29. Chapter 17 Janji

1K 184 11
                                    

Luhung duduk di sebuah kolam pemancingan di pinggir kota. Kailnya telah bergerak-gerak sejak tadi tapi tak ada gairah untuk mengangkatnya. Dia tidak terlalu suka memancing tapi pria yang memiliki janji dengannya yang menentukan tempat. Sepertinya kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin Luhung di masa yang akan datang.

Di samping Luhung, sosok pria paruh baya juga menggerak-gerakkan pancing miliknya. Sudah 2 jam mereka melakukan aktivitas memancing itu, sambil beberapa kali membahas tentang pekerjaan Luhung juga kasus yang sedang dihadapinya.

"Bang." Panggil Luhung, kali ini dengan sedikit lirih.

"Sekarang aku khawatir kalau kamu memanggilku abang terus." Lelaki itu tertawa seperti tak ada beban di hatinya.

"Aku sudah mendengarnya." Luhung melanjutkan.

"Oh ya, apa itu?"

"Permasalahan yang sedang abang hadapi saat ini."

Pria itu tak menoleh, hanya terus menatap kolam di hadapannya yang airnya keruh.

"Lalu?"

"Aku ingin membantu."

"Aku pikir masalahmu saat ini lebih besar dari masalahku, Hung."

"Ya, itu salahku."

"Tak perlu kau menyalah-nyalahkan dirimu. Kadang kehidupan memang tak berjalan seperti keinginan kita."

Luhung akhirnya menarik pancingnya ketika bergerak lagi, tapi tak ada apapun di sana. Dari dulu dia memang tak berbakat memancing.

"Kamu tak perlu terlalu terbebani, Hung. Selain fakta bahwa kamu adalah teman dekat putriku. Kamu juga keluargaku di organisasi. Aku rasa semua akan melakukan hal yang sama."

"Bang, aku punya jaringan."

"Begitu pula aku, setidaknya itu yang aku pikir dulu."

"Jaringanku, orang-orang yang tak takut pada kekuasaan dan tak bisa diintervensi."

Bang John menepuk pundak Luhung dengan sebelah tangannya yang bebas. "Abang cuma minta satu hal darimu, cukup jaga dan sayangi Neva. Itu sudah lebih dari cukup."

Luhung menoleh ke arahnya, Luhung di kelilingi oleh orang-orang yang baik. Padahal kalau Luhung pikir, orang tua mana yang akan menitipkan anak kesayangannya pada pria seperti dia yang dibayangi masa lalu buruk.

Apakah ini balasan atas penderitaan yang telah dia alami selama ini? Atau, orang tuanya telah terus mendoakan dia dari atas sana. Luhung berharap masa-masa di mana dia merasakan kebahagiaan akan segera datang. Masa-masa dia akan dapat menjalani kehidupan seperti orang normal yang terkadang membosankan karena harus melakukan hal rutin setiap hari.

Luhung akan menjadwalkan pertemuan Bang John dengan Om Deni untuk membahas bisnis mereka, dia telah menghubungi Om Deni sebelumnya. Luhung juga memiliki cukup uang untuk menebus aset-aset keluarga Neva yang telah menjadi jaminan seandainya diperlukan. Ya Luhung memiliki banyak warisan turun temurun yang ditinggalkan kedua orang tuanya yang selama ini tak pernah dia sentuh, ada dalam pengelolaan Tante Sheryl.

Neva, gadis itu yang telah memberikan banyak hal kepadanya sekalipun dia tak pernah memberikan apapun selain perasaan. Tapi kali ini Luhung akan melakukan apapun agar Neva bahagia termasuk menjaga keluarganya yang sudah Luhung anggap sebagai keluarganya sendiri.

***

Neva mulai bosan dengan waktu-waktu yang dia habiskan sebagai pengangguran, karena pada dasarnya dia orang yang begitu aktif. Dia sudah membaca beberapa novel tebal juga jurnal-jurnal hukum. Neva mulai memutar otak untuk mencari kegiatan walaupun bukan profit oriented. Dia juga telah menghubungi kawan-kawannya sesama alumni universitas di tempat dia berkuliah dulu untuk membuka jaringan baru kantor bantuan hukum disini.

Rumah Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang