"Mengapa kenangan bersamamu dulu terasa amat mengusik saat ini?
Mengapa rasa ini kian membesar seiring dengan senyum yang mengembang?
Mengapa setiap langkahku terasa semu untukmu?
Hei? Aku mencintaimu."
✨
Altair berlari seorang diri di sebuah taman, dengan earphone yang mengantung di kedua telinganya.
Keringat mengucur di sekujur tubuhnya, namun Altair tidak peduli. Kakinya masih terus berlari walau nafasnya kian tersenggal.
"Capek," keluhnya sembari menumpukan tangannya pada kedua lututnya.
Manik hitamnya menatap sekeliling, mencari-cari sesuatu disekitar taman itu. Sebuah kursi.
Ya, sebuah kursi karena Altair sangat lelah sekarang. Sebelum menuju kursi itu untuk mendaratkan bokongnya, Altair terlebih dahulu membeli sebotol air kosong untuk menghilangkan dahaga. Maklum, habis lari pasti bawaannya haus.
Altair menghela nafas, menengadahkan kepalanya ke atas. Syukurnya kursi itu berada di bawah pohon rindang. Jadi terik mentari pagi tidak terlalu mengusiknya.
Lelaki itu melirik pada arloji yang ia kenakan di tangan kirinya. Memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum pulang menuju rumahnya.
Rutinitas Altair di minggu pagi adalah jogging. Dinar selalu membangunkannya pagi-pagi dengan alasan hari minggu harus tetap produktif. Walau awalnya susah, namun kelamaan Altair jadi terbiasa.
Netra kelam lelaki itu melirik ke sana ke mari. Memperhatikan taman kota yang penuh oleh orang-orang.
Saat sibuk dengan kegiatan di sekitarnya, netra lelaki itu tak sengaja menangkap satu objek yang selama ini selalu mampir di setiap mimpinya. Wajah yang ia bayangkan sebelum tidur.
Dengan cepat Altair menegakkan tubuhnya. Menolehkan kepalanya guna menatap sosok itu dengan sepeda gunung berwarna hitam yang kian menjauh hingga tak lagi terjangkau oleh indra pengelihatannya.
Jujur, selama 8 tahun hidupnya di habiskan untuk jogging di hari minggu, baru kali ini ia mendapati sosok Atha.
Gadis itu selalu cantik seperti biasanya. Altair menarik bibir, ia pikir hari minggu akan bertambah indah setiap waktunya. Yah, walaupun ia tau jika Atha tidak akan selalu melewati taman kota di hari minggu menggunakan sepeda gunungnya. Tapi tak apa, Altair tetap senang.
Lelaki itu segera beranjak dari duduknya, pergi meninggalkan taman kota untuk segera pulang ke rumah karena perutnya yang terus berbunyi.
⭐
Altair menyandarkan tubuhnya pada bangkunya. Nasib buruk menimpanya kemarin. Tepat saat ingin meninggalkan taman kota, hujan malah turun mengguyur kota. Bukan main-main, hujan itu langsung turun dengan deras dan berlangsung pada waktu yang lama.
Inginnya berteduh, tapi ia tau jika berteduh hanya akan membuang waktu. Jadilah lelaki itu menerobos hujan. Altair pikir, daya tahan tubuhnya sangat bagus dan tidak akan tumbang hanya karena guyuran hujan sebab Altair sudah terbiasa.
Hari pertama, tepatnya hari senin, Altair tidak merasakan apa-apa. Tidak ada yang serius.
Namun, nasib berkata lain. Tepat malam harinya, tubuh Altair menggigil. Alamat tidak masuk sekolah. Tapi ia malas jika berada di rumah. Altair juga tidak mengatakan pada Mamanya dan Dinar jika ia tidak enak badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI GAJAH
Novela JuvenilTidak ada yang lebih indah dari jatuh cinta. Itu yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu? semua hal yang menyangkut tentangmu akan selalu menjadi bagian favoritku. Bahkan untuk hal sekecil apapun. Tidak banyak yang tahu, tapi selama ini dan sejauh...