Jarum di ruangan Atha berdenting seperti biasanya. Ruangan nampak sunyi. Fajar belum kembali sedari membeli makan siang mereka.
Pikiran Atha melayang-layang. Tadi Fajar berjanji akan menceritakan semuanya pada Atha, dan ia akan segera menagihnya.
Setelah insiden tempo hari, eksistensi Altair di dalam otaknya semakin meningkat. Tidak dapat ditampik jika Atha juga menyukainya. Ia tidak ingin bertanya langsung pada Altair. Mungkin nanti setelah mendengar cerita Fajar.
Semakin hari, mereka semakin dekat. Bahkan Atha tidak lagi menggunakan saya, agar tidak terlalu kaku. Rasanya aneh, seperti bertemu klien. Tapi sepertinya Altair masih betah menggunakannya.
Kak Altair :
Gimana sama tawaran saya?
Atau perlu saya izin sama orang tua kamu?Atha belum membuka pop up yang muncul di layar ponselnya. Jantungnya berpacu lebih cepat.
Belum ada beberapa menit, ponsel Atha kembali berbunyi. Pop up lain muncul di layar ponselnya. Masih dari orang yang sama.
Atau kalau kamu keberatan, saya mau kok dateng ke rumah kamu. Jadi, nggak perlu ke apartemen saya. Itu pun kalau kamu takut saya macem-macemin. Tapi saya janji nggak bakal macem-macem.
Atha tidak tahan untuk tidak membukanya. Ia juga tidak tahan untuk menahan senyumnya.
Kata Ayah, beliau harus tau siapa yang berani ngajak anak gadisnya jalan.
Kak Al nggak keberatan?Belum ada tujuh detik, namun pesan baru sudah muncul di ponselnya. Sang gadis menggigit pipi bagian dalam. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak tersenyum terlalu lebar.
Kak Altair:
Enggak, janjinya kan emang mau jemput kamu.
Sebenarnya saya juga udah izin ke ayah kamu. Beliau udah mengizinkan.Suara pintu dibuka mengejutkan Atha. Buru-buru ia meletakkan ponsel di saku. Atha menyengir, memamerkan deretan giginya yang rapi.
"Kenapa lo? Kesambet?"
"Enggak, ayo cerita!"
Fajar merotasikan kedua bola matanya. Mengeluarkan dua bungkus nasi padang. Katanya Atha sedang ingin nasi padang.
"Makan dulu apa cerita dulu?"
"Makan sambil cerita. Kita juga lagi longgar, 'kan?"
Setelah suapan pertama mereka. Fajar mulai bercerita. Sesekali menyinggung Atha yang menjadi penyiar di SMA dulu. Tentang Atha yang berusaha menarik perhatian Altair dan seberapa besar rasa cinta Atha untuk Altair.
Mungkin benar, rasa cinta seseorang itu nilainya limit. Tapi Fajar begitu menekankan jika Atha sangat mencintai Altair.
Terdengar berlebihan, bahkan Fajar mengakuinya. Namun, benar begitu adanya. Tidak mungkin juga Fajar berbohong. Perlu digaris bawahi, Fajar sudah menceritakan hal ini hingga ia sendiri jengah.
Sebenarnya, apa yang ingin Atha dengar?
"Kiran sama Manda katanya mau ngadain pesta lajang berempat di rumah Kiran. Lo harus ikut."
"Iya, gue ikut kok. Tenang aja."
"Nanti Juan sama Restu mau ke sini. Ambil tuxedonya Juan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI GAJAH
Teen FictionTidak ada yang lebih indah dari jatuh cinta. Itu yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu? semua hal yang menyangkut tentangmu akan selalu menjadi bagian favoritku. Bahkan untuk hal sekecil apapun. Tidak banyak yang tahu, tapi selama ini dan sejauh...