2. Everytime

1K 163 44
                                    

Manik legam milik lelaki itu sedari tadi bergerak liar. Sibuk mencari-cari seseorang yang ia rindukan. Untuk saat ini, tolong jangan tanya siapa. Berhubung sudah satu bulan lamanya ia tidak bertemu.

"Eh! Al! Mabar entar di rumah gue." Altair mengernyitkan alisnya, menggeleng tidak setuju seraya menegak es jeruknya hingga habis tak tersisa.

"Nggak ikutan gue, males."

Abra mencibir. "Alah! Males-males paling lu disuruh nyokap lu nganterin belanja aja 'kan? Ngaku lu!"

Sedang yang dicibir hanya memperlihatkan gigi kelincinya sembari melemparkan gumpalan kertas pada Abra.

"Nah! Itu lu tau!"

"Ga asik lu ah!" Seru Abra sambil mendengus.

"Bodo amat! Emak gua lebih penting daripada lu!"

Good job.

Jawaban yang cerdas Altair. Ibu memang lebih penting daripada Abra yang hanya mengajak mabar ketika kesepian saja.

Tunggu saja saat lelaki dengan hidung bangir itu mendapat cem-ceman baru. Jangan 'kan Altair, saudaranya saja kadang dilupakannya.

"Cepetan tu makan! Makan udah kayak penganten lu lambat amat!"

Abra mendengus. "Iye-iye raden kanjeng Altair."

Altair masih menunggu Abra menyelesaikan acara makannya sembari menatap sekitar. Hingga percakapan dari sekumpulan siswi terdengar ketika mereka berjalan melewati meja Altair.

"Tau nggak? Tadi Fajar kocak banget tau! Ngelindur di kelas sambil teriak-teriak gitu! Gilaa ahahhaha ... "

"Gara-gara kalian tuh! Pake acara video call cuman buat anak kodok yang nangis gonggor habis putus dari Raja! Pasti gue nggak ngantuk di kelas!"

"Enak aja anak kodok! Lu kata gue kecebong!"

Satu dari empat siswi itu hanya tertawa tanpa ikut menimpali percakapan yang menurut Altair sangat tidak biasa itu. Lagi pula, ada-ada saja tingkah siswi jaman sekarang. Tidur di kelas saat jam pelajaran berlangsung ditambah ngelindur sampai teriak. Ajaib bin konyol sekali menurut Altair.

Keempat siswi itu duduk di meja belakang Abra. Sementara Abra yang masih diam menikmati seporsi ayam gepuk dengan segelas es lemon tea, tak merasa terganggu dengan keadaan sekitar yang berisik. Jelas saja berisik karena sekarang adalah waktu jam istirahat, dan mereka berada di kantin.

Altair masih menatap seorang siswi yang sedari tadi hanya tertawa, hingga ketika si gadis menyeruput es susu-nya, pandangan Altair dan si siswi itu bertemu selama beberapa detik.

Yang terjadi selanjutnya pastilah waktu terasa berhenti dengan jantung yang berdegup kencang.

Oh, rasanya seperti kucing yang tertangkap basah sedang mencuri ikan asin. Begitulah kurang lebih kondisi Altair saat ini.

Jantungnya kembali berdegup kencang saat si gadis tersenyum manis pada Altair. Lalu dengan wajah yang memerah layaknya api neraka, Altair mengalihkan wajahnya ke kiri sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

Hal yang perlu kalian ketahui yaitu bahwasanya Altair merupakan orang yang cuek dan pemalu. Contohnya saja beberapa hari lalu, ketika Altair mendapatkan nilai sempurna untuk pelajaran basket dan dipuji habis-habisan oleh guru olahraganya, teman-temannya menggodanya hingga membuat wajahnya memerah. Hanya tidak ia perlihatkan saja.

Yo mosok cah bagos isinan.

Itu kalimat mbah utinya yang sampai saat ini terngiang di telinga Altair.

ORIGAMI GAJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang