22. Chapter 11 Gelombang

949 187 6
                                    

Luhung pernah mendengar lagu tentang rutinitas kehidupan yang membosankan, yang mengatakan hidup hanya sebegini. Dahulu sekali, saat masih di bangku sekolahan, Luhung pernah mencari tau kenapa manusia diciptakan? Tapi sampai kini tak ada jawaban pasti. Jadi kenapa dia harus mencari tahu apa arti kehidupan?

"Bang Luhung tau kalau Isia akan join ke televisi Cakrawala?" tanya Jaka seraya menyodorkan segelas Americano kepadanya.

"Siapa?" tanya Luhung memastikan dirinya tak salah dengar.

"Aku nggak tau detailnya, aku juga baru dengar dari Bang Erik. Padahal karirnya kan bagus di TV Republik. Tapi dia memilih join ke tempat kita, kalau menurut aku nih, Isia ini tipe jurnalis yang lumayan frontal."

"Maksud kamu?"

"Yaa mungkin ada beberapa hal yang ingin dia ungkapkan tapi dibatasi gitu, biar bagaimanapun TV Republik tetap merupakan anak Grup Republik. Jadi mungkin, beberapa pemberitaan tidak bisa sesuai dengan keinginan wartawannya. Bisa jadi dia ingin menemukan kebebasan di sini," jelas Jaka panjang lebar menganalisa.

"Kata-katamu itu seakan kamu mengetahui sekali kepribadian Isia. Bisa saja dia punya misi khusus."

"Misalkan apa, Bang? Karena kegantenganku?" Jaka nyengir dan langsung membuat Luhung tertawa.

"Bisa jadi, kalian berdua masih single kan?"

"Single? Halah sombong abang mentanglah udah punya pacar cantik. "

"Udahlah kamu nggak usah selalu bahas pacar cantik-pacar cantik."

"Maksud aku, bang, coba abang ajari dulu aku menggaet cewek cantik biar nanti bisa aku praktekan sama Mbak Isia. "

"Bagaimana ya. Nggak ada acara gaet menggaet tuh."

"Sombongnyaaa ...."

Luhung berlalu meninggalkan Jaka dan menuju ruangan Pimred.

"Oi Bang."

"Masuk, Hung."

"Aku dengar si Isia bakal join ke TV kita, ada apa nih?"

"Kurang paham juga, yang pasti dia dapat rekomendasi dari dewan direksi. So far sih oke buat penyegaran kan?"

"Kalau mau penyegaran cukup beli tanaman hias," kata Luhung.

Bang Erik terkekeh, "bedalah. Lagipula ini promosi yang bagus buat pembukaan Tv kita bukan."

"Aku mencium bau-bau nggak enak nih, dia kan lumayan ngetop sebagai pembawa berita di TV Republik. Apa mungkin dia mau mata-matai kita?" Luhung memicingkan mata, ah ya dia belum bercerita mengenai info terakhir mengenai Isia adalah kekasih gelap Disioka. Tampaknya tak perlu memberi tahu Bang Erik sekarang, yang ada Bang Erik malah menghalang-halanginya.

"Nggak usah nge-judge dululah, kita pantau saja." Bang Erik menggelengkan kepalanya.

"Tapi bang, aku jadi nggak nyaman, tau kan gimana susahnya aku merangkai semua konspirasi Disioka?" jawab Luhung.

"Lalu hubungan sama Isia apa?" ah lagi-lagi Luhung tersadar.

"Ya nggak ada sih, siapa tau ..."

Bang Erik terdiam sejenak dan menghela nafas, "skeptis boleh tapi jangan semua orang lalu kamu curigai." Bang Eric melanjutkan, "Oya, abang dengar sekarang kamu punya kekasih."

"Apalagi hubungannya dengan ini semua?" Luhung mulai kesal, nggak di mana-mana semuanya sibuk mau tahu saja urusan pribadinya.

"Ya itu suatu perubahan besar, nah intinya yang ingin abang sampaikan kamu mau masa depan dan kebahagiaan kamu hancur karena kamu terlalu fokus pada kasus ini saja," kata Bang Erik.

Rumah Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang