Matahari terik seperti biasanya. Seakan mendukung kegiatan mereka selama seminggu ini. Apalagi jika bukan class meeting.
Terkadang aneh saat memikirkan ulangan akhir semester terapit antara ulang tahun sekolah dan class meeting. Maksudnya, mengapa tidak digabung menjadi satu?
Mungkin anggaran di sekolah sangat banyak, iya mungkin saja. Toh, Altair juga tidak mengikuti apa-apa kecuali tarik tambang. Itu pun karena paksaan Jeffry. Lelaki itu sepertinya tidak pernah lelah mengajak Altair untuk melakukan banyak hal.
Seakan ia yang paling semangat melihat Altair dan Atha bersatu.
Tidak banyak yang ia lakukan. Altair lebih memilih berada di kantin dengan sepiring nasi goreng. Ia berangkat terlalu pagi, biasanya jika class meeting di adakan, kebanyakan siswa akan memilih untuk datang lebih lambat.
"Tha, lo tau nggak kenapa super mario punya kumis?"
Suara itu berasal dari balik punggung Altair. Lelaki itu menajamkan pendengaran. Mudahan itu bukan Atha. Harapannya seperti itu andai saja ia tidak mendengar suara seorang perempuan yang ia hapal di luar kepalanya.
"Enggak, emang lo tau?"
"Enggak, makanya gue nanya."
Suara tawa milik lelaki itu menggema, jelas karena kantin masih sepi. Altair hanya menelan ludah. Dia tidak memiliki sisi humoris seperti itu. Mungkin nanti ia akan mencoba untuk melakukan stand up comedy di depan cermin. Iya, sampai Dinar mendapati jika Altair sudah gila.
Altair menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Memperlambat kunyahannya, berniat untuk menguping pembicaraan dua anak manusia di balik punggungnya.
"Eh, Tha. Kenapa lo potong rambut?"
Alis Altair tertaut, sejak kapan Atha potong rambut? Mengapa ia belum melihatnya?
"Tadi malem, kenapa? Jelek ya, Ju?"
"Enggak kok, cantik kayak biasanya. Cuma sekarang lebih keliatan fresh aja. Imut lucu walau tak terlalu tinggi."
"Yeu, malah nyanyi si mas!"
Altair menelan ludah, menajamkan pendengaran sepertinya pilihan yang salah. Harusnya ia tadi menulikan pendengaran.
Kunyahan yang tadinya lambat kini semakin cepat, ia ingin meninggalkan kantin secepat yang ia bisa.
⭐
Altair menatap lomba di bawah sana dengan malas. Seingatnya beberapa hari lalu, ia masih melempar senyum jika saja Juan si penganggu itu tidak datang dan merusak suasana.
Jika Altair pikir mereka terlalu dekat sebagai sahabat. Dimana ada Atha, maka di sana ada Juan. Begitu pula sebaliknya dan Altair benci itu.
Bukan mustahil, Altair sebenarnya percaya tidak percaya jika seorang perempuan dan laki-laki bersahabat maka salah satu dari mereka akan menyimpan rasa. Mustahil tidak.
Memikirkannya saja membuat Altair mendengus kesal. Bagaimana jika itu sampai terjadi?
Oh, dunia Altair pasti runtuh dalam semalam. Mungkin tidak separah itu, Altair terlau hiperbola. Lupakan saja. Yang penting sekarang adalah ia harus berpikir positif karena setelah istirahat, ia akan ikut lomba tarik tambang.
Jeffry sialan.
"Al, nanti jangan kabur lo. Nggak asik."
Pucuk dicinta ulan pun tiba, suara Jeffry menyapa indra pendengarannya. Altair mendengus melihat kehadiran Jeffry.
"Lo kalo mau daftarin gue lomba satu aja kenapa? Pake segala daftarin lomba goyang balon apaan! Belum lagi lomba masukin paku ke dalem botol, mikir ngana mikir!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI GAJAH
Novela JuvenilTidak ada yang lebih indah dari jatuh cinta. Itu yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu? semua hal yang menyangkut tentangmu akan selalu menjadi bagian favoritku. Bahkan untuk hal sekecil apapun. Tidak banyak yang tahu, tapi selama ini dan sejauh...