22. I Hate U, I Love U

401 89 13
                                    

"Do you miss me like i miss you?"

Gnash feat Olivia O'brien - I Hate U, I Love U

Atha melipat kakinya, memeluk kedua kakinya dalam gelapnya malam. Gadis itu tengah duduk di sebuah sofa di balkon kamarnya.

Netra hazel itu menatap taburan bintang dengan kosong. Berulang kali menghela napas. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun gadis itu tak kunjung memejamkan mata. Jangankan itu, mengantuk saja ia tidak.

Kejadian di acara reuni itu membuat memorinya kembali terputar layaknya sebuah kaset.

Tentang bagaimana senyum hangat itu terukir indah menghiasi wajahnya. Tentang bagaimana sikap lembut yang lekaki itu berikan. Tentang bagaimana sorot mata hangat yang meneduhkan hati.

Sayangnya, semua itu bukan untuk Atha. Namun untuk perempuan lain.

Kemudian lirik dengan bunyi for first time in forever favoritnya terdengar menyedihkan sebab untuk pertama kali dalam hidupnya, sebuah pesta terasa tidak menyenangkan. Pesta itu membuat hatinya berantakan hanya dalam satu waktu.

Ck. Buruk sekali.

Atha pikir ia telah melakukan segala hal yang ia bisa untuk mendekat, namun ternyata nihil. Semua itu sia-sia. Membuang waktu Atha karena ia pikir, lelaki itu juga mempunyai rasa yang sama.

Atha membencinya, tapi ia juga mencintainya.

Padahal baru saja ia ingin menggunakan emansipasi wanita miliknya.

Masih segar diingatannya kala bibir lembut milik lelaki itu menyentuh bibirnya walau tanpa di sengaja. Sudah beberapa tahun lalu, namun Atha masih ingat bagaimana rasanya.

Ribuan kupu-kupu berterbangan dari perutnya. Darahnya berdesir dan jantungnya berdegup cepat. Kedua pipinya memerah sempurna layaknya kepiting rebus.

Semuanya terjadi begitu saja. Hari itu adalah kebetulan kedua yang terjadi. Tidak ada di rencana Atha karena ia tidak pernah berpikir akan bertemu Altair malam itu jika saja ia tidak mendengar percakapan Altair dengan Jeffry dan Dylan.

Oh Tuhan...

Hanya dengan mengingat saja jantungnya berdegup cepat. Gadis itu kemudian mengusap wajahnya kasar. Atha sudah mengatakan jika itu merupakan sebuah kebetulan, memori itu bisa saja berlalu di sapu angin diingatan Altair.

Tapi apakah hadiah malam itu juga benar-benar untuk Atha?

Apakah Altair merindukan Atha seperti Atha merindukan Altair?

Ia sadar ia bukan siapa-siapa. Bukan juga orang yang berharga. Tapi penantian Atha sudah bertahun-tahun. Bertahan selama itu juga dapat membuatnya lelah. Acara reuni adalah harapan terakhinya.

Harapan terakhir yang telah pupus malam ini juga. Setelah pesta malam ini, cerita ini tidak lagi sama. Sebab semakin lama, Atha akan semakin sadar jika ia membutuhkan Altair.

Atha akan mencoba jalan lain. Menikung di sepertiga malam. Karena jika yang Altair inginkan adalah perempuan itu, Atha tak akan pernah bisa. Ia tidak mungkin menjadi orang lain jika tidak melakukan operasi plastik.

ORIGAMI GAJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang