Radar 14

6 4 0
                                    

Tiga hari berlalu, hukumannya berakhir sudah. Hari ini ia akan sekolah seperti biasa.

Selesai bersiap ia menghabiskan sarapan seperti biasanya namun kini tanpa Papanya. Karna Papanya masih diluar kota.

"May tolong ambilin buku jurnalnya bunda bentar. Kayaknya bunda lupa masukin ke tas" Perintahnya sambil mengecek isi tasnya.

"Dimana bun?"

"Di meja kamar" Mario mencium tangan Yuni

"Gue tunggu didepan May" Teriak Mario menuju pintu.

Ia beranjak menuruti perintah bundanya. Kamar bernuansa putih itu tertata rapi tak seperti kamarnya yang sudah seperti kandang ayam.

Buku buku Bundanya tersusun rapi diatas meja. Ia mencari asal buku jurnal itu. Tumpukan buku bahkan sudah berantakan sekarang. Matanya menangkap sebuah buku tebal berwarna hijau dengan tulisan JURNAL SISWA tertutup sebagian. Segera mungkin ia mengambil buku itu, namun ada sesuatu yang lebih menarik kedua matanya. Didasar tumpukan buku ada sesuatu  berwarna biru. Ukurannya yang kecil membuatnya menyingkirkan kembali buku buku itu.

Matanya membulat, barang kecil itu dibolak balik olehnya "Jadi gini bentuknya test peck. Garis dua lagi" Ia tersentak dengan ucapannya sendiri

"Ehh.. Garis dua? Hamil dong" Ia terpaku melihatnya

"Gue hamil?" Ia menjitak jidatnya sendiri "Bego banget gue pantes aja si Papa ngebenci gue. Bego nya udah nggak ketulungan. Kalo ini dikamar Bunda. Yang hamil ya Bunda lah" Celotehnya sambil tertawa sendiri. Sedetik kemudian ia tersadar apa yang baru saja diucapkan.

"Gue ngomong apa barusan?"

"Gue hamil?"

"Bukan bukan yang itu"

"Garis dua?"

"Aaghh sialan kenapa gue tolol kayak patrick sih" Gerutunya menekan kepala.

"Kalau ini dikamar Bunda berarti yang hamil Bunda" Maya menjentikkan jarinya.

"Nah itu dia.. Cerdas banget sih gue" Rasa bahagia tak bisa ia sembunyikan lagi. Kabar baik ini harus segera diumumkan. Ia menenteng buku jurnal itu dan test peck yang terselip dijarinya. Dihampirinya Bunda yang menata piring ditempatnya.

"Bunda hamil ya?" Sontak Yuni menoleh dan membekap mulut anaknya

"Ssssttt jangan teriak teriak" Maya menyingkirkan tangan bundanya

"Ohh aku tau pasti buat surprise kalau Papa pulang kan? Ah bunda romantis banget sih" Ia menyenggol lengan Bundanya menggoda. Yuni sampai menunduk tersenyum malu.

"May buruan!!" Maya memukul dahinya. Ia sampai lupa kalau hukumannya sudah usai. Buku dan test peck itu diberikan pada Yuni lalu mencium tangan dan pipi Bundanya itu. Sesegera mungkin ia berlari menuju halaman depan.

"Napa lo senyum senyum gitu?" Alis Mario menaut melihat adiknya tersenyum, raut wajahnya pun lebih terlihat senang.

"Udah buruan" Ia menarik tangan Mario sambil tersenyum bahagia. Bahagia karna sebentar lagi anggota keluarganya akan bertambah.

Namun dibalik senyumnya, hatinya gelisah. Ia tiba tiba teringat perkataan Papanya tempo hari. Apa Papa nya tetap akan menyingkirkan Bunda dari keluarganya. Semoga dengan adanya calon bayi ini bisa mengubah semuanya.

Semoga saja batinnya

***

"Ada yang dapet gebetan baru nih" Maya mengernyit. Suara lantang Bagas seperti mengarah kepadanya, teman temannya pun tersenyum kearahnya yang baru melewati pintu kelas.

RadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang