Tidak ada yang bisa menggambarkan kebahagiaan Altair hari ini. Ajakannya untuk membawa Atha ke pesta pernikahan Abra dan Alice diiyakan oleh Atha.
Altair itu orang yang sederhana. Tapi untuk hari ini sepertinya tidak. Membayangkan bagaimana tubuh Atha berbalut gaun atau kebaya yang indah sedang mengandeng lengannya membuat kedua pipi lelaki itu merona.
Dengan masih bertelanjang dada, Altair mengamati semua kemeja dan jas yang ia miliki. Andai saja tadi ia menanyakan baju apa yang akan dikenakan oleh Atha, ia pasti tidak akan sebingung ini.
Lelaki itu berkacak pinggang dengan alis menukik tajam. "Masuk!" Serunya saat ketukan pintu terdengar.
Paling juga Dinar, Darel atau Mama Papanya. Chandra biasanya langsung masuk.
Dapat ia rasakan jika pintu terbuka, namun sepertinya Altair tidak memperdulikannya. Mengabaikan sosok yang berdiri di ambang pintu dengan canggung.
Saat dirasanya tidak ada pergerakan dari sosok di ambang pintu, Altair akhirnya menoleh. Mendapati wajah Atha yang memerah. Entah efek perona pipi atau bukan.
Oke, ternyata Atha menggunakan kebaya modern dengan bawahan batik berwarna biru tua. Sangat cantik dengan rambut hitamnya yang tergerai dan jepit rambut di salah satu sisinya.
"Ta-tadi kata Kak Dinar sama Mama Karina langsung nyuruh naik ke atas."
Pemuda itu tersenyum. Tingkah Atha yang malu-malu itu membuatnya gemas sendiri.
"Sini, bantuin milih baju."
Atha segera mengangguk, melangkah untuk mendekat. Bukan sekali ini ia melihat Altair shirtless tapi tetap saja rasa gugup itu hadir.
"Mau pake kemeja aja? Atau batik?"
"Menurut kamu bagusan mana?"
"Kak Altair mau pakai yang mana?"
Pemuda itu terdiam sejenak. Mengamati model kebaya dan batik yang digunakan oleh Atha. "Batik aja kali, ya? Biar serasi sama yang kamu pakai."
Sebelah alis Altair terangkat, menatap heran pada Atha. Gadis itu sepetinya menghindari tatapannya. Entah apa alasannya. Karena dirasa hal itu cukup mengganjal, akhirnya Altair putuskan untuk bertanya.
"Saya ada salah sama kamu? Kenapa dari tadi nggak mau natap mata saya?"
Atha kira Altair itu cukup peka. Gadis itu menelan ludah dengan susah payah. "Kak Al pakai kaos dulu, nanti masuk angin."
Meskipun tidak menjawabnya secara gamblang, namun Altair akhirnya mengerti. Lelaki itu sontak terkekeh dan mengambil kaos hitam polos di lemarinya. Buru-buru menggunakan.
Diamatinya Atha yang tengah memasang wajah serius. "Kak, bajunya yang ini bagus. Warnanya biru, motifnya hampir sama kayak yang aku pakai. Kakak mau pakai yang ini?"
Altair mengangguk, menggunakan baju batik yang dimaksud Atha. Benar saja, keduanya sangat serasi.
"Ayo!"
"Aku mau pamit dulu sama Kak Dinar, Mama Karina, Papa Rendi juga."
"Nggak sekalian sama Kak Darrel?"
"Iya sekalian sama Chandra juga."
Altair tertawa pelan, menggandeng tangan Atha yang nampak kesusahan jalan. Tak sadar jika keduanya menggundang tatapan jahil para penghuni rumah.
⭐
Alice dan Abra memang mempunyai relasi yang cukup banyak. Ditambah dengan kedua orang mereka. Pesta pernikahan itu berlangsung dengan megah dan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI GAJAH
Teen FictionTidak ada yang lebih indah dari jatuh cinta. Itu yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu? semua hal yang menyangkut tentangmu akan selalu menjadi bagian favoritku. Bahkan untuk hal sekecil apapun. Tidak banyak yang tahu, tapi selama ini dan sejauh...