Ketika ia tahu, semuanya berlalu begitu saja. Bagai manusia yang larut akan kesibukannya. Mengapa tahun-tahun yang ia lewati juga tak kunjung membebaskan perasaannya?
Kisah ini, jelas tidak serumit seperti apa yang dibayangkan. Semuanya terdengar mudah. Apalagi jika salah satu dari kedua orang itu mengetahui jika jarak mereka hanya sejengkal.
Sedekat itu untuk ukuran orang yang saling menunggu layaknya menunggu kucing bertelur.
Namun, bukankah cinta sejati memiliki jalan yang tidak dapat dikatakan mudah? Dengan hanya sedikit bumbu kebahagiaan.
Bukan seperti cerita dongeng yang mendapatkan cinta sejatinya dengan mudah. Kadang cinta sejati juga berakhir menyedihkan.
Memori ini tentang beberapa tahun lalu. Saat Atha berpura-pura jatuh karena salah satu kakinya keseleo di depan motor Altair. Atha hanya terinspirasi oleh sebuah film. Maksudnya, kapan lagi?
Iya, pura-pura. Atha hanya ingin dekat dengan Altair yang terlihat susah untuk di dekati. Ini bukan perkara taruhan seperti Atha membuat Altair jatuh cinta kemudian meninggalkannya begitu saja atau bahkan hanya sekedar untuk rasa penasaran dan tertantang.
Tidak semudah itu.
Tentang plester penurun panas yang Atha berikan kepada Altair hingga membantu Altair untuk memasangnya. Ia sengaja. Bisa saja hari itu ia hanya memberikan plester penurun panas kemudian berlalu pergi.
Namun, lagi-lagi pemikiran konyol hinggap di kepalanya. Seperti tentang bagaimana rasanya jika poni yang menutupi sebagian dahi Altair itu disibak.
Tepat setelah Atha menutup tirai, gadis itu menjerit tertahan. Melompat-lompat kegirangan hingga mengabaikan Zahra yang menatapnya aneh saat kembali ke UKS untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
Acara ulang tahun sekolah, saat ia mendapati Altair bermain drum dengan sangat bagus. Ia tidak memiliki niat untuk mengambil gitar di atas lemari.
Tidak ada pertunjukan accoustic jika Atha tidak memohon-mohon kepada Audy-- ketua panitia sekaligus teman dekatnya di kelas.
Berdiri di stand tentu membosankan, niat awalnya hanya ingin mengusir bosan dengan bermain drum di ruang musik jika saja ia tidak melihat Altair dan Dylan di sana.
Tentang kehadiran Atha di tempat futsal hari itu. Juan dan Restu awalnya hanya menawari, Atha sebenarnya tidak tertarik dengan olahraga seperti itu. Lebih baik diam di rumah. Namun, pertanyaan iseng dari Kiran membuatnya berubah pikiran.
Hari itu ia tidak berharap banyak, namun dewi fortuna lagi-lagi berpihak kepadanya. Dukungannya tertuju pada Altair. Ia tidak memperdulikan nasib bola yang ditendang.
Tidak pernah ada yang namanya kebetulan. Mungkin ada beberapa, tapi kebetulan itu dapat dihitung dengan jari. Semuanya Atha lakukan dengan unsur kesengajaan. Terserah ia akan dianggap genit atau cari perhatian.
Semua orang juga akan melakukan hal yang sama. Hanya saja cara Atha bermain lebih bersih, tidak seperti yang lain.
Atha tidak pernah melupakan saat-saat dimana mereka melemparkan senyum dengan pandangan yang saling tertaut.
Hari itu, saat tengah hujan. Kebetulan pertama yang terjadi sebelum Juan datang dan merusaknya. Bukan salah Juan sepenuhnya, tapi tetap saja menyebalkan.
Saat itu adalah salah satu hal terindah yang pernah terjadi di masa hidup Atha.
Tapi Atha terlalu naif, gadis itu selalu berpikir jika mungkin Altair memiliki perasaan yang sama dengan yang ia miliki, walaupun ia ragu. Salahnya juga mengapa ia tidak meminta nomor ponsel Altair.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI GAJAH
Teen FictionTidak ada yang lebih indah dari jatuh cinta. Itu yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu? semua hal yang menyangkut tentangmu akan selalu menjadi bagian favoritku. Bahkan untuk hal sekecil apapun. Tidak banyak yang tahu, tapi selama ini dan sejauh...