Saat Hiking, masing-masing kelompok didampingi oleh dua orang panitia. Dan Neva kaget sekaligus gembira ternyata itu adalah Luhung. Kebetulan? Apa iya?
Aku rasa kegiatan ini akan berubah jadi ajang mengenal Bang Luhung. Astaga apa sih, aku pikirkan. Neva menggelengkan kepala.
"Hikingnya nggak lama cuma dua jam jam." Ron menjelaskan, disambut dengan jerit kecil Prim.
"Kalo capek, langsung bilang. Nanti kita istirahat. Kita nyisir aliran sungai, jadi nggak terlalu kerasa perjalanannya," jelas Ron lagi.
"Nev, kalo jalan di mol nggak kerasa dua jam. Tapi kalo di sungai?" Prim memasang wajah melas."
Neva cuma bisa tertawa, ternyata Prim lebih parah dibandingkan dengan dia.
Bang Luhung dan temannya, maaf aku nggak ingat nama kamu abang yang satu lagi. Neva terkikik.
Mereka berdua mengikuti kelompok Neva dari belakang. Icha (Anggota cewek di kelompok Neva dan Prim sepertinya sudah tertempa dengan kegiatan macam ini, dia sama sekali tidak mengeluh).
Di luar dugaan, Neva dan Prim menikmati perjalanan mereka. Ternyata nggak secapek dan se-ekstrim yang mereka bayangkan. Saat akan melintasi sungai, Neva melihat Luhung telah duluan sampai dan jongkok di atas batu kali yang besar.
"Nev." Prim berbisik.
"Iya."
"Aku laper, nih."
"Astaga bilang, dong, sama Ron biar kita istirahat," tegur Neva.
"Aku nggak enak, kan yang lain semangat semua," kata Prim lagi.
"Ron," panggil Neva. "Istirahat dulu." Prim spontan memeluk Neva sambil tertawa kecil.
"Oh, oke."
Kelompok mereka berhenti persis di pinggir sungai yang akan di seberangi, mereka membuka perbekalan dan saling mengobrol. Neva memandang coklat di tangannya.
"Kenapa?" tanya Prim.
"Ah, nggak." Neva tadinya mau memberikannya pada Luhung, tapi dia ragu.
Nggak usah deh, ntar yang lain mikir macem-macem lagi. Tapi kenapa Bang Luhung nggak makan apa-apa?
Tiba-tiba Luhung terlihat berdiskusi serius dengan partnernya. Mereka mengintruksikan agar kelompok Neva menjauh dari pinggir sungai. Benar saja, semenit kemudian hujan turun dengan derasnya. Neva buru-buru mengambil Raincoat.
"Prim ... Prim, ambil raincoat kamu!" Neva mengguncang lengan Prim yang terdiam. Tampaknya Prim terkena serangan panik.
"Hujannya deras sekali, " kata rekan Luhung setelah mereka semua memakai raincoat dan menutup carrier dengan coverbag.
"Kalau hujan nggak berhenti, kita nggak bisa melanjutkan perjalanan. Terpaksa menegakkan shelter di sini." Luhung berkata.
Air sungai mendadak berubah warna dan debit air meningkat drastis.
"Ron, kamu cari lokasi untuk tegak shelter." Dia memberi intruksi pada Ron, Ron mengangguk.
Tercium aroma pepohonan dan daun yang basah karena hujan. Neva jadi berpikir mereka bersepuluh di dalam hutan, basah, kuyup dan kedinginan.
Terdengar suara Ron dan mereka mengikuti arah suara tersebut.
Mereka dengan sigap menegakkan tenda dari jas hujan di lokasi yang dianhgap aman.
"Cukuplah untuk sepuluh orang," Ron berkata.
Ternyata sampai menjelang magrib hujan tak ada tanda-tanda berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kedua (Completed)
RomanceLuhung kehilangan kedua orangtuanya sekaligus sejak remaja karena peristiwa pembunuhan tragis, membuatnya kehilangan dan tidak percaya perasaan manusia. Tapi di saat Neva datang menawarkan sebentuk hasrat yang murni, bagaimana dia dapat menolaknya...