angkat kaki kanan kalian!" Perintah Bu Parmi guru Bk yang mengurus anak anak nakal seperti Maya.
Sekarang ia dan seniornya yang ternyata namanya Keyla berhadap hadapan ditengah lapangan basket dengan sebagian murid sebagai penontonnya.
Keyla adalah senior kelas dua belas sekaligus anak donatur sekolah ini. Pantas saja banyak yang heran selaligus kagum dengan perbuatan Maya dikantin tadi.
"Maya itu gila sekaligus lucu juga ya beda banget sama abangnya" Kekehan Zali menular pada Mario yang berada disampingnya.
"Dia gampang emosi, sekalinya tersulut dia gak bisa berpikir jernih. Dalam dirinya hanya berisi menghajar musuhnya abis abisan"
"Dan kalau Maya lagi emosi aku pasti ngerasa nggak nyaman karna batin kita menyatu. Aku yang nggak kebiasa ngerasain emosi sebesar itu harus bisa nahan gejolak aneh dalam diriku" Zali manggut manggut menanggapi

KAMU SEDANG MEMBACA
Radar
Teen FictionKu kira kau datang menggoreskan sebuah warna, tapi aku terlena. Yang kau gores bukanlah warna yang indah tapi luka yang tak berdarah Jika aku diberi satu permintaan. Aku akan meminta untuk tak terlahir di dunia. Tapi nyatanya tak ada tawaran permin...