19. Chapter 9.2 Karena Aku

855 174 3
                                    

"Aduh ... duh ... indahnya masa muda." Pak Alvian bernyanyi-nyanyi.

"Kenapa, pak? Salah makan?" tanya Hamdi.

"Kau liat itu si Neva, senyam senyum terus dari tadi," kata Pak Alvian. Neva kaget mendengarnya.

"Apa sih, pak." Neva memprotes.

"Itulah indahnya kalau jatuh cinta, kayak aku dulu sama istriku. Kau mana tau Hamdi kau kan jomblo abadi."

"Sok betul bapak ini. Saya itu jomblo karena pilihan."

"Alasan kau ini, macam betul aja. Eh Neva coba kau kenalkan dulu pacarmu itu sama kami. Biar di prospek dulu."

"Nggak perlu diprospek pak, udah lewat seleksi alam," jawab Neva tertawa.

"Bisa aja jawabanmu itu. Eh, kalian berdua siap-siap ikut aku mendampingi klien ke POLDA dulu."

"Oke pak."

***

"Mau ke mana?" tanya Luhung saat melihat Jaka bersiap-siap.

"POLDA bang, itu loh kasus penganiayaan asisten rumah tangga pejabat." Jaka menjelaskan.

Luhung berpikir sejenak. "Ikut ah." Dia berseringai.

"Kami ikut juga." Tiba-tiba terdengar teriakan Caca.

"Nggak muat, kalian mau di spion? Bang Luhung nggak bawa mobil?" tanya Jaka, Luhung menggeleng. "Lagian kalian kan harusnya ikut Eko (Wartawan kolom ekonomi)."

"Kata Pak Pimred, anak magang bebas mau ngikut ke siapa, karena nggak ada keharusan buat menulis artikel satu bidang aja," bantah Ifi. "Pake mobil Ifi aja bang, Ifi bawa kendaraan."

"Terserah deh, jadi se RT nih perginya," ujar Jaka sambil menyisir rambutnya.

"Sekomplek." Sahut Caca dan Ifi berbarengan sambil tertawa.

Mereka menunggu di luar ruangan, menunggu istri pejabat yang dilaporkan atas tuduhan penganiayaan. Terlihat wartawan dari beberapa TV dan Media Cetak di sana.

Luhung ngobrol dengan wartawan senior di bawah pohon, sementara, Jaka dan dua anak magang menunggu di teras ruangan. Sebenarnya bukan tanpa alasan Luhung ke sini. Toh dia masih di kolom ekonomi, tapi kata Neva semalam, hari ini mereka akan mendampingi klien ke POLDA.

Tak lama kemudian terlihat Alvian dan kliennya. Serta merta mereka langsung dihujani pertanyaan oleh awak media yang menunggu.

Luhung langsung menemukan sosok Neva di kerumunan masa itu. Seperti biasa, walau cuaca panas seperti ini, Neva tak pernah terlihat lusuh. Sangat jauh berbeda dengan dirinya. Dia tertawa. Tampaknya Neva pun menyadari kehadiran dia dikejauhan.

"Makan siang dulu, Bang?" tanya Jaka.

"Tunggu, mau menyapa teman lama."

"Oke bang." Jaka mengangguk.

Hamdi dan Neva menunggu agak jauh dari kerumunan masa. Luhung melambai.

"Lah ada Luhung," kata Hamdi saat melihat Luhung.

"Ya. Bareng anak-anak." Luhung menyapa Hamdi. Mereka bersalaman, tampaknya masih sering keep contact, karena obrolan mereka langsung nyambung.

"Eh nih kenalin rekan di firma, Neva." Katanya pada Luhung memperkenalkan Neva.

"Udah kenal kok." Luhung menyunggingkan senyum tipis.

"Oh, ya?" tanya Hamdi, dia tersenyum aneh sambil melihat Neva dengan penuh selidik. Neva membalas senyuman menggoda dari Bang Hamdi. Sampai kantor pasti dia akan menanyai Neva nih.

Rumah Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang