Jika dulu Altair selalu tidak mempermasalahkan jam kerjanya, maka berbeda dengan sekarang. Terlebih saat ia menerima pesan dari sang pujaan hati yang membuat fokusnya luruh begitu saja.
Hampir seminggu keduanya tidak bertemu. Jam terbang Atha sebenarnya tidak setinggi Altair.
Netra gelap itu memandang tumpukan kertas di mejanya dengan malas. Beberapa sketsa yang belum ia periksa, berkas yang belum ia tanda tangani. Mungkin dirinya akan lembur malam ini. Besok ia masih harus memantau lokasi pembuatan gedung apartemen.
Lelaki itu meregangkan tubuh. Pesan kembali masuk di ponselnya. Bagai penyejuk dalam kehausan, senyum Altair kembali terbit.
Anatha :
Aku lagi buat kue sama Mama Karina
Kak Al semangat kerjanyaJangan lupa sisain buat saya
Setelah mengirim pesan itu, Altair kembali berkutat dengan pekerjaannya. Beberapa proyek baru memang memusingkan. Terlebih ia memiliki sebuah proyek dengan perusahaan luar negeri dan anak magang. Cukup menguntungkan, namun juga mampu membuat Altair menyiapkan stok sabar berlebih.
Pemuda itu sebenarnya ingin membuat perusahaan sendiri. Memulainya dari nol tanpa bantuan sang Papa. Tapi karna Papa Rendi bersikeras dengan argumennya, jika Altair satu-satunya orang yang dapat dipercaya.
Dinar sudah menolak mentah-mentah. Kakak perempuannya itu memilih untuk menjadi pegawai bank.
Jam makan siang tiba. Dewa-- sekretaris Altair tadi mengingatkan tentang makan siang. Tapi perut Altair tidak lapar.
Lelaki itu kemudian membuka laci. Buku yang Atha beri di pantai tempo hari, belum sempat Altair baca atau bahkan hanya sekedar untuk membukanya. Mungkin ini waktu yang tepat sebagai penghilang penat.
Goresan dari tinta hitam itu ternyata berisi tentang isi hati Atha. Lamat-lamat lelaki itu membaca frasa demi frasa dengan senyum tertahan.
Rupanya dulu ia sangat bodoh. Ia tidak tau jika Atha juga berjuang sedemikian keras hanya untuk dapat berada di dekatnya. Andai saja ia lebih keras untuk berjuang, mungkin saat ini bahtera rumah tangga sudah ia jalani. Tentu bersama dengan Atha.
Tapi sepertinya semesta suka sekali bercanda. Meskipun Altair tidak suka diajak bercanda oleh semesta.
Mengapa dua hati yang saling tertaut harus terpisahkan sedemikian lamanya?
Membaca diary itu membuat Altair mengerti. Terutama segala kesengajaan yang Atha buat. Betapa kerasnya usaha gadis itu untuk dekat dengan Altair.
Ponselnya kembali berbunyi, menampilkan satu pesan dari Atha.
Anatha:
Aku lupa kasih tau Kak Altair kalau nanti malem aku bakal terbang ke Paris sama Fajar buat ngurus cabang yang ada di sana sekaligus ke fashion week. Tenang aja, Restu juga ikut. Papa juga.Berapa lama?
Mungkin ada seminggu.
Maaf.
Kenapa minta maaf?Kita jadi jarang ketemu. Kak Al mau oleh-oleh apa? Biar nanti aku bawain.
Nggak perlu minta maaf. Dan saya nggak perlu oleh-oleh, cukup kamu pulang dengan selamat.
Kalo itu juga nggak perlu diminta. Kuenya udah aku sisain. Mudahan Kak Altair suka.
Jangan balas pesan aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI GAJAH
Teen FictionTidak ada yang lebih indah dari jatuh cinta. Itu yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu? semua hal yang menyangkut tentangmu akan selalu menjadi bagian favoritku. Bahkan untuk hal sekecil apapun. Tidak banyak yang tahu, tapi selama ini dan sejauh...