33. Ending Scene

784 94 30
                                    

Ada hal yang selalu ingin dilakukan oleh orang-orang. Begitu pula dengan Altair.

Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk mengajak Atha melihat bintang musim panas. Melalui balkon apartemennya, ia menyiapkan sebuah teleskop yang berhasil ia beli sendiri.

Di antara banyaknya malam yang terlewat, Altair pikir malam ini adalah malam terbaik untuk menyaksikan rasi bintang itu.

"Kak Altair mau coklat panas? Aku buat dua gelas." Gadis itu mengangkat salah satu gelas, memberikannya kepada Altair.

"Anginnya lumayan kenceng, udaranya juga panas. Mungkin tengah malam nanti hujan." Altair tersenyum, menyesap coklat panas yang terasa manis di lidahnya.

Lelaki itu kemudian menarik pelan tangan Atha menuju ke balkon setelah meletakkan kedua cangkir berisi coklat panas tersebut.

"Saya mau nunjukin sesuatu sama kamu."

"Jangan pakai saya-kamu lagi, tapi pakai aku-kamu. Kesannya kaku kalau Kak Al pakai saya-kamu."

Lelaki itu terkekeh, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Berada di dekat Atha selalu membuat jantungnya berdebar-debar.

"Perhatiin baik-baik, kamu bisa lihat segitiga di langit. Yang kamu lihat itu namanya segitiga musim panas, atau bahasa kerennya sih The Summer Triangle. Bisa dilihat di pertengahan tahun. Yang itu namanya Deneb, bintang alpha di rasi Cygnus." Altair menunjuk salah satu bintang, kemudian menunjuk satu bintang lainnya.

"Yang itu namanya Vega, bintang alpha di rasi Lyra. Kalau yang itu, namanya Altair, bintang alpha dari rasi Aquila."

"Woah, keren banget!" Altair yang gemas hanya tertawa pelan seraya mengacak surai hitam milik Atha.

Tangannya terulur, menuntun Atha untuk menuju balkon. Teleskopnya sudah ia posisikan sedemikian rupa, tepat mengarah pada rasi bintang yang berada di langit.

"Kakak paling suka bintang apa?"

"Altair pastinya, bintang paling terang di rasi bintang Aquila. Kamu mau lihat rasi bintangnya? Kalau kamu mau, kamu bisa lihat elang."  Tanpa perlu berpikir dua kali, Atha langsung mengangguk. Setelah Altair selesai kembali mengatur teleskop, lelaki itu memberi arahan kepada Atha untuk kembali melihat melalui teleskop.

"Aku nggak bisa lihat, Kak." Altair tersenyum memandang langit. Mengeluarkan ponselnya lalu mencari sesuatu di dalam galeri fotonya. Menunjukkan bagaimana bentuk rasi bintang aquila agar Atha lebih mudah menghubungkan.

Setelah berusaha keras dengan menghubungkan bintang demi bintang melalui garis yang tak kasat mata itu, Atha berdecak kagum.

"Iya, ada elang."

Atha masih sibuk memandangi rasi bintang itu dengan teleskop saat Altair mendekap tubuhnya dari belakang. Menumpukan dagunya pada kepala Atha. 

Tubuh gadis itu menegang, tapi ia juga tak ingin menolak. Membiarkan Altair menyalurkan rasa hangat itu.

"Menurut mitologi Yunani, Altair, Vega dan Deneb itu sahabatan. Vega si cerdas dan cemerlang bagian utama dari rasi Lyra. Kalau Deneb yang berada dalam rasi Cygnus digambarkan sebagai sosok angsa yang cantik dan gemulai, pribadi yang manis dan perhatian ke sahabatnya.

Terakhir ada Altair dari rasi Aquila. Altair ini digambarkan sebagai sosok elang yang kuat dan tangguh. Dia digambarin sebagai pelindung dua sahabatnya, jelas karena dia yang paling kuat. "

Gadis itu masih sibuk mengagumi rasi bintang melalui lubang kecil di teleskop saat Altair sibuk menjelaskan. "Kak Altair kok tau begituan?"

Dekapan Altair terlepas, memberikan ruang agar Atha lebih leluasa. "Mau dengar cerita yang paling terkenal dari rasi bintang ini nggak?" Tanpa pikir dua kali, Atha langsung mengangguk.

ORIGAMI GAJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang