Radar 08

10 5 0
                                    

Pagi ini Maya menemani sang Bunda belanja disebuah pasar swalayan. Yuni berkutik dengan sayur yang akan dibelinya. Maya bosan jika terus terusan diam sambil membawa tas belanja seperti ini. Ia memutuskan untuk berjalan sekedar melihat lihat orang berjualan

Langkahnya terhenti saat merasakan sakunya bergetar. Ada sebuah pesan dari nomor yang tidak ia ketahui.

+62*********** : Lagi belanja?

Dahinya mengernyit, bagaimana bisa orang asing ini mengetahui aktivitas nya sekarang.

Ia berjalan sambil menjawab pesan dari nomor yang tidak ia ketahui. Tiba tiba langkahnya terhenti kembali saat dirasa ia menabrak seseorang

"Aduh.. maaf ma..af" Maya terkejut melihat siapa yang ditabraknya

"Kalau jalan itu pake mata" Lelaki itu mencubit hidung Maya.

"Jalan itu pake kaki. Kalo mata buat ngeliat" Maya mendengus kesal. Juna terkekeh melihat tingkah Maya.

"Lo ngapain disini?" Tanyanya sewot

"Beli semen" Alis Maya menaut

"Ya beli bahan buat masak lah. Lo gak liat gue bawa tas ibu ibu pasar?" Maya melirik sekilas kemudian mengerucutkan bibirnya

Mata Juna melirik Maya yang asyik mengetik sesuatu di smartphone nya. Sedetik kemudian smartphone nya berbunyi.

Mata Maya menyipit. Kemudian ia memutuskan untuk mengirim pesan itu berkali kali. Ternyata smartphone Juna berdering setiap kali Maya mengirim pesan pada nomor asing itu.

"Ohh jadi elo yang neror gue" Maya berkacak pinggang

"Siapa yang neror. Gue cuma chat lo doang" Tak mau kalah Juna melipat kedua tangannya di dada

"Tau dari mana lo nomor gue. Ohh gue tahu pasti lo apa apain hp gue waktu gue pingsan ya kan" Protesnya tak terima

Juna memajukan wajahnya hingga ia harus mundur beberapa senti "Kalo gue gak apa apain hp lo mungkin abang lo gak bakal tahu keberadaan lo sampai sekarang" Beberapa detik Maya berfikir tentang perkataan Juna

"Makasih" Nadanya terdengar ketus
"Apa lo bilang?" Juna berpura pura tidak mendengarkan

Maya mendengus sambil memutar bola matanya malas "Makasih Juna" Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan

Sedetik kemudian Yuni datang membawa beberapa belanjaannya "Maya Bunda nyariin kamu dari tadi taunya malah pacaran disini" Mata Maya membulat, tapi Juna justru tersenyum senang mendengar hal itu

Spontan Juna menyalami wanita paruh baya itu "Maaf ya te tadi Maya minta ketemuan disini katanya kangen" Mulutnya menganga, bisa bisanya Juna memfitnah nya seperti itu.

"Ju.."

"Ibu calon mertua udah selesai belanjanya?" Maya menahan emosi yang sudah diujung ubun ubun. Dalam mulutnya giginya menggertak kuat.

"Udah ini komplit" Yuni mengecek barang belanjaannya

"Ya udah bun kita pulang" Baru memegang tangan Yuni hendak menariknya namun Juna terlebih dulu menyalami bundanya

"Ibu calon mertua hati hati ya"

"Aaa.." Maya menjambak rambut Juna hingga ia meringis memegangi rambutnya

"Maya jangan gitu dong" Yuni menarik tangan Maya. Nafasnya seperti banteng yang mengamuk sekarang. Sesegera mungkin ia beranjak dari tempat itu, baru selangkah ia melangkah Juna kembali membuatnya kesal "Hati hati sayang" Ucap Juna dengan nada begitu lembut

Ingin Maya menjambak kembali rambut Juna tapi Yuni berhasil mencegahnya. Bundanya itu sampai terkekeh melihat tingkah anaknya.

***

RadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang