13. There Is None Like You

551 99 19
                                    

Hari itu hari sabtu. Atha tengah merangkum beberapa pelajaran dengan Restu. Teman mengambisnya. Lelaki itu dari jaman SMP selalu mengajak Atha untuk merangkum beberapa pelajaran di perpustakaan setiap penghujung hari sebelum ujian.

Atha ikut saja, toh rangkumannya juga lumayan membantu untuk belajar. Biasanya di akhir minggu seperti ini akan jam kosong. Paling banter hanya pembagian kartu ujian dilanjutkan pulang cepat.

Sebenarnya Atha sudah merangkum dari jauh-jauh hari, hanya kurang beberapa materi. Hingga berakhir ia menemani Restu yang sekarang entah berada di mana. Sedari tadi berputar di perpustakaan yang cukup luas. Atha saja lelah dibuatnya. Jadilah ia menunggu Restu di meja dekat jendela.

Mencoret-coret belakang bukunya. Entah itu coretan abstrak, tanda tangan, lirik lagu atau sebagainya.

Sejauh langkah membawa,

Menemui beribu orang dengan segala sifatnya,

Sekalipun tak pernah ku temukan seseorang sepertinya.

Tuhan, jika engkau menghendaki

Persatukan hamba dengan hamba-Mu lainnya dengan cara terindah.

Atha mengernyit. Puisi itu tidak padu. Gadis itu mendengus sebal, merobek bagian puisi itu dan melipatnya menjadi dua.

Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya. Memilih untuk mengelilingi perpustakaan. Mencari dongeng anak atau semacamnya untuk mengusir bosan.

Setelah istirahat kedua, kartu ujian akan dibagikan. Tersisa waktu tiga jam. Masih lama. Temannya yang lain mungkin sibuk menonton film horor melalui proyektor. Rasanya ia ingin ikut menonton.

Sedang sibuk mencari judul yang pas, suara berat milik laki-laki mengejutkannya.

"Tha, gua mau ambil KBBI, lo bantuin megang tangganya, ya?"

Atha mengangguk saja, mengikuti langkah Restu menuju rak paling belakang. Dimana kamus, ensiklopedia dan buku-buku tebal lainnya diletakkan. Gadis itu memegang tangga sesuai dengan istruksi Restu.

Entah bagaimana ceritanya, salah satu buku tebal itu jatuh. Atha awalnya mendongak memperhatikan sebelum akhirnya ia sadar jika buku itu akan jatuh menimpa kepalanya.

Restu yang masih di tangga hanya menahan napas, inginnya menggapai namun tidak sampai.

Harusnya buku itu mengenai kepala Atha, tepat di atasnya. Atha tidak akan sadar jika saja Restu tidak menghela napas lega.

Tidak ada suara berisik dari pertemuan sampul tebal dan lantai kayu. Hening. Masih sama seperti beberapa waktu lalu.

Atha mencoba memberanikan diri, mendongak untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Buku itu masih berada di atas kepalanya, bersama dengan tangan yang menahan buku itu agar tidak mengenai kepala Atha. Gadis itu kemudian mengalihkan pandangan, ke samping kanannya. Menatap penolongnya.

Pandangan mereka bertemu, lelaki itu tampaknya masih terkejut dengan kejadian barusan. Begitu pula dengan Atha. Beberapa detik, sebelum Altair menarik tangannya. Barulah pandangan keduanya terputus.

Menggulurkan buku itu kepada Restu yang memasang wajah terkejut sekaligus bingung. Restu menerimanya, meletakkan kembali buku itu pada tempatnya.

"Ini udah kesekian kalinya, kamu ceroboh. Lain kali hati-hati."

Atha mengerjabkan matanya. Ia belum mengucapkan terima kasih saat Altair berlalu pergi melewati rak-rak besar penuh buku.

Untuk kesekian kalinya, Altair menolongnya. Pikirannya tiba-tiba kosong jika saja Restu tidak kembali mengejutkannya begitu saja. Oh, semua ini karena Restu. Atha tidak ceroboh seperti yang Altair katakan. Ingatkan Atha untuk memberitahu Altair lain kali, jika ia berani.

ORIGAMI GAJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang