"If I could change the world overnight
There'd be no such thing as goodbyeYou'll be standing right where you were
And we'd get the chance we deserve"Ariana Grande feat. Nathan Sykes
- Almost Is Never Enough -⭐
Pagi di hari minggu harusnya terasa menyenangkan. Langit di luar sana cerah, mendukung untuk menjemur baju. Harusnya pagi ini akan menjadi pagi yang menyenangkan jika saja tadi malam ia tidak menemukan dua ekor kecoa di kamarnya, maka Atha tidak akan serepot ini di pagi hari.
Tadi malam, saat Atha menggunakan skincare routinenya, dua ekor kecoa terbang melintas begitu saja. Atha hanya mematung.
Bukan, Atha tidak takut. Hanya saja ia terkejut dan langsung melarikan diri ke kamar Regina. Esok harinya, setelah sholat subuh, Atha memilih untuk membongkar kamarnya untuk dibersihkan dan di tata ulang.
Gadis dengan kaos abu-abu kebesaran itu meregangkan otot tubuhnya. Hanya satu sudut yang belum terjamah, meja belajarnya yang kadang beralih fungsi menjadi meja kerja.
Atha mendesah lelah, berjalan gontai menuju sudut ruangan. Memasukkan buku-buku itu ke dalam kardus.
Pandangannya terpaku pada toples kaca dengan origami gajah di dalamnya. Juga terdapat lampu-lampu kecil di sana.
Gadis itu memilih duduk, barangkali ia menemukan sesuatu. Beberapa kali membuka laci yang berisi buku dan alat tulis lainnya.
Oh, ternyata dulu dirinya serajin ini. Atha terkikik geli. Jemarinya terulur, menggapai bagian terdalam laci.
"Ye!"
Gadis itu langsung mengangkat tinggi sebuah buku dengan sampul berwarna ungu tua. Memungut secarik kertas yang jatuh saat ia mengangkat tinggi.
Lebih tepatnya sebuah foto. Kedua alisnya terangkat. Atha tentu mengenali pemuda di dalam foto itu. Siapa lagi jika bukan Altair. Sepertinya Atha membidiknya secara diam-diam. Dalam foto itu, Altair tampak sangat manis saat tersenyum. Padahal hanya menggunakan kaos putih, tapi Altair tetap terlihat tampan.
Tanpa sadar bibirnya ikut terangkat, membuat garis kurva yang terihat jelas. Beberapa anak rambutnya berterbangan karena jendela di depannya sengaja ia buka.
Atha kemudian beralih pada buku dengan sampul ungu tua itu. Baru halaman pertama, tapi ia sudah menemukan berlembar-lembar foto Altair.
Jadi dulu ia juga seorang penguntit?
Foto itu kebanyakan berisi objek yang sedang tersenyum. Ada pula yang candid atau menunduk, tapi senyum lebih mendominasi.
Atha memulai membaca isi buku itu. Ternyata diary miliknya. Semakin ia baca semakin ia mengerti arti Altair untuk dirinya. Semakin ia mengerti bagaimana pengaruh Altair untuk dirinya. Semakin ia mengerti hal bodoh apa saja yang ia lakukan demi mendapat perhatian Altair.
Fajar benar. Atha sangat mencintai Altair.
Ia selalu menantinya. Bahkan saat ia bersama dengan yang lain. Acara bersih-bersih itu terhenti begitu saja. Atha sudah melupakannya.
Toples origami gajah yang cantik itu juga dari Altair ternyata. Atha kira hanya satu toples saja. Dan, bibirnya juga tidak perawan lagi meski hanya sebuah kecupan tak sengaja.
Ngomong-ngomong, ia belum membuka lipatan origami yang Altair maksud. Takut merusaknya. Atha hanya ingin menyimpannya sebagai kenangan.
Tidak pernah sekalipun senyum Atha luntur. Tiga jam ia habiskan untuk membaca diary-nya sendiri. Tiba di goresan terakhir senyum itu hilang. Berganti dengan raut penuh tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI GAJAH
Teen FictionTidak ada yang lebih indah dari jatuh cinta. Itu yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu? semua hal yang menyangkut tentangmu akan selalu menjadi bagian favoritku. Bahkan untuk hal sekecil apapun. Tidak banyak yang tahu, tapi selama ini dan sejauh...