9. Chapter 4.3 Kehadiran yang Mengusik

848 175 3
                                    

Akhirnya kelompok mereka sampai di camp dengan selamat, ternyata selain mereka, dua kelompok terakhir juga menginap di jalan tadi malam. Mereka mendapat izin untuk beristirahat sebelum mengikuti kegiatan Rafting nanti sore.

Neva mempergunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya, tidur. Padahal di dalam tenda panas banget. Prim gantian menunggunya. Wajar sajalah dia udah tidur berapa jam tadi malam.

"Apa kita nggak usah ikut kegiatan Rafting?" tanya Prim.

"Wajib ikut," jawab Neva cepat. "Nggak seru donk, kalo nggak ikut semua kegiatannya."

"Oke deh. Nev, kita pindah ke tenda panitia aja, di sini panas banget. Bentar lagi kita kepanggang," kata Prim.

"Iya juga." Neva mengiyakan.

Setelah meminta izin, mereka menuju tenda panitia.

"Hai Nevaaa ...." terdengar suara familiar memamggil. Neva menoleh ke arah panggilan.

"Kak Reena."

"Wah, maaf, karena cuaca semalam, jadi nginap di tenda seadanya." Reena memasang mimik gelisah.

"Nggak apa, kak, pengalaman." Neva tertawa.

"Ya udah, istirahat aja dulu di sini. Soalnya nanti sore ada kegiatan lagi."

"Siap, kak."

***

Di lapangan, waktu terasa semakin cepat berlalu. Persiapan kegiatan Rafting susah dimulai. Entah kenapa, Neva selalu ingin mencoba olah raga ini. Usai memilih live vest dan helm, kelompok mereka menunggu giliran pengarungan.

"Perjalanan air kita, memakan waktu sekitar satu jam," jelas Ron.

Dia memang berjiwa kepemimpinan, Neva tersenyum. Tiba-tiba salah satu anggota nyeletuk.

"Orang cantik dipakein apa aja tetap bagus." Dia tertawa melihat Neva, Neva pun ikut tertawa sambil mengucapkan terimakasih.

Sayangnya guard di perahu mereka bukan Luhung, sebenarnya apa sih yang dia harapkan? Enggak mungkin juga terlalu banyak kebetulan. Tapi kata Reena, Luhung adalah instruktur rafting ini. Memang pria sejati olahraganya yang kayak begini. Pria? Sejak kapan dia mulai menggunakan istilah itu untuk menyebut lawan jenis?

"Nev." Prim memukul bahunya. "Kamu mencurigakan banget, sih."

"Apaan? Nggak ada apa-apa."

Prim menatap Neva dengan pandangan penuh selidik. Neva jadi merasa bersalah padanya, biasanya selalu menceritakan apapun. Tapi untuk yang kali ini, dia merasa lebih baik menyimpannya rapat-rapat.

Di kegiatan rafting, mereka tidak diperbolehkan membawa smartphone, sayang sekali, banyak moment-moment indah yang terlewatkan. Tapi panitia berjanji akan mengambil semua foto yang dibutuhkan dan akan men-share-nya dengan peserta.

Guard di perahu mereka menjelaskan teknik singkat pendayungan, siapa sangka Neva dan Prim sangat gembira dengan kegiatan itu. Mereka berkali-kali berteriak kegirangan saat perahu mulai bergerak mengikuti arah air.

"Neva, kayaknya untuk yang ini, aku ada bakat deh." Prim berteriak. Neva pun seketika tertawa.

Saat memasuki arus tenang mereka mulai memperhatikan pemandangan sekitar, sungai yang di pinggirnya dipenuhi hutan rimbun. Suara monyet yang bersahut-sahutan, tapi apa benar itu monyet?

"Gimana teman-teman, seru nggak?" Sang Guard berteriak kepada mereka. Mereka lalu mengacungkan jempol.

Ron membagikan air mineral, kemudian berteriak-teriak mengobrol dengan perahu kelompok di sebelah mereka. Tadi saat arusnya deras, perahu mereka hampir bertabrakan, bahkan dua orang peserta laki-laki terjatuh dari perahu tapi dengan sigap naik kembali. Kata Guard mereka sengaja melakukan itu supaya merasakan kegiatan pengarungan lebih greget.

Rumah Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang