18. Chapter 9.1 Karena Aku

925 214 7
                                    

Neva tergesa membereskan berkas di mejanya. Jam 12 lewat 15. Dia meraih tas dan buru-buru memasuki lift. Di lobby Bang Luhung telah menunggu, ajakan makan siang yang sekarang selalu ditunggunya.

"Udah lama?" tanya Neva. Bang Luhung menggeleng.

"Mau makan apa hari ini?" Bang Luhung balik bertanya.

"Seafood?" Neva tersenyum.

"Boleh," jawab Bang Luhung. "Ada resto baru yang menunya enak, mau cobain?"

"Oke."

Ternyata Bang Luhung kenal dengan pemilik tempat dan mereka mendapatkan porsi yang extra.

"Kayaknya bisa sering-sering ke sini." Neva tertawa. "Udangnya gede-gede nih."

"Hei, jangan salah ini ada maunya, pasti nanti minta diskon pas ngiklan di cakrawala."

Neva tertawa lagi." Loh itu urusan abang."

"Besok lembur nggak?"

"Nggak sih, aku kan masih junior jadi belum terlalu sibuk," jelas Neva.

"Mau jalan? Dijemput di rumah boleh?"

Neva meletakkan sendoknya, mau jemput di rumah? Kemajuan donk. Neva berpikir agak lama membuat Bang Luhung gelisah.

"Bolehlah." Dia lalu menjawab.

***

Setelah mengeluarkan hampir seisi lemari akhirnya Neva malah memakai Blouse dan Celana Kulot ¾. Diakan tau bakal ke mana kalau sama Bang Luhung, paling banter nonton, nongkrong.

"Malam mingguan nih?" ledek papa saat melihat Neva bersiap.

"Iya." Angguk Neva.

"Sama siapa kok nggak dikenalin?" tanya papa lagi.

"Ya tunggu aja orangnya datang, lagian papa juga kenal kok," kata Neva.

"Oh ya?" Papa memasang wajah penasaran.

Terdengar bunyi bel. "Ah itu dia, aku aja yang buka." Neva berkata cepat, sembari berlari ke depan.

"Hi," kata lelaki itu. "Ini." Dia menyodorkan paperbag ke Neva.

"Apa ini?" Neva melirih ke dalam paperbag itu. Sebuah clutch? "Dalam rangka apa?"

"Nggak ada, kemarin pas lagi liputan ngeliat ada yang jual bagus aja," sahut Bang Luhung dengan gaya cuek.

"Makasih." Neva terlihat gembira. Lalu papa muncul di teras.

"Loh, kamu Luhung kan?" Papa terlihat kaget melihat sosok itu.

"Apa kabar bang? Masih ingat ya," sapa Bang Luhung.

"Ayo masuk-masuk, kamu nggak bilang mau pergi sama Luhung, Sweet? " papa menoleh pada Neva. Luhung duduk di ruang tamu bersama papa yang terlihat senang bertemu dengan juniornya di organisasi.

"Oh ... jadi, sekarang di cakrawala? Bagus itu. Kenapa kamu sekarang jarang ke sekretariat? Sudah lama abang nggak ngeliat kamu kalau ada undangan kegiatan."

"Iya bang, soalnya kemarin aku lanjut kuliah di Palembang. Dua tahun lalu baru balik ke sini lagi," jelas Bang Luhung.

Neva menoleh, dan sebenarnya Neva baru mengetahui hal itu. Harusnya Neva mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan, tapi setelah melihat berita kemarin mengenai Bang Luhung, Neva memutuskan untuk diam dan tak mengungkit apapun. Dia berpikir lebih baik begitu, anggap saja dia dan Bang Luhung baru bertemu jadi biarlah kisah-kisah yang disimpan Bang Luhung terungkap seiring waktu.

Rumah Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang